Bisakah kita menjadi manusia yang relevan bagi dunia? Memangnya dunia butuh manusia yang seperti apa?

Pada tanggal 6 Agustus lalu, milenialis menerbitkan sebuah tulisan berjudul Kecerdasan Buatan dan “Kelas tak Berguna”. Ulasan dari Mas Ulil Albab Surya Negara tersebut sangat menarik. Ia mengutip ramalan Harari yang mengatakan bahwa beberapa tahun kedepan, ketika kecerdasan buatan sudah sedemikian berkembang, akan muncul masyarakat yang tidak berguna.

Kenapa tidak berguna? Karena semua pekerjaan sudah diambil alih oleh mesin. Di awal-awal revolusi industri, ketika pabrik-pabrik besar di seluruh dunia didirikan, masyarakat khawatir bahwa pekerjaan mereka akan diambil alih oleh mesin.

Masyarakat yang semula bercocok tanam dan berprofesi sebagai petani beralih menjadi buruh-buruh pabrik. Namun, kita tidak merasakan kekhawatiran, setidaknya sampai tulisan ini dibuat. Mesin-mesin di pabrik-pabrik besar di seluruh dunia hanya menggantikan pekerjaan manusia yang bersifat fisik.

Sementara itu, manusia selalu menemukan pekerjaan-pekerjaan baru yang bersifat kognitif atau menggunakan kecerdasan. Misalnya desain grafis, bermain musik, membuat website, konsultan hukum, pengacara, dosen, guru, dokter, pejabat, hakim, pedagang, akuntan, dan lain-lain. Pekerjaan-pekerjaan ini lebih mengandalkan kecerdasan daripada kemampuan fisik.

Masa Depan Pekerjaan

Pekerjaan-pekerjaan fisik sudah digantikan. Seperti membajak sawah yang dahulu dilakukan oleh manusia bersama sapi, sekarang manusia bersama mesin. Penjual koran yang harus berkeliling ke rumah-rumah sudah banyak digantikan oleh koran digital. Penjaga pintu toll sudah digantikan oleh mesin e-toll.

Namun, bagaimana jika kecerdasan buatan yang sudah sangat canggih menggantikan manusia dalam hal kognisi? Lebih jauh dari ulasan Mas Ulil, Harari juga meramal bahwa di masa depan, pekerjaan-pekerjaan seperti dokter, pengacara, dosen, guru, sopir, menulis puisi, membuat dan bermain musik, hakim, konsultan, dan banyak pekerjaan yang mengandalkan kecerdasan akan mampu digantikan oleh kecerdasan buatan.

Jika hal tersebut benar-benar terjadi, apa yang tersisa untuk dilakukan oleh sobat milenialis? Rebahan? Oh tidak. Siapa yang akan membayar dan memberikan kita gaji untuk makan jika kita hanya rebahan? Tapi bagaimana jika benar-benar tidak tersisa pekerjaan untuk manusia?

Menciptakan Relevansi

Maka, menurut Harari, tantangan yang paling besar yang akan dihadapi oleh sobat milenialis beberapa puluh tahun kedepan adalah relevansi. Dalam KBBI, relevan berarti kait-mengait, bersangkut paut, atau berguna secara langsung.

Jika semua pekerjaan sudah diselesaikan oleh mesin, maka manusia tidak akan berguna secara langsung. Bayi-bayi baru akan lahir dan orang tua mereka tidak berani bercita-cita akan jadi apa anak mereka. Karena mereka tidak tahu pekerjaan apa yang dibutuhkan di masa depan.

Mungkin sebagian dari sobat milenialis bercita-cita ingin menjadi dokter, dosen, guru, PNS, hakim, dan lain-lain. Tapi bagaimana jika sepuluh tahun lagi pekerjaan-pekerjaan tersebut sudah tidak ada lagi? Berarti, cita-cita kita tidak relevan untuk zaman di mana kita hidup. Kita menjadi manusia yang tidak relevan.

Semakin kesini, perubahan dunia berjalan semakin cepat. Jika sobat milenialis juga tidak cepat dalam menangkap perubahan zaman, maka kita akan jadi objek modernisasi. Kita akan jadi orang yang kebingungan untuk mencari lowongan pekerjaan. Dan yang paling berat, kita akan menambah jumlah angka pengangguran di Indonesia.

Maka, penting banget buat sobat milenialis buat terus belajar. Setidaknya, dengan belajar kita jadi tempe, eh tahu realitas kehidupan seperti apa yang akan kita hadapi besok. Dan kita bisa bersiap-siap untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Selain itu, kita juga harus terbuka dan melek terhadap teknologi. Islam bukanlah agama yang mengajarkan agar umatnya berdiam diri di masjid sepanjang hari sambil membaca Alquran. Islam adalah agama yang mengajarkan agar umatnya hidup di tengah-tengah masyarakat, dan melakukan perubahan.

Sehingga, mau tidak mau, kita harus menjadi orang yang up to date terhadap perkembangan teknologi dan perkembangan lain dalam dunia modern. Dengan terus belajar dan menjadi orang yang terbuka, semoga kita semua bisa menghadapi masa depan dengan lebih baik. Amiin.