Mengenal keberagaman tidak perlu melulu lewat tulisan. Waktu itu saya lagi iseng mendengar kumpulan lagu-lagu tentang Natal milik Petra Sihombing. Siapa juga yang enggak kenal dengan Petra Sihombing, kan? Ia merilis 4 lagu unik dengan judul yang sama, yaitu Tidak Ada Salju Disini, dari Pt. 1 sampai dengan Pt. 4. Nama Hindia mulai terlihat pada featuring lagu Tidak Ada Salju Disini Pt. 2 dan Tidak Ada Salju Disini Pt. 4 menggelitik rasa penasaran saya. ‘Siapa nih yang bikin nama panggung lucu banget?’. Liriknya terasa kuat dengan bagaimana hari Natal kerap diintervensi oleh pihak-pihak lain. Aftertaste dari lagu ini mengajak kita sejenak bertanya ‘Ngapain sih harus pada membenci umat agama lain?’. Bisa dibilang lagu itu menjadi langkah pertama saya untuk semakin menyelami Hindia.

Hindia adalah nama panggung yang digunakan oleh frontman .Feast yakni Baskara Putra ketika bersolo karir. Dalam setiap lagunya, Hindia menjadikan dirinya sebagai pecahan yang bisa dibilang jomplang banget dari sosoknya ketika menjadi Baskara Putra. Dalam pusarannya, Hindia kerap berkeluh kesah, menumpahkan masalah-masalah pribadi tidak hanya dirinya namun juga kita sebagai manusia biasa yang kerap gagal. Sementara Baskara, adalah sisi lainnya yang lantang, menumpahkan isi pikirannya tentang agraria, sejarah, serta pertanyaannya tentang dunia. Ibaratnya kalau mau lagu yang marah-marah ya pilih Baskara, kalau mau lagu buat merenungi diri pilih Hindia.

Keingintahuan tentang Hindia makin menjadi-jadi sewaktu Hindia mengeluarkan single dengan tajuk Evaluasi. Hindia gamang menyuruh kita lewat lirik lagunya untuk melupakan luka-luka yang ada di tubuh atau batin pendengarnya, wajar baginya memiliki itu. Perjalanan mu masih panjang, hal kayak gini cuma kamu yang bisa lewatin, besok pagi pasti perasaannmu lebih baik. Hindia datang bukan sebagai guru yang menasihati kita dengan ilmunya, dia ada sebagai teman yang enggak sempurna. Kadang-kadang salah, benar walaupun menyakitkan sedikit saja. Jujur, lagu Evaluasi belum sebikin nangis lagu Secukupnya yang rilis tidak lama kemudian.

Lagi-lagi, di lagunya yang berjudul Secukupnya ini, Hindia enggak memposisikan dirinya dengan orang yang paling sok tahu dengan apa yang terjadi dengan masalah-masalah manusia. Hal manusiawi semacam itu yang membuat saya berpikir, ini orang punya badan lagu yang justru kuat, ditambah beat yang menggiring tapi enak banget. Hindia gak tahu apa-apa kok soal kamu, dia selalu disampingmu, cuma membantumu dan enggak lebih dari itu. Selain disokong dengan audio yang keren banget, visual music video Secukupnya yang merupakan kompilasi kiriman teman-teman Hindia lewat email tentang hal apa yang membuat mereka sedih, makin membuat kita tertunduk. Gila ya, aku beruntung banget hidup seperti ini. Kira-kira begitu. Hindia mengajak kita lebih dalam lagi mengenal manusia. Gapapa kalau mau sedih, tapi secukupnya ya. Jangan berlarut-larut didalamnya, begitu pesan Hindia.

Melompat dari Secukupnya, Hindia menyuguhkan kita perasaan menjadi liyan yang tidak merasakan Hari Raya Lebaran lewat proyek Tinggalkan Disana bersama Diki yang merupakan rekannya di .Feast. Bagian-bagian kecil itulah yang membuat musik Hindia terasa familiar dalam kehidupan kita. Kalau diibaratin sebuah jenis film, Hindia punya genre slice of life. Selalu jujur, sederhana, ringan kata namun enggak ringan makna.

Penulis disini enggak akan membahas lagu-lagu lain Hindia yang enggak kalah dalamnya dengan lagu yang sudah dibahas disini. Kenapa? Karena rasanya enggak seru kalau kalian tidak mencoba sendiri bagian dari Hindia yang ia berikan kepada dunia. Hindia enggak sempurna, Hindia adalah kita.

Samudra milik Hindia, enggak akan membuat dada kita terasa sesak ketika terjun ke dalamnya. Rasa bahwa kamu enggak sendiri menjadi gelombang yang terus menerus dikirim Hindia kepada pendengarnya, semoga resonansi itu sampai kepada kalian juga.

Penulis: Saraswati Nur Diwangkara

Ilustrator: Ni’mal Maula