Mari menikmati perjalanan dangdut Indonesia dari masa ke masa.

Musik dangdut mau diakui atau tidak pada kenyataanya telah melalui proses metamorfosa yang cukup cepat. Alunan musik dangdut yang dulu mangsanya hanya kaum kaum pinggiran kota dengan image yang “ndeso” dan gak keren, kini telah naik pangkat diperdengarkan di oleh kalangan yang beragam. Bahkan para pemuda dan pemudi sekarang  tak lagi malu menyenandungkan tembang-tembang dangdut yang lagi hits.

Perjalanan musik dangdut Indonesia bukan berarti berjalan lurus tanpa menghadapi aral melintang. Nah, berikut di artikel ini akan diulik beberapa catatan tenang perjalanan musik dangdut dari waktu ke waktu.

Awal orkes melayu mengudara

Bisa dikatakan nama Syeikh Albar adalah nama yang cukup berperan dalam munculnya musik dangdut di tanah air. Namanya mungkin tak begitu kondang dibanding anaknya yang menjadi musisi rock Indonesia yaitu Ahmad Albar, namun walau begitu punggawa orkes gambus bernama Al Wathon ini cukup menggebrak khasanah musik di Indonesia, bahkan hingga ke luar negeri.

Lewat tangan dinginnya meciptakan lagu-lagu gambus Syech Albar menjadikan lagu gambus makanan bagi semua kalangan. Kini bukan hanya kaum Gujarat dan Hadrami saja yang bisa menampilkan orkes gambus, Al Wathoni saat itu siap tampil dipanggung manapun tanpa memandang ras dan suku bangsa. Kabarnya yang dikatakan sebagai cikal bakal musik dandut yang kerap kita dengar ini adalah padu padan antara musik dangdut dan music melayu yang pada saat itu sedang naik daun.

Soneta menghentak

Pada tahun 70-an musik dangdut mengalami fase metamorfosa yang pertama. Di tahun ini mulailah mucul beberapa musisi dangdut kenamaan seperti Rhoma Irama, Mansyur S, Muchin alatas, A Rafiq dan beberapa musisi dangdut lainnya. Amat sangat berbeda dengan dangdut zaman Syeikh Albar, musik dangdut di era ini tak lagi ada unsur mandolin di dalamnya, digantikan dengann gitar listrik, bass, drum dan ketipung seperti layaknya sebuah band. Bisa dikatakan musik dangdut pada saat itu terpengaruhi oleh aliran musik rock yang saat itu juga sedang digandrungi oleh para pemuda.

Goyang dan kendang

Masuk pada awal tahun 2000 banyak orkes melayu yang mengusung dangdut koplo. Dangdut koplo sendiri adalah dangdut yang dipengaruhi oleh musik jaranan atau dengan kata lain dikuatkan dengan tabuhan yang mendominasi ritme lagu secara rancak. Secara fashion dan aksi panggung dangdut koplo ini juga mempunyai banyak perbedaan dengan gaya dangdut lama yang digawangi oleh Rhoma Irama dan kawan kawan.

Biduan dangdut koplo biasanya adalah seorang wanita cantik berpenampilan baju yang minim dengan goyangan yang panas dan tidak jarang cenderung bertujuan membangkitkan berahi para penontonnya. Pada tahun ini musik dangdut bukan sekedar hanya lagu, lirik, dan aransemen melainkan juga ciri khas goyangan. Setiap penyanyi pada saat itu memiliki goyangan hebohnya sendiri mulai dari patah patah, ngebor, ngecor, hingga kayang. Hal ini pulalah yang menyebabkan si raja dangdut panas dan gerah sehingga memboikot beberapa penyanyi dengan goyangan hot tersebut untuk menyanyikan lagunya.

Hip Hop Dangdut

Dua nama yaitu NDX aka Famillia, dan Pendhoza pada tahun awal 2015 menggebrak dengan genre hip hop dangdutnya. Musiknya tidak lagi melulu berkisar pada gitar, bass, drum dan kendang, melainkan ada balutan aransemen musik elektro yang menghiasi di setiap lagunya.

Begitupun dengan liriknya, muatan-muatan kata yang sdikit nakal dan lucu kadang harus dinyanyikan dengan nge rap dengan tidak melupakan cengkok dangdut sebagai identitasnya. Genre ini semakin naik daun ketika dua biduan cantik turut memabawakan lagu mereka yaitu Via vallen dan Nella Kharisma.

Rekam jejak perjalanan musik dangdut Indonesia memang sangat menarik untuk diikuti. Dan sepertinya perjalanan panjang musik ini tidak akan berhenti sampai disini. Entah kejutan apa selanjutnya yang akan musik dangdut sajikan kepada warga Indonesia.

Editor : Hiz

Foto : Detik