Saat bulan Ramadan, di televisi banyak program-program khusus yang hanya tayang selama bulan Ramadan saja. Mulai dari program untuk menemani ngabuburit, program waktu buka puasa sampai program-program yang sengaja ditayangkan pada dini hari untuk menemani sahur. Semua chanel televisi berlomba-lomba untuk membuat acara semenarik mungkin. Semua dilakukan untuk menarik hati para penonton.

Dari sekian banyak program televisi yang tayang khusus bulan Ramadan, yang menjadi favorit saya adalah program Net Tv yang berjudul “Muslim Traveler”. Sesuai dengan judulnya, program ini berkonsep islami dikemas dengan konsep traveling. Program ini meliput kehidupan umat muslim di seluruh dunia. Memperlihatkan aneka budaya dari umat muslim di seluruh dunia dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Dibawakan dengan bahasa yang ringan, menarik dan komunikatif, melalui program ini kita rasanya seperti benar-benar secara langsung ikut dalam perjalanan ke berbagai negara. Yang paling menarik adalah ketika liputan diakukan di negeri yang mayoritas penduduknya bukan pemeluk islam. Misalnya seperti Italia, Jerman, Perancis, Denmark, Swedia, Amerika Serikat, Jepang dan banyak lagi.

Tentu suasana Ramadan di negara tersebut berbeda dengan suasana Ramadan di Indonesia. tidak seperti di Indonesia, suasana Ramadan di sana tidak ada bedanya dengan hari-hari biasa. Namun di tengah suasana yang berbeda itu, justru rasa kekeluargaan di antara sesama pemeluk islam begitu terasa. Misalkan seperti komunitas dari berbagai negara dengan mayoritas muslim seperti Indonesia, Malaysia, Arab dan lainnya, mengadakan buka puasa bersama di masjid setempat untuk berbagi rasa dan kehangatan di bulan Ramadan.

Dalam program ini kita juga akan diajak untuk berburu kuliner halal, dan kebanyakan pemilik dari restoran halal di negara-negara tersebut adalah orang Indonesia yang merantau dan hidup di sana. Seperti salah satu pemilik restoran yang menjual bakso di Australia yang ternyata adalah orang Madura.

Faktor menarik lainnya adalah melihat bagaimana hubungan islam dan masyarakat, sejarah awal mula masuknya islam serta dinamika perkembangan islam di negara-negara tersebut. Cakrawala kita mengenai perkembangan islam di berbagai sudut dunia dibuka selebar-lebarnya dalam program ini. 

Namun karena pandemi, liputan Muslim Traveler untuk tahun ini hanya dilakukan di dalam negeri. Jadi liputan untuk tahun ini berkeliling di kota-kota dalam negeri saja dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Meskipun liputan dilakukan di dalam negeri, namun budaya Indonesia yang begitu kaya membuat acara Muslim Traveler masih menarik untuk ditonton.

Meskipun Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas muslim, beragamnya suku dan ras yang ada di Indonesia melahirkan budaya yang berbeda dalam menyambut dan menjalani ibadah di bulan Ramadan di setiap daerahnya. Ada hikmah tersendiri dalam masa pandemi ini, setidaknya kita bisa mengenal budaya-budaya dari saudara sebangsa kita di berbagai daerah.

Pembawa acara dalam setiap episodenya berbeda, ini juga menjadi salah satu keunggulan Muslim Traveler dibanding dengan program serupa lainnya. Sehingga kita tidak bosan dengan pembawa acara yang itu-itu aja. Salah satu pambawa acara favorit saya dalam acara ini adalah Gita Savitri. Tak perlu dijelaskan siapa Gita ini, saya yakin kalian sudah pada tahu, kalau tidak tinggal googling saja. Pembawaan Gita yang asik, pengetahuannya yang luas, dan penampilannya yang menarik, membuat episode Muslim Traveler yang dibawakan menjadi semakin special, Tapi yang lain juga gak kalah special kok.

Muslim Traveler biasanya tayang jam setengah lima pagi sampai jam lima pagi, jadi program ini memang tidak ditayangkan untuk menemani sahur, tapi untuk menemani kita setelah shalat subuh agar tidak langsung tidur.

Editor : Hiz