Kuliah di universitas negeri adalah dambaan setiap orang termasuk saya sendiri. Pasalnya ketika kita berhasil masuk, banyak manfaat yang ditawarkan. Namun, tak semudah yang dibayangkan.

Kuliah di universitas negeri artinya saya harus belajar lebih giat dan yang lebih berat harus jauh dari keluarga. Karena tidak adanya universitas negeri di kota saya, maka saya harus ke luar kota untuk berkuliah. Sebenarnya universitas swasta cukup banyak di kota saya, tetapi saya tidak tertarik.

Akhirnya saya memberanikan diri untuk meminta izin kepada orang tua bahwa saya ingin kuliah di luar kota. Orang tua saya tidak mengizinkan. Saya pun terus merengek agar diizinkan. Alhasil permohonan saya diizinkan oleh orang tua saya. “Ya sudah itu keinginanmu, ibu tidak bisa melarang lagi”, kata ibu. Setelah mendapat persetujuan dari orang tua, saya pun memantapkan diri untuk berkuliah di luar kota.

Suatu ketika menjelang pendaftaran masuk universitas. Saya bingung mengenai jurusan yang akan saya ambil. Hampir sehari penuh saya cemas hingga tidak bisa tidur. Segala usaha sudah saya kerahkan untuk memutuskan jurusan yang akan saya ambil. Dari konsultasi ke guru, orang tua, dan kakak kelas. Namun, hasil yang didapatkan malahan pusing.

Pendaftaran SNMPTN tinggal menghitung hari. Ya, alhamdulilah saya sudah memutuskan jurusan. Seringkali tamu tak diundang itu datang, iya, rasa cemas dan takut. Muncul rasa takut tidak bisa lolos, takut mengecewakan orang tua, dan takut salah jurusan.

Hari pendaftaran pun tiba. Saya mantap memilih jurusan yang saya ambil. Waktu itu sembari menunggu hari pengumuman, ujian sekolah datang silih berganti. Dari ujian praktik, ujian sekolah, dan tugas yang lain.

Waktu antara pengumuman SNMPTN dan pendaftaran SBMPTN tinggal menghitung hari saja. Waktu yang sesingkat itu saya gunakan untuk mencicil belajar UTBK. Belajar UTBK pun dicicil dengan setiap hari try out, siang panas ke neutron, dan setiap hari buka platform belajar online. Waktu untuk rebahan dan menonton drakor kian menghilang bahkan stalking mantan pun tidak sempat hehehe.

Setelah sekian lama saya menunggu datanglah hari yang dinanti-nantikan, iya, hari pengumuman SNMPTN. Tepat pada jam 3 sore, saya kurang beruntung, saya mendapatkan warna merah alias gagal. Saya sedih sekali karena tidak lolos masuk universitas negeri. Namun, saya tidak bisa berlarut-larut dalam kesedihan itu. Berlarut-larut dalam kesedihan hanyalah membuat kita putus asa dan hancur. Maka dari itu, saya bangkit dan belajar kembali untuk tes SBMPTN.

Sebenarnya sesudah saya dinyatakan tidak lolos, saya bimbang akan mengikuti tes SBMPTN atau tidak. Karena tes ini dilaksanakan di kota yang memiliki universitas negeri. Artinya saya harus pergi ke luar kota.

Selain harus belajar lebih ekstra, saya juga harus mengeluarkan uang lebih banyak. Dari biaya pendaftaran,  transportasi, konsumsi, dan penginapan.

Masuk universitas negeri adalah keinginan saya sejak memasuki SMA. Maka dari itu, saya memberanikan diri untuk mendaftar tes SBMPTN walaupun banyak tantangan yang saya hadapi. Pendaftaran tes tersebut saya lakukan dengan teman-teman saya. Dengan berharap bisa mendapatkan hari dan sesi tes yang sama.

Sialnya saya mendapatkan hari dan sesi yang berbeda dengan teman-teman saya. Itu artinya saya harus berangkat sendiri ke luar kota. Setelah mendaftarkan diri untuk ikut tes SBMPTN. Saya berusaha memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Saya tidak terlalu memforsirkan diri untuk belajar karena tes itu akan dilaksanakan sebentar lagi.

Ibu menyarankan saya untuk memperbanyak istirahat dan berdoa. Saya pun mengikuti saran ibu. Saya memperbanyak istirahat dan lebih sering menjalankan shalat sunnah.

Seminggu sebelum hari tes dimulai, saya sudah memesan tiket kereta. Saya memberanikan diri untuk berangkat sendirian.  Karena saya tidak mau menyusahkan orang tua maupun saudara.

Segalanya sudah saya persiapkan dan rencanakan. Terus terang sebenarnya saya belum pernah menaiki kereta. Namun, hal itu tidak mengecilkan tekad saya untuk mengikuti tes. Dengan bermodalkan keberanian dan keyakinan, saya pun meninggalkan kota. Saya yang hanya anak rumahan akhirnya memecahkan rekor yaitu sendirian ke luar kota yang belum pernah saya injakkan kaki di sana.

Sesampainya di kota yang saya tuju, kalau dilihat-lihat saya seperti anak hilang. Bedanya saya disini punya tujuan. Kota yang saya tuju ini  gedungnya tinggi-tinggi sekali. Jauh berbeda dengan kota saya, kota ini sepertinya lebih maju dan lebih padat.

Balik lagi ke perjalanan saya. Setelah semua pertanyaan saya selesaikan, sorenya saya langsung pulang. Saya langsung menuju ke stasiun. Saya asyik mengamati pemandangan yang seolah-olah berjalan di dalam kereta. Sembari melamun saya menyadari bahwa di setiap mimpi atau keinginan yang hebat pasti di situ ada juga perjalanan yang hebat. Seperti yang saya lakukan ini.

Saya sudah tidak cemas atau pun khawatir lagi karena sudah saya serahkan semuanya kepada Allah. Waktu ditolak SNMPTN rasanya hal itu mendewasakan saya. Saya menjadi mengerti bahwa di setiap keinginan, kita tidak bisa memaksa Sang Kholiq untuk mengabulkan keinginan kita.

Waktu pun terus berjalan di mana di setiap detiknya saya menunggu hari pengumuman itu datang. Hari yang ditunggu-tunggu itu pun datang. Tepat pada jam 3 sore, jatuh bangkit perjuangan saya terbayarkan dengan warna hijau. Alhamdulillah saya lolos masuk universitas negeri.

Begitulah sedikit cerita saya. Kuliah di universitas negeri adalah dambaan semua orang. Lawan kita bukan hanya diri kita sendiri, tetapi sebesar jutaan orang yang menduduki negeri ini.

Setelah dinyatakan lolos masuk universitas negeri, rasanya senang sekali karena bisa membahagiakan orang tua dan diri sendiri. Bagaimana tidak? Masuknya saja sudah susah, harus mengalahkan orang segitu banyaknya.

Percayalah bahwa tidak ada usaha yang menghianati hasil. Namun, apabila usaha dan doa kita tidak terkabulkan. Kata Pak Ustaz, percayalah bahwa doa itu disimpan oleh Tuhan dan digantikan dengan pahala.

Editor: Nawa

Gambar: google.com