Pesepeda dadakan menyebalkan? Seberapa kesal sama mereka? Sabar, simak dulu nih tulisan.

Sejak beberapa waktu lalu banyak sindiran dan orang nyinyiran pada pesepeda yang dinilai cuma ikut-ikutan tren dan menyebalkan. Sebagai seorang yang suka bersepeda sejak sebelum corona menyerang, saya merasa sedih membaca nyinyiran semacan itu.

Meski cuma ikut-ikutan tren, ada kok alasan untuk tidak nyinyir pada pesepeda. Meski tak bisa dipungkiri ada pesepeda dadakan menyebalkan yang tak mengindahkan aturan keselamatan di jalanan.

Bersepeda Itu Baik Untuk Kesehatan

Pertama, kita semua tahu bahwa olahraga itu baik untuk kesehatan. Tapi tidak sedikit orang yang bingung harus melakukan apa untuk memenuhi rekomendasi aktivitas fisik selama 30 menit sebanyak 3-5 kali setiap pekan.

Sebelum pandemi, jalan kaki dari parkiran ke ruang kuliah aja udah menghabiskan waktu 5 menit, pulang pergi jadi 10 menit. Belum lagi kalau harus naik turun tangga tiap pindah ruang kuliah atau pindah laboratorium praktikum atau paling minimal banget jalan kaki dari ruang kuliah ke kantin bolak-balik udah 10 menit. Jalan ke ruang sekretariat organisasi yang beda gedung tambah lagi 10 menit bolak-balik. Udah deh selesai 30 menit aktivitas fisik.

Lah kalau kuliahnya daring, yakalik mau peregangan terus 30 menit? Tolong banget jangan menyarankan untuk jogging ya. Sebab tidak semua orang kuat lari keliling GSP meski cuma satu kali putaran. Apalagi push-up, sit-up, dan up-up-up lainnya.

Jangan salah, bagi sebagian orang, termasuk saya bersepeda menjadi satu-satunya alternatif paling oke dan sip untuk memenuhi rekomendasi aktivitas fisik selama 30 menit sebanyak 3-5 kali setiap pekannya itu. Jadi daripada nyinyirin orang sepedaan sok sehat, mending olaharaga biar sehat.

Hiburan yang Minim Polusi Udara

Kedua, bersepeda adalah rekreasi yang tidak banyak menghasilkan polusi udara. Kebayang gak sih gimana jadinya kalau orang-orang yang sudah mulai bosan melakukan berbagai hal dari rumah kemudian berbondong-bondong keluar rumah pakai kendaraan bermotor? Selain bikin jalan crowded dan macet, juga nambah polusi udara.

Masih mending kami pakai sepeda, setidaknya sekian ratus kendaraan bermotor tidak dipakai di akhir pekan. Masih mau nyinyir juga? Padahal kami juga berperan untuk menghemat cadangan minyak bumi.

Menuju Kebiasaan yang Lebih Baik

Ketiga, tren bersepeda di kala corona ini bisa jadi salah satu faktor menuju the better normal, kebiasaan yang lebih baik. Menurut Theory of Planned Behaviour, perilaku individu ditentukan oleh minat yang mana minat tersebut dipengaruhi salah satunya oleh kemampuan diri (self-efficacy).

Ketika orang-orang mulai merasa mampu untuk bersepeda, bukan tidak mungkin bersepeda akan menjadi pilihan moda transportasi untuk jarak dekat seperti pergi ke warung di kompleks sebelah. Kalau bisa demikian, polusi udara tentu saja akan berkurang karena yang sebelumnya pakai sepeda motor mulai terbiasa pakai sepeda ontel.

Itu tadi tiga alasan kenapa gak perlu nyinyir sama orang yang sepedaan dadakan menyebalkan yang hanya karena mengikuti tren. Daripada dinyinyirin mending didoakan saja supaya bisa istiqomah dalam bersepeda