Beberapa waktu lalu penulis membaca konten di media sosial yang berisi tentang sekolah membandingkan nilai dan ranking, kuliah membandingkan IPK, kerja membandingkan penghasilan, hidup selalu membandingkan tentang angka. Ketika membaca konten tersebut mengingat penulis nggak pernah mendapat prestasi jika memang diukur dengan angka. Prestasi memang nggak selalu tentang angka.
Nah menurut para pembaca milenialis.id prestasi itu harus diukur dengan angka atau nggak? Lalu apakah prestasi harus juara 1, juara 2, juara 3 atau nilai tertinggi bahkan penghasilan terbesar? Jika iya berati menyetujui bahwa prestasi diukur dengan angka.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Sedangkan menurut Bukhari (1983), Prestasi bisa kita artikan sebagai hasil yang dicapai atau hasil yang telah dicapai (Selembar.com, 2019).
Memang jika mencari definisi prestasi menggunakan mesin pencari secara daring, kita akan banyak menemukan definisi prestasi belajar, dan memang kebanyakan prestasi dikaitkan dengan proses pembelajaran di sekolah oleh guru dan siswa.
Prestasi Nggak Selalu Tentang Angka
Jika kita lihat definisi prestasi menurut KBBI ataupun menurut Bukhari, M.Ed. prestasi merupakan suatu hasil yang telah kita kerjakan dan dicapai sehingga sesuatu hal yang kita lakukan dengan niat baik merupakan sebuah prestasi.
Sebagai contoh adalah seorang pekerja yang mengerjakan sesuatu dengan gigih sehingga mencapai target pekerjaan tersebut bisa disebut sebagai prestasi. Mengapa? Karena ia telah mencapai hasil atau target yang ditentukan. Seperti membuat laporan keuangan tepat pada waktunya.
Contoh lain adalah ketika seorang murid yang berlangganan terlambat akibat rumah jauh dan juga bangun kesiangan, ketika ia datang tepat waktu atau bahkan sebelum waktu yang ditentukan, maka hal tersebut juga merupakan sebuah prestasi.
Seorang penulis pemula yang terus berlatih serta terus berusaha keras hingga menerbitkan karyanya di media nasional ataupun menjadi sebuah buku, hal tersebut juga merupakan sebuah prestasi. Karena ia telah mencapai apa yang ia inginkan atau ia cita-citakan.
Semua contoh prestasi di atas sangat jarang dilirik oleh siapapun, baik atasan, guru atau bahkan kerabat sendiri. Mengapa? Karena prestasi-prestasi tersebut nggak diukur berdasarkan sebuah angka ataupun nggak ada alat ukur yang terlihat.
Berbeda dengan prestasi juara kelas, juara olimpiade nasional, juara taekwondo se-Indonesia, juara lomba karya ilmiah dan lainnya yang dapat diukur dengan angka satu, dua, tiga bahkan sepuluh besar. Sesuatu yang diukur oleh angka seakan terlihat sangat jelas, tetapi jika nggak diukur dengan angka maka akan sebaliknya.
Kebanyakan masyarakat kita beranggapan bahwa orang-orang berprestasi itu adalah yang menjuarai akademik di sekolah ataupun pertandingan sekelas nasional, baru bisa dikatakan sebagai prestasi. Padahal anaknya bisa bangun pagi dan menyelesaikan pekerjaan rumah yang biasa nggak bisa dilakukan adalah sebuah prestasi juga.
Membangun Prestasi dengan Apresiasi
Sebagai generasi muda tentu kita harus melakukan banyak prestasi, baik hal kecil ataupun hal besar sekalipun, semua pelajar, semua anak muda berpeluang sama untuk menorehkan prestasi apapun keadaan ekonomi dan juga keadaan fisiknya, yang berbeda mungkin hanya pengakuannya saja.
Dalam islam berprestasi disebutkan dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 148, potongan ayat tersebut adalah Fastabiqul Khoirot atau berlomba-lomba dalam kebaikan, ayat tersebut dapat menjadi acuan untuk kita selalu berprestasi dalam hal kebaikan walau kebaikan yang kita lakukan hanya berdampak bagi diri sendiri.
Selain membuat prestasi, kita juga sebagai generasi muda harus menghargai sekecil apapun prestasi orang lain, baik adik kita, sahabat kita, kekasih dan juga lainnya. Karena dengan memberikan penghargaan walau dengan kata keren akan berdampak baik bagi pembuat prestasi untuk terus meningkatkan prestasinya.
Selanjutnya generasi muda juga harus membiasakan berkolaborasi dalam membuat prestasi, seperti menerbitkan buku bersama, membangun sebuah komunitas, menolong sesama dengan berbagi, dan masih banyak kegiatan lainnya agar mengajak anak muda yang mageran untuk melakukan prestasi bersama-sama.
Saat ini era berkompetisi dalam mendapatkan prestasi mulai menghilang, karena kesuksesan saat ini nggak diukur sebanyak apapun prestasi yang diukir tetapi prestasi hasil kolaborasi untuk membangun sebuah perubahan yang berdampak bagi banyak orang.
Tentu lambat laun, prestasi dengan angka akan hanya menjadi sebuah kenangan dan dirasakan secara singkat jika manfaatnya hanya untuk diri sendiri. Berbeda jika berprestasi yang dilakukan bersama tetapi dapat berdampak banyak bagi perubahan di kehidupan bermasyarakat.
Sudah saatnya, kita menghargai prestasi sekecil apapun yang dilakukan oleh siapapun serta berkolaborasi untuk berprestasi yang dapat dirasakan dampaknya oleh seluruh pelajar ataupun anak muda lainnya.
Editor: Nabhan
Comments