Belakangan publik media sosial ramai dengan kata ‘ayang’. Saya sendiri kurang tahu pasti kapan awal mula fenomena ini, yang jelas kata ‘ayang’ telah tersebar sangat luas (khususnya lagi dalam semesta meme). Penggunaannya cukup beragam, mulai dari belum makan karena belum disuruh ayang hingga nggak cebok karena ayang nggak mau nyuruh cebok. Fenomena ini bisa dibaca sebagai sebuah sindiran untuk orang-orang yang bucinnya udah akut, di samping juga untuk guyonan.
Bicara soal bucin, kita tentu sudah tak asing dengan sosok Bandung Bondowoso. Saking bucinnya, beliau rela lembur bangun candi demi ayang. Kalau dibandingkan dengan beliau, rasanya level bucin generasi saat ini belum ada apa-apanya. Terlepas dari itu, faktanya cinta memang mampu menaklukkan siapa saja. Seorang raja yang selalu dilayani bisa tiba-tiba berbalik melayani―tentu saja dalam hal ini ayang―sebab cinta. Sialnya adalah kita nggak bisa memilih kapan, di mana, dan kepada siapa jatuh cinta. Maka tak heran bila banyak kasus cinta yang (terasa) nggak tepat. Hal ini seperti yang disebutkan dalam lagu Kala Cinta Menggoda, “Sejak jumpa kita pertama, ‘ku langsung jatuh cinta. Walau kutahu kau ada pemiliknya”.
Indahnya Punya Ayang
Kembali ke soal ayang. Bagi beberapa orang yang sedang belum punya ayang, biasanya berpikir bahwa jika dirinya punya ayang pasti hidupnya akan terasa indah dan manis. terbayang hari-hari yang berbunga. selalu diingetin makan, notifikasi HP nggak cuma berasal dari WhatsApp Group, tiap hari berbagi canda. Pokoknya yang terlintas dalam pikiran adalah hal-hal yang indah, seakan galaksi Bima Sakti hanya milik berdua. Nggak ada masalah sebenarnya dengan hal tersebut, asal nggak merugikan orang lain. Toh pada dasarnya manusia memang dijadikan suka dengan segala hal yang indah, termasuk kisah cinta.
Ayang sebagai Partner Hidup
Punya ayang memang mendatangkan banyak hal baik pada kita. Kita seolah menemukan separuh dari diri kita. Kita bisa cerita ke ayang saat ada masalah, ya…..itu sih kalau ayang mau dengerin. Jika ternyata ayang nggak mau dengerin, kita mungkin yang harus introspeksi. Bisa jadi kita di mata ayang kurang good looking, atau kurang good rekening, atau bahkan keduanya. “Abot tenan pokok’e!”. Namun, kita mesti sadar bahwa segala sesuatu pasti ada risikonya. Termasuk juga bila kita punya ayang. Ada beberapa risiko yang harus kita waspadai bila kita punya ayang, sebagai berikut:
1. Risiko Ditikung Garangan
Punya ayang bukan berarti posisi kita sudah aman. Ingat, kawan! Garangan mengintai di mana-mana. Di kampung, di kampus, di jalan, di tempat wisata, semua berpotensi hadir sesosok (atau bahkan banyak sosok) garangan. Apalagi jika ayang kalian good looking. Wah! Jangan harap hubungan kalian akan tenang-tenang saja tanpa ganggungan garangan. Meski telah menjalin hubungan dengan ayang dalam waktu yang lama, ada baiknya untuk tetap berjaga-jaga, waspada, jangan sampai terlena. Catat, kawan! Orang yang udah nikah aja ada yang jadi korban garangan, apalagi yang belum nikah. Jadi, tetap berhati-hati dan jangan kendor mengawasi ayang, ya!.
2. Risiko Diselingkuhi
Risiko yang pertama tadi berasal dari faktor eksternal, sementara risiko kedua ini terdapat dalam faktor internal. Jika yang tadi subjeknya adalah orang lain, kali ini subjeknya adalah ayang sendiri. Meski tampak berbeda, keduanya punya sifat yang sama. Sama-sama nggak ketebak dan sama bajingan. Jangan keburu berpikir bahwa orang yang menjalin hubungan dengan kita nggak akan pindah ke lain hati. Tetap saja, kita perlu berhati-hati. Apalagi jika ayang kita punya mantan yang banyak, atau punya teman akrab lawan jenis yang banyak pula. Tingkat persentase tindak selingkuh dari orang yang seperti itu biasanya cukup tinggi. Ciri khas dari orang seperti ini adalah bersembunyi di balik pernyataan, “Temen cowok/cewekku memang banyak, tapi aku bisa jaga perasaan kok!”. Heleh, mbel! Omong tok!. Jangan percaya udah dengan yang kayak begini!.
3. Risiko Dimanfaatin
Masih sedikit berkaitan dengan risiko kedua, hanya saja kali ini arahnya ke harta benda (uang), bukan perasaan. Kita patut curiga jika ayang banyak meminta sesuatu pada kita. Entah itu uang maupun barang berharga semisal Iphone 13 Pro Max. Jangan sampai harta benda kita melayang demi mendulang nafsu orang yang belum nikah dengan kita. Pasangan yang baik itu justru mengajak kita menabung untuk persiapan nikah dan hidup berumah tangga, bukan malah memaksa kita untuk memenuhi gengsinya. Dalam kasus ini, tentu saja lebih baik dikatain pelit oleh ayang (yang suka minta) daripada kita kehilangan harta benda untuk menyambung hidup. Masih ingat kan dengan kasus anak muda yang menjual perabotan rumah orang tuanya demi ayang?. Jangan sampai kita jadi orang yang seperti itu, ya! Amiin. Ingat, kawan! “Bucin boleh, bodoh jangan”.
4. Risiko Perdebatan Ego
Punya ayang bukan berarti tiap hari bisa mesra-mesraan. Punya ayang berarti menjalin hubungan dengan orang lain yang punya banyak perbedaan dengan kita. Mulai dari perbedaan pola pikir hingga perbedaan selera toilet (apakah toilet duduk atau jongkok?). Disadari atau tidak, perbedaan ini bisa menimbulkan perdebatan ego antara kita dengan ayang. Masa-masa seperti ini merupakan ujian bagi sepasan insan. Apakah mereka mampu bertahan dan mendamaikan perbedaan, atau justru mereka memilih untuk mengakhiri hubungan?. Tentu saja di sini kemampuan manajemen konflik yang baik sangat dibutuhkan. Jika nggak punya, maka yang bisa kita lakukan adalah mengalah dari ayang. Tapi itu dengan catatan ngalahnya gantian, nggak selalu satu pihak saja. Ya iya lah! Lha wong yang menjalin hubungan itu kan dua orang, masa’ yang berjuang (berkorban) cuma satu orang!?.
5. Risiko Jagain Jodoh Orang
Ayang adalah status (belum) halal yang harus kita terima keniscayaannya. Dalam proses pacaran, memang masih akan sangat riskan jika dikemudian hari tidak jadi barengan. Karena ayang bukanlah istri yang bisa kita ikat dengan aturan-aturan yang berlaku menurut perundangan yang ada.
Jika ternyata ayang adalah jodoh orang lain, baik itu tiba-tiba bermanuver dengan memilih orang lain. Ataupun orangtaunya sudah memiliki nama lain selain kamu. Maka, yang harus kita lakukan adalah melapangkan hati dan berusaha keras agar bisa segera keluar dari zona patah hati.
Demikian 5 risiko ketika kamu punya ayang. So, sebelum sobat milenialis sekalian memutuskan punya ayang, alangkah lebih baiknya mempertimbangkan lima aspek utama diatas. Ingat, cinta tidak selamanya indah, dek. Xixixi.
Editor : Faiz
Gambar : Google
Comments