Dari sekian banyak mahasiswa generasi covid, saya adalah salah satu di antaranya. Merasakan dunia kampus dan perkuliahan kurang dari satu tahun, eh di pertengahan bulan Maret tahun 2020, kampus mengeluarkan surat edaran, yang isinya adalah kami semua harus pulang ke kampung halaman masing-masing, karena penyebaran pandemi covid-19 kala itu sangat massif. Perkuliahan tidak libur, kami melaksanakan sistem perkuliahan online atau daring (dalam jaringan). Untuk beberapa bulan, saya merasakan gap yang luar biasa karena tidak dapat merasakan euphoria kampus dan seluruh kegiatannya. Seakan kegiatan mahasiswa mendadak hilang ditelan bumi.

Kesal? Kecewa? dan apapun itu sudah pasti. Namun saya harus menerima fakta yang ada, kalau pandemi menghancurkan segalanya. Bukan saja menghancurkan dunia pendidikan. Namun sektor ekonomi, politik, kesehatan, sosial, dan lain-lainya ikut porak poranda. Beragam ekspetasi saya tentang kampus kian redup akibat covid. Dulu saya berharap bisa melalang buana, kesana kemari, ke universitas lain mengikuti lomba, serta mengikuti pertukaran pelajar mahasiswa. Namun hal tersebut hanya harapan semu yang tinggal kenangan. Bagi saya jadi mahasiswa generasi covid, itu nggak enak banget. Saya akan menjabarkan unek-unek ini ke beberapa point sebagai berikut.

Pertama, Hilangnya Gairah Untuk Mengikut Lomba

Dulu sebelum covid melanda, saya pernah mengikuti sebuah program acara di Padang Tv bernama Mimbar Mhasiswa. Sebuah program televisi di mana seluruh mahasiswa di Provinsi Sumatera Barat, di adu dalam satu forum debat. Jadi tema/mosi debat sudah ditentukan, dan dua tim dari perwakilan kampus di bagi menjadi tim pro dan kontra terhadap sebuah kasus atau mosi perdebatan. Saya inget banget kalau mosi perdebatannya kala itu adalah “Kontroversi Usia Cagub Minimal 30 Tahun” dan saya menjadi tim pro. Mosi perdebatan itu sedang hangat-hangatnya, karena politikus muda berdarah Minang, Faldo Maldini. Ingin naik dan menyemarakkan Pemilihan Gubernur Sumatera Barat, namun umurnya kala itu belum mencukupi untuk menjadi calon Gubernur. Jika ditanya “Apakah Saya Bahagia?” wah tentu sangat bahagia. Karena itu menjadi first experience saya tampil dalam forum debat resmi, dan dalam Televisi. Setelah mengikuti Mimbar Mahasiswa, saya memiliki gairah untuk terjun dan fokus di debat. Namun ketika pandemi datang, gairah yang dahulunya membara, kini tinggal cerita. Diskusi dan sesekali berdebat masih suka, namun untuk skala lomba saya tidak berminat lagi.

Kedua, Bingung Sama Masa Depan

Untuk persoalan ini saya sangat bimbang, dengan pengalaman yang masih cetek dan sedikit banget. Saya bingung mau jadi apa kedepannya. Ya emang jurusan saya mengantarkan supaya lulusannya menjadi guru. Namun “Apakah Ilmu yang Saya Dapat Dari Dosen Sudah Mencukupi?” nah setelah kebimbangan yang cukup lama, akhirnya saya memutuskan ikut Unit Kegiatan Kampus dalam bidang Komunikasi. Lebih tepatnya Unit Kegiatan Komunikasi dan Penyiaran Kampus Universitas Negeri Padang. Selain dari UKM ini banyak kegiatan, UKM ini sangat ciamik dalam ilmu public speaking, karena mempunyai bidang Radio dan MC. Alih-alih mengasah public speaking, saya juga mengasah skill menulis saya di bidang jurnalistik yang dimiliki UKKPK. FYI, UKM ini juga di ikuti oleh penulis Indonesia terkenal, yaitu Boy Chandra.

Ketiga, Long Distance Relationship Sama Ayang

Nah ini adalah hal yang nggak enak banget di waktu perkuliahan daring. Dari tahun 2020 hingga 2021 saya terpaksa harus LDR sama pacar saya, cobaan yang berat kala itu. Karena hanya bisa ketawa ketiwi dan cerita setiap hari via sosial media dan video call. Beruntungnya pada pertengahan 2021, saya ada kegiatan kampus yairu menjadi panitia PPKMB Jurusan Online, Sosiologi 101, dan Sociology Week di Jurusan Sosiologi UNP. Ya dengan kegiatan ini juga, menyelamatkan rasa rindu kepada ayang, hahahaha. Maaf jika terdengar receh, ya karena LDR lama-lama nggak enak banget lohh…

Tiga hal di atas sangat kompleks bagi saya, sempat terpikir untuk berhenti kuliah dan di yakinkan oleh orang tua kalau saya bisa dan sukses di kemudian hari. Ya berkat support dari orang yang mencintai saya, akhirnya Novran Juliandri Bhakti ini, sudah menjadi mahasiswa tahun akhir. Saya berharap pandemi ini berakhir dan menjadi endemi, kalau bisa kehidupan sudah berjalan normal kembali. Dengan begitu segala hal menjadi terstruktur kembali, sekian terima kasih. 

Editor : Faiz

Gambar : Pexels