Realita nikah muda tak semudah yang kita kira.

Beberapa waktu yang lalu, jagat dunia maya sempat dihebohkan dengan perceraian anak almarhum ustad kondang yang beberapa tahun lalu menikah di usia yang masih sangat muda. Kabar ini kemudian menuai banyak sekali tanggapan dari masyarakat.

Ada yang menyayangkan karamnya rumah tangga sejoli yang digadang-gadang menjadi panutan bagi sebagian orang. Ada pula yang kemudian memunculkan pandangan negatif mengenai pernikahan di usia muda.

Menikah di usia yang masih tergolong muda memang bukan lah hal yang mudah. Dalam sejumlah penelitian psikologi, di usia-usia tersebut, seseorang baru memasuki tahap awal kesiapan mental. Artinya mental seseorang masih bisa dengan mudahnya tergoyahkan dengan masalah-masalah yang ada.

Menurut data terakhir yang dihimpun BPS, pada 2018 ada 408.202 kasus perceraian yang terjadi di Indonesia.  Menariknya lagi, Hasto Wardoyo, Kepala BKKBN Nasional pernah berujar perceraian tertinggi karena perselisihan dan pertengkaran terus menerus terjadi dan menimpa kelompok usia 20 – 24 tahun dengan usia pernikahan belum genap lima tahun.

Eits, tapi di balik berbagai stigma yang melekat pada pernikahan di usia muda, ada yang penasaran nggak sih bagaimana sebenarnya realita yang mereka rasakan? Nah, di sesi pandangan kali ini, kita akan coba mengintip beberapa pendapat orang yang sudah menikah di usia 19-22 tahun tentang realita nikah muda. Penasaran kan? Baca sampai akhir ya!

Apa saja tantangan yang dihadapi saat memutuskan menikah di usia muda?

Lina, Semanu (21) : Banyak banget, apalagi kan di umur segitu gejolak mudanya masih luar bisa. Masih labil, apalagi saya ikut suami dan mertua. Kesiapan mental belum matang.

Niken, Playen (26) : Kalo tantangan jangan ditanya, mental terutama. Apalagi pas awal menikah, belum menyamakan pikiran, karena ikut suami dan mertua. Belum lagi tekanan harus adaptasi keluarga baru, lingkungan baru. Awal-awal banyak nangisnya kalo malem pas berantem.

Dhian, Playen (20) : Kalo tantangan yang berat gitu menurutku gaada, cuma di nikah muda ini bagaimana caranya punya hari yang sabar dan mental yang kuat buat menghadapi masalah.

Kalau tanggapan tentang kasus perceraian pasangan publik figur yang nikah muda bagaimana?

Lina : Tanggapan sebenarnya sedikit menyesalkan, kenapa harus bercerai. Tapi selebihnya bisa aja. Menikah di usia ini memang nggak mudah, kan kita gatau apa yang mereka alami ‘sebenarnya’ jadi mendoakan yang terbaik. Merasa dirugikan sih enggak, buat apa juga.

Niken : Kalo dirugikan sih enggak, cuma menyayangkan sih tadinya kalo emang belum siap ya jangan nikah dulu.

Bagaimana tips menjalani pernikahan di usia muda?

Lina : Pokonya jangan berekspektasi tinggi sama pasangan dan pernikahan. Juga jangan asal memilih calon. Kalo bisa yang lebih tua, karena lebih bisa ‘ngemong’. Tapi ga semua kasus sama, tergantung orangnya. Terakhir, jangan lupa berpegang teguh sama agama, supaya kalo ada masalah gak mudah goyah.

Niken : Mental dan finansial kudu siap dulu, sekarang banyak sekali godaannya. Pokoknya disiapin yang bener-bener siap. Oiya sama harus punya sifat ‘ndableg’ (artinya cuek dengan perkataan orang) yang tidak suka biar nggak gampang tumbang.

Dhian : Tips buat yang baru mau menikah kalo menurutku ya mending dipikirkan secara matang-matang terlebih dahulu. Yang paling utama harus kuat mental karena setelah menikah akan banyak cobaan yang datang.

Dari hasil rangkuman kami di atas, sudah kebayang belum gimana realita nikah muda dan perjalanannya?

Terlepas dari berbagai stigma negatif soal pernikahan di usia muda. Ingat ya! Menikah itu bukan cuma soal usia. Secara umum memang diatur dalam UU No 16 Tahun 2019 bahwa usia minimal pernikahan adalah 19 tahun. Jika belum mencapai batas tersebut, maka perlu melakukan proses dispensasi ke pengadilan.

Selain perkara usia, menikah adalah soal kesiapan seseorang baik dari segi mental mau pun finansial untuk sama-sama menjalani perjalan panjang bernama ‘rumah tangga’. Dan itu terjadi di usia yang berbeda pada setiap orang. Setuju?

Editor : Hiz