Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu fondasi utama dalam membentuk karakter dan kualitas sumber daya manusia suatu negara (Noventari 2020). Pendidikan juga mengarahkan seluruh fitrah pada diri anak agar mencapai rasa aman dan bahagia yang setinggi-tingginya baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat (Miqwati 2023). Pada umumnya pembelajaran di sekolah berfokus pada penyelesaian materi tujuan pembelajaran dan kita lalai mengembangkan potensi diri siswa hingga budi pekerti siswa (Rahayuningsih 2021). Berbeda halnya dengan model pembelajaran di sekolah alam siswanya cenderung lebih eksploratif karena guru mengarahkan siswanya mampu mengimplementasikan konsep momong, among, dan ngemong dari Ki Hajar Dewantara yang memiliki pandangan yang unik tentang pendidikan. Salah satu konsep yang diusungnya adalah “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani,” yang artinya “di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan.” Berdasarkan pengamatan peneliti di beberapa sekolah alam, konsep dari Ki Hajar ini mencerminkan pentingnya pembelajaran di sekolah alam yang bersifat holistik dan mencakup aspek pengembangan karakter, bukan hanya aspek kognitif semata.
Sekolah Alam, atau yang sering disebut juga sebagai sekolah alam atau sekolah terbuka, mengusung konsep pembelajaran yang lebih terbuka dan alamiah. Sekolah alam menerapkan konsep pendidikan yang memanfaatkan alam sebagai sarana belajar (Anwar 2017). Berdasarkan observasi penelitian medio minggu pertama – minggu ketiga November 2023 pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Alam Indah Ciparay, Sekolah Alam Purwakarta, dan Sekolah Alam Jatinangor, terdapat implementasi pembelajarannya yang dalam perspektif peneliti menjadi modelling terhadap sistem among dari Ki Hajar. Bagaimana jika kita merenungkan pengalaman pembelajaran di sekolah alam melalui lensa pemikiran Ki Hajar Dewantara?
Refleksi Pembelajaran di Sekolah Alam
1. Pembelajaran yang Menginspirasi
Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya memberikan contoh yang baik sebagai inspirasi. Sekolah Alam melalui model pembelajaran yang diterapkan 70% praktek langsung dengan alam dan 30% teori mampu menciptakan lingkungan di mana pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga di alam terbuka dan menginspirasi siswa untuk terus belajar (Cahya Ramadhani Setya Rini 2023). Dalam proses ini, guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator dan inspirator. Mereka mengajak siswa untuk belajar dari lingkungan sekitar, menumbuhkan rasa ingin tahu, dan menginspirasi mereka untuk menjadi individu yang kreatif dan mandiri.
2. Pendidikan Karakter
Konsep “ing ngarso sung tuladha” mencerminkan peran guru sebagai teladan. Di sekolah alam, pendidikan karakter tidak hanya menjadi fokus utama, tetapi juga diintegrasikan dalam setiap aspek pembelajaran, bahkan hampir pada semua mata pelajaran. Siswa diajak untuk memahami nilai-nilai moral, tanggung jawab, empati, contoh teladan, pembiasaan, penghargaan dan hukuman, melalui interaksi mereka dengan alam dan sesama (Romadiah 2023). Siswa diarahkan untuk belajar untuk menghargai keberagaman, merawat lingkungan, dan menjadi individu yang bertanggung jawab.
3. Membangun Semangat Belajar
“In madya mangun karso” menekankan pembangunan semangat. Sekolah Alam menciptakan suasana pembelajaran yang positif dan menyenangkan. Dalam kesehariannya seragam bukanlah sekedar identitas kelembagaan, tetapi bagaimana membangun dan mengkreasikan pembelajaran yang tidak konvensional, seperti pembelajaran berbasis proyek dan eksplorasi alam seperti berkebun, beternak ataupun mengerjakan proyek dan siswa merasakan kegembiraan dalam belajar (Arifin 2023). Siswa di sekolah alam dibantu untuk menemukan minat dan bakat mereka sendiri, mengembangkan kreativitas, dan menjadikan pembelajaran sebagai proses yang dinamis dan menyenangkan.
4. Dorongan untuk Berkembang
“Tut wuri handayani” menegaskan pentingnya memberikan dorongan. Di sekolah alam, setiap siswa dihargai sebagai individu yang unik. Guru memberikan dukungan dan dorongan untuk mengeksplorasi potensi mereka, mengatasi tantangan, dan berkembang sebagai pribadi yang berkualitas. Siswa di sekolah alam diarahkan memiliki kemampuan berpikir kreatif memiliki peran yang penting dalam perkembangan kognitif dan kreativitas (Nur Kholis 2023). Pembelajaran di sekolah alam tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pengembangan diri secara menyeluruh.
Kesimpulan
Melalui refleksi pembelajaran di sekolah alam dengan perspektif Ki Hajar Dewantara, kita dapat menyadari bahwa pendekatan ini sejalan dengan visi pendidikan yang holistik dan memperhatikan pengembangan karakter. Sekolah Alam menciptakan ruang untuk menggali potensi siswa tidak hanya dalam ranah kognitif, tetapi juga emosional, sosial, dan spiritual. Dengan demikian, pembelajaran di sekolah alam tidak hanya memberikan bekal pengetahuan, tetapi juga membentuk individu yang berdaya, beretika, dan memiliki semangat untuk terus belajar sepanjang hayat.
Editor: Bunga
Gambar: Google
Artikel ini bekerja sama dengan Komunitas Cakra Dewantara
Comments