Istiqomah menurut bahasa adalah tegak dan lurus. Sedangkan menurut istilah adalah menempuh jalan agama yang lurus dan benar dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Selain itu, beristiqomah juga sering diartikan dengan memperlakukan amalan satu atau lebih dengan tujuan mencari ridho Allah Swt yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus.

Tak hanya itu, istiqomah juga merupakan bagian dari menjaga iman dan taqwa di jalan Allah Swt dengan tetap beribadah menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam QS. al-Fushilat ayat 6 yang berbunyi:

قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ فَٱسْتَقِيمُوٓا۟ إِلَيْهِ وَٱسْتَغْفِرُوهُ ۗ وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ

Katakanlah, bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya.

Menjadi pribadi yang beristiqomah tidaklah semudah membalik telapak tangan. Selain harus konsisten dalam melakukannya, juga harus dibarengi dengan hati yang ikhlas.

Beristiqomah haruslah menggunakan ilmu. Sebab jika tidak dengan ilmu, niscaya akan mustahil terlaksana karena akan kalah dengan hawa nafsu. Seolah istiqomah itu menggeneralisasi segala amal dengan konsisten dan terus menerus, padahal dalam beramal tidak luput dari amal-amal lain yang bisa jadi datang secara bersamaan.

Sebagai contoh, ketika mencoba beristiqomah setiap setelah maghrib membaca Al-Qur’an, kita tahu bahwa membaca Al-Qur’an merupakan kebaikan. Amalan tersebut kemudian diamalkan secara terus menerus dan konsisten. Tiba-tiba di tengah perjalanan beristiqomah, terdengar kabar setelah maghrib bahwa ibu saya sakit dan harus diantarkan kerumah sakit. Sehingga tidak dapat menjalankan rutinitas membaca Al-Qur’an setelah maghrib.

Meskipun begitu, bukan berarti saya sudah tidak lagi beristiqomah. Saya tetap menjalankan istiqomah, hanya saja berpindah antara satu bentuk kebaikan ke bentuk kebaikan lain.

Setiap amalan kebaikan memiliki manfaat masing-masing dan istiqomah sendiri memiliki manfaat yang tidak kalah istimewanya jika dibandingkan dengan manfaat yang dimiliki amalan lainnya. Manfaat yang dihasilkan dari istiqomah merupakan bukti tersendiri bagi seorang hamba yang bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi larangannya. Selain konsisten, terdapat banyak manfaat lain dari orang yang beristiqomah.

Terbiasa Menjadi Pribadi yang Disiplin

Istiqomah telah mengajarkan tentang bagaimana dalam keadaan yang sederhana mampu membawa pada keadaan yang luar biasa. Salah satunya adalah menjadi pribadi yang disiplin tepat waktu dalam menjalankan segala sesuatu.

Disiplin bukan berarti waktu yang menguasai kita sehingga ketika banyak waktu longgar kita merasa terlena dan ujung-ujungnya mendatangkan sifat pemalas, tetapi disiplin adalah kita yang menguasai waktu. Setiap waktu yang ada, kita memanfaatkannya sebaik mungkin untuk mengerjakan sesuatu sehingga kita terhindar dari sifat pemalas.

Karena amalan yang rutin dijalankan, sekeras apa pun amalan itu, jika dilakukan dengan hati yang ikhlas akan tunduk menjadi kebiasaan. Pada akhirnya, tanpa mengingat atau diingatkan, kita tetap menjalankannya. Semua itu hanya dapat diraih dengan niat yang ikhlas semata-mata karena Allah Swt.

Terhindar dari Penyakit Hati

Hati merupakan raja, di mana seluruh perkara yang ingin diperintahkan kepada anggota badan, di situlah hati yang memutuskan. Selain itu, hati juga berperan sebagai penanggungjawab. Di mana sebuah istiqomah tidak akan tegak sedikit pun dari amalan-amalan yang muncul darinya kecuali yang sudah berada di dalam niat yang ikhlas.

Di antara penyakit hati adalah rasa sedih dan gelisah. Penyakit-penyakit tersebut sebenarnya muncul ketika hati memutuskan dalam perkara buruk yang ingin diperintahkan kepada anggota badan untuk dilaksanakan.

Jadi, tidak ada ceritanya jikalau orang yang rajin beristiqomah, hatinya terkontaminasi dengan penyakit hati seperti rasa sedih dan gelisah. Tentu saja, mereka yang beristiqomah senantiasa memiliki hati yang senang dan bahagia. Karena hati selalu memutuskan dalam perkara baik ketika memberi perintah kepada anggota badan.

Beristiqomah Dapat Mencegah Syahwat yang Melalaikan

Segala macam bentuk syahwat (hawa nafsu) merupakan pemutus yang dapat menghadang seseorang untuk selalu beristiqomah. Seseorang yang beristiqomah menempuh jalan yang lurus, bisa jadi dan tanpa disadari dalam perjalanannya ia terjebak ke dalam syahwat yang memalingkannya dari jalan yang lurus.

Oleh karena itu, setiap orang yang beristiqomah kemudian melenceng dari yang dijalankannya tidak terlepas dari sebuah perkara yang di sebabkan oleh fitnah syahwat.

Syahwat tersebut akan merusak amalan yang telah di kerjakannya. Biasanya, hal demikian sering dialami oleh orang yang menjalankan istiqomah hanya sebatas formalitas belaka, bukan mengharap ridho lillahi ta’ala.

Editor: Nirwansyah

Ilustrasi: Kaba12.com