Konferensi mahasiswa merupakan kegiatan yang bisa memupuk kreativitas dan semangat berkarya. Sadar akan manfaat dibalik kegiatan konferensi tersebut, UMY mengadakan konferensi mahasiswa yang dilakukan secara daring bertajuk The 1st UMY Grace 2020 (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Undergraduate Conference).

Acara yang berlangsung 27 Oktober 2020 ini, mengangkat tema ‘Armring the Youth to Contribute to the Sustainable Development Goals (SDGs).

Konferensi mahasiswa ini merupakan gelaran pertama yang mewadahi skripsi atau karya ilmiah dari para mahasiswa yang sedang melangsungkan studi S1 dan Diploma. Menghadirkan beberapa pembicara dalam acara pembuka, yaitu Fahd Pahdepie (Penulis Buku dan Executive Director di Amanat Institute), Nurhayati Subakat (Founder dan CEO PT. Paragon Technology and Inovation), dan dr. Gamal Albinsaid (CEO Indonesia Medika).

Pesan dari Pembicara

Fahd Pahdepie sendiri yang juga sebagai alumni Prodi Hubungan Internasional UMY mengamini bahwa UMY selalu menggaungi tagline muda mendunia yang benar adanya. Pada kesemptan tersebut, beliau berbicara berkaitan dengan bagaimana mempersenjatai anak-anak muda agar dapat berkontribusi dalam sustainable development goals, yang diketahui menjadi isu dunia saat ini.

Sebagai solusinya, beliau pun memberikan saran, apa yang harus dilakukan untuk dunia yang lebih baik di tengah pandemi saat ini. Dengan mulai mempunyai kesadaran dan harus memiliki sudut pandang lain, yang memandang bahwa adanya covid-19 ini bukan sebuah masalah dan hal ini bisa menjadi akselerator tertentu untuk kita menciptakan dunia yang lebih baik di masa yang akan datang.

“Melalui konferensi online, kita dapat beradaptasi karena kita paham teknologi sehingga menjadi peluang, kemudian yang harus kita lakukan adalah mengubah rencana dan membangun skill-skill baru yang relevan dengan dunia saat ini,” tambahnya.

Jika Fahd menyampaikan bagaimana generasi muda harus bisa beradaptasi, maka begitu juga dengan yang disampaikan oleh dr. Gamal Albinsaid, CEO Indonesia Medika, bahwa pengembangan passion menjadi hal terpenting dalam kegiatan karya yang besar, khususnya dalam sosio-preneur. ”Karya besar yang mengagumkan itu lahir ketika passion kita dikerjakan dengan kesabaran. Jika kamu mengikuti pasionmu, uang dan orang-orang dan dampaknya akan mengikutimu. Oleh karena itu, jangan korbankan pasionmu dengan recehan rupiah atau pengaruh orang lain,” ungkapnya.

Beliau pun menceritakan pengalamannya dalam berinovasi dalam bidang kesehatan, sesuai dengan passionnya. Inovasi yang ia lakukan pada yayasan kesehatan, adalah Indonesia medika antara lain adalah klinik asuransi gerobak sampah, yang melihat dari keresahan sosial dari permasalahan bahwa beberapa masyarakat yang tidak memiliki uang, tidak memiliki jaminan kesehatan. Program inovasi ini meliputi pembentukan komunitas, pemberdayaan komunitas sampah, dan adanya penggalangan untuk biaya kesehatan, sehingga adanya akses kesehatan.

Ia pun berpesan bahwa kegiatan yang bersifat inovasi apalagi untuk kemaslahatan sosial sangat penting untuk dilakukan dengan mengembangkan passion sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Meski Tertunda, Animo Tetap Luar Biasa

Meskipun Konferensi ini mundur dari rencana awal pelaksanaan karena pandemi Covid-19, namun tidak menyurutkan semangat para panitia dan juga peserta. Sampai pada saat penutupan pendaftaran, jumlah abstrak paper yang terkumpul adalah sebanyak 1.069 abstrak untuk dua focal, SSHE (Social Science, Humanities, and Education) dan NSTE (Natural Science, Technology, and Engineering). Kemudian diseleksi lagi menjadi 569 paper, dan seleksi terakhir terpilih 250 peserta yang bisa mempresentasikan hasil karyanya melalui video daring.

Semoga melalui konferensi ini rasa percaya diri mahasiswa untuk menumpahkan karya ilmiahnya meningkat, dan bisa menunjukan kepada publik bahwa anak muda selalu memiliki ide-ide yang yang segar dan mau berkontribusi untuk melakukan pembangunan berkelanjutan.

advertorial