Kekalahan Manchester United memang sudah semestinya terjadi.
Yang pertama dan utama mari kita ucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena kita telah diberi nikmat sehat, sehingga masih bisa menonton pertunjukan komedi dari Manchester United (MU) semalam. Yang saya hormati seluruh pencinta sepak bola di seluruh dunia yang sangat berbahagia kecuali fans Chelsea –chuakz.
Buat fans Chelsea gapapa, peluang kalian juara masih besar dan saya yakin betul kalau Chelsea masih bisa bersaing seminimalnya bertengger di 3 besar Premiere League. Yang saya hormati pula pencinta Manchester United dan admin medsos Manchester United Indonesia. Dan yang saya hormati CEO Milenialis.id, Nabhan Mudrik Alyaum yang merupakan fans karbitan Manchester United. Sekaligus saya ingin bertanya, apakah masih perlu fans Manchester United berterimakasih pada Ole?
Kekalahan Manchester United emang selalu menyenangkan di mata banyak fans klub sepak bola lain. Mungkin termasuk fans Norwich City—tim dengan peringkat klasmen terbawah di Liga Inggris, yang timnya sendiri belum tentu bisa menang kalo menghadapi Manchester United. Udah jadi rahasia umum, kalo fans MU ini paling hobi over flexing kalo tim kesayangannya menang, yang sebenernya ga beda jauh sama fans Arsenal.
Bedanya fans Arsenal berani over flexing ketika timnya bisa tembus 7 match tanpa kekalahan, karena mereka paham betul rasanya selalu jadi “bahan kebahagiaan” ketika ada tim yang menang ataupun kalah –salah satunya Manchester United.
Tapi, selalu ada hikmah di balik kegagalan maupun keberhasilan suatu individu maupun tim. Kekalahan MU kali ini ga hanya jadi “bahan kebahagiaan” kita aja, tapi dari buna Manchester United kita belajar kabur dari wisma atlet.
Menutupi Aib Orang Lain
Nah, dari kekalahan MU semalam, kita perlu belajar tentang menutup aib orang lain. MU malam ini benar-benar menutupi aib Barcelona yang kalah tipis di laga El Clasico yang sebenernya ga buruk amat juga. Serangan cantik Real Madrid yang berbuah goal di menit ke-32 dan terjadinya dua goal di menit tambahan babak kedua membuktikan kalo laga ini masih benar-benar bisa dinikmati.
Tapi, namanya pertandingan rivalitas bergengsi akan tetap memalukan bagi yang kalah. Namun, hal laga MU kontra Liverpool bener-bener bikin publik lupa akan kekalahan Barcelona.
Yang kayak gini perlu banget dicontoh. Ketika kita mengetahui keburukan orang lain. Apalagi sampai ditahap mereka curhat atau sekedar bercerita kepada kita, sudah sepatutnya kita menjadi pendengar yang baik dan menjadi pendengar terakhir apabila mereka meminta atau kita rasa hal ini ga boleh orang lain tahu.
Akan lebih oke lagi kalau kita menjadi support system ketika mereka punya problem yang perlu diselesaikan. Dengan begitu kita bisa menjadi ruang aman dan nyaman bagi orang lain, siapa tau kamu juga akan diberi ruang aman dan nyaman oleh orang lain sehingga kita bisa punya circle yang membangun dan supportif. Hal itu dicontoh kan MU semalam, terimakasih MU!
Setia Kawan
Dalam laga semalam, Manchester United menunjukkan sifat kesetia kawanannya dengan Arsenal. Di awal musim, MU diprediksi bisa menjadi pemuncak liga hingga akhir musim dengan pemain-pemainnya yang ga kentang-kentang dan ketambahan mega bintang shampoo clear, Cristiano Ronaldo.
Di sisi lain, Arsenal yang cukup terseok-seok di awal musim bahkan pernah merasakan zona 3 terbawah mendapat label tim yang akan degradasi di akhir musim. Kayaknya mendengar itu, MU sebagai tim lucu ga mau sahabat ”Big Six”-nya ini terseok-seok sendirian di dasar klasmen. Sehingga MU dengan rasa kesetia kawanannya ikut ngebadut.
Kekalahan MU di laga semalam membuat dua tim dengan label berbeda di awal musim ini punya poin yang sama, 14 poin! Lobi-lobi oppah Wenger sama Ole ini bukan main. Oleh kayaknya punya prinsip kayak Uchiha Obito.
“Shinobi yang melanggar aturan memang sampah, tetapi shinobi yang meninggalkan temannya lebih rendah dari sampah”.
Kira-kira itu filosofi dan pelajaran-pelajaran kehidupan yang bisa kita ambil dari latihannya Liverpool laga Liverpool vs Manchester United semalam. Sudah cukup apresiasinya mari kita lanjut hina kritisi Manchester United!
Untuk kali ini Ole sudah benar-benar di ujung tanduk. Sejak awal pembelian pemain, Ole mengambil pilihan yang kurang tepat untuk taktik yang diinginkan. Dalam pembelian bek Manchester United, Ole punya strategi untuk para pemainnya dapat mengantisipasi serangan-serangan balik dari musuh. Namun, para pemain yang dibeli ga punya kemampuan lebih untuk mengantisipasi serangan-serangan, telat naik-turun, dan acap miskoordinasi dalam pertahanannya utamanya Luke Shaw.
🤯 pic.twitter.com/elE8DfOK56— Extra Time Indonesia (@idextratime) October 24, 2021
Padahal dulu MU pernah hampir menikung salah satu bek terbaik sepanjang sejarah sepak bola. Statistiknya jelas, pengalamannya jelas, pokoknya bagus! Namanya Arthur Irawan. Namun sayangnya MU gagal meminang pemain ini karena satu dan lain hal.
Gimana MU? Menyesal, kan? Coba dari dulu mengontrak King Arthur. Ya pertahanannya gak kacau balau. pic.twitter.com/rJUqiXsZkP— Penerbit Fandom (@penerbitfandom) October 24, 2021
Pasca laga Manchester United vs Liverpool mulai bermunculan lagi tagar #OleOut. Saya benar-benar tidak sepakat dengan tagar ini, fans MU harus percaya dengan proses #OleStay. Sir Alex Ferguson butuh bertahun-tahun untuk membawa Manchester United ke masa emasnya, begitu pula Ole. Namun, seandainya Ole memang harus benar-benar meninggalkan MU. Saya usul diganti Dejan Antonic saja.
Yah, semoga Manchester United akan semakin baik kedepannya dalam permainan maupun menanggapi hingar bingar di media sosial dan gak perlu pake buzzer untuk counter narasi dari fansnya sendiri, MALU.
Editor : Hiz
Comments