Kata “Denial” mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita. Kata ini menggambarkan sebuah sifat yang digunakan seseorang untuk menyangkal suatu hal yang telah, sedang atau akan terjadi. Dilansir dari Psychology Today, kebiasaan denial adalah sebuah mekanisme pertahanan diri yang di mana seseorang menolak untuk mengakui sebuah fakta atau pengalaman objektif. Umumnya kebiasaan denial adalah kondisi alam bawah sadar yang berfungsi untuk melindungi orang tersebut dari kecemasan.

Kata denial sendiri muncul pertama kali dari konsep yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Beliau berangkat dari putrinya yakni Anna Freud. Anna mengukapkan bahwa denial secara tidak sadar melindungi ego dari kesusahan yang akan terjadi dengan menolak atau aspek realitas yang ada. Anna juga yang turut mengembangkan gagasan mekanisme dari pertahanan diri dari pikiran dan perasaan cemas.

Alasan dan Ciri-ciri Orang Melakukan Denial.

Tindakan penyangkalan atau denial umumnya dilakukan seseorang untuk melindungi sesuatu yang berhubungan dengan kondisi psikisnya. Melansir dari kumparan.com, denial dilakukan seseorang untuk mengurangi tingkat stress dan kecemasan yang diakibatkan oleh tekanan yang mereka hadapi. Dalam kondisi tersebut, seseorang yang melakukan penyangkalan atau denial tidak dapat menerima atau menolak kejadian tersebut. Sehingga yang dia lakukan adalah menyangkalnya dan mengatakan bahwa kejadian itu tidaklah benar. Meskipun terdapat banyak bukti yang menguatkan atau mendukung sebuah peristiwa atau sesuatu tersebut.

Secara garis besar, disebutkan pula tiga alasan seseorang melakukan tindakan denial. Pertama, tidak ingin mengetahui permasalahan atau problematika dalam hidup, dengan kata lain tidak ingin ambil pusing tentang masalah itu. Kedua, menghindari permasalahan-permasalahan yang terjadi serta yang ketiga, ingin mengurangi konsekuensi atau bahkan menghindari konsekuensi tanpa mau menghadapi atau menyelesaikannya.

Adapula beberapa ciri yang dapat diketahui dari seseorang yang sedang melakukan penyangkalan atau denial. Ciri-ciri tersebut antara lain:

  1. Menolak untuk membicarakan atau membahas permasalah tersebut, seakan-akan dia terkesan untuk menghindari sebuah hal yang menjadi objek permasalahan.
  2. Merasionalisasikan perilaku tersebut, dengan kata lain membenarkan sebuah perilaku.
  3. Lebih cenderung menyalahkan orang lain atau hal yang berasal dari luar untuk sebuah permasalahan, bahkan meskipun hal tersebut secara fakta disebabkan oleh dirinya sendiri.
  4. Bertahan dalam suatu perilaku meskipun ada sebuah konsekuensi negatif yang akan dihasilkan dari pola pertahanan tersebut.
  5. Sering berjanji untuk mengatasi permasalahan di masa depan. Hal ini juga sebagai bentuk dari “melarikan diri” dari tanggungjawab yang harus dilakukan atau diselesaikan.
  6. Menghindari pola yang memikirkan atau membahasa sebuah masalah yang dirasa akan merugikan dirinya.
  7. Terkadang melakan hal atau tindakan manipulatif untuk melindungi dirinya dari tekanan yang dapat terjadi.

Disebabkan Pengaruh Dari Lingkungan ?

Seperti yang telah dijelaskan di atas, denial muncul dari sistem pertahanan diri sendiri yang dipengaruhi oleh kondisi alam bawah sadar. Hal ini tentunya bisa dikatakan hal lumrah yang dapat terjadi terhadap semua orang. Namun, dalam melakukan kebiasaan denial ini ada kalanya hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar orang tersebut.

Misalnya, seseorang yang melakukan suatu hal ketika dia mengakui atau jujur akan suatu hal tersebut justru terkadang mendapatkan timbal balik yang tidak diharapkan oleh orang-orang sekitar. Umumnya hal ini jika terjadi dengan siklus yang cukup berat dan panjang dapat membuat pola pikir pertahanan seseorang tersebut untuk cenderung melakukan denial.

Hal tersebut juga memungkinkan di masa depan dapat memunculkan kondisi psikis semacam Denial Syndrome. Kondisi ini bisa membantu dan bisa juga cukup berbahaya. Dalam konteks positif dapat menjadi sebuah cara untuk menimbulkan rasa tenang dalam pikira kita dan ini harus diikuti dengan memahami masalah-masalah tersebut. Namun, jika dalam konteks negatif denial syndrome ini bisa memicu kondisi kesehatan lainnya seperti mengabaikan kondisi kesehatan fisik meskipun sudah tahu dalam kondisi yang kurang fit atau tidak baik-baik saja.

Editor : Faiz

Gambar : Pexels