Jadi tentor bimbel? Why not!
Di kota-kota besar, seperti Jogja, bisnis bimbingan belajar (bimbel) privat memang nyaris tak pernah sepi. Banyaknya murid baik sekolah negeri maupun swasta dari berbagai jenjang, yang butuh tambahan pelajaran secara privat, bertemu dengan sumber daya mahasiswa yang jumlahnya juga tak kalah banyak. Dan lembaga bimbel privat berhasil mengakomodasi dua potensi ini menjadi sebuah peluang bisnis.
Dulu, selama di Jogja, saya juga pernah terlibat dalam bisnis ini, tepatnya sebagai tentor bimbel privat. Kurang lebih selama dua tahun, tiap sore atau malam sepulang kuliah, saya bolak-balik dari kosan ke kediaman murid bimbel privat, untuk menemani si murid belajar, memperdalam materi pelajaran, atau sekadar mengerjakan PR.
Selama dua tahun berkarier tersebut, tentu banyak sekali dinamika suka dan duka yang saya alami. Ada banyak pengalaman menyenangkan, seperti bertemu murid yang mengasyikkan dan wali murid yang dermawannya minta ampun.
Pun juga pengalaman pahit yang tak kalah banyaknya, seperti di-PHP-in pihak bimbel, pembayaran honor yang terlambat, bertemu murid yang susah diatur, dan pengalaman tidak menyenangkan lainnya.
Nah, dari beberapa pengalaman pahit ini, saya jadi kepikiran untuk menuliskan beberapa tips buat teman-teman mahasiswa yang kebetulan ingin berkarier menjadi tentor bimbel privat. Harapannya, sih, pengalaman pahit saya ini tidak sampai teman-teman alami. Atau setidaknya, tips ini bisa menjadi referensi pencegahan agar pengalaman buruk saya tidak menimpa teman-teman. Simak baik-baik ya, teman-teman~
Pertama,pastikan lembaga bimbel privat yang kelak akan menaungi teman-teman sebagai tentor privat, betul-betul lembaga bimbel privat betulan. Bukan bimbel fiktif dan abal-abal yang cuma ada iklannya doang, tapi kalo dihubungi nggak pernah ada jawaban. Pastikan juga lowongan tentor bimbel ini, jobdesknya ya mengajar murid sekolah. Bukannya suruh jadi agen MLM atau pekerjaan-pekerjaan lain yang mungkin belum tentu aman.
Cara paling mudah memastikan lembaga bimbel privat ini betulan, bisa dengan mengecek akun media sosial atau website resminya. Kalau media sosial atau websitenya cukup sering update postingan daftar biaya les privat dan rekrutmen tentor, sudah bisa dipastikan bimbel privat ini cukup aman. Ya nggak harus yang medsosnya sering update-update banget sih. Minimal updatenya tiap 6 bulan sekali gitu lah atau tiap per semester saat bimbel-bimbel sedang ramai-ramainya buka lowongan tentor.
Jangan sampai mengulangi kesalahan saya. Dulu saya sempat mendaftarakan diri sebagai tentor ke pihak bimbel abal-abal dan tidak jelas. Sudah lah bimbelnya sangat sulit dihubungi, sekalinya bisa dihubungi, instruksi mengajarnya tidak jelas. Sial betul.
Kedua, setelah resmi diterima sebagai tentor, hal penting yang tidak boleh terlewatkan berikutnya adalah memahami isi perjanjian kerja dengan pihak bimbel. Lembaga bimbel yang niat dan serius, pasti akan membuat perjanjian hitam di atas putih terkait hak dan kewajiban dengan para tentornya.
Perjanjian hak dan kewajiban tersebut harus dibaca dan dipahami betul-betul. Bila ada yang masih rancu, sila bisa ditanyakan kepada pihak bimbel. Pastikan paham to the bone, ya, teman-teman.
Terlebih lagi jika perjanjiannya berkaitan dengan masalah honor yang akan kalian terima. Ini pentingnya penting kuadrat. Nah, oleh karena tentor bekerja sama dengan pihak bimbel dalam urusan mencarikan murid yang diajar, maka pada honor yang dibayarkan oleh wali murid ke tentor akan ada potongan yang nanti masuk ke kantong pihak bimbel.
Besarnya tergantung kesepakatan di awal. Pastikan teman-teman mendapat honor yang layak, ya. Kalau tidak layak, mending negosiasi ulang atau cari bimbel lain saja. Sebagai gambaran, terakhir saya menjadi tentor di Jogja sekitar awal tahun 2020, pihak bimbel mendapat sekitar 15-20% dari harga les per pertemuan. Sementara tentor sekitar 80-85%.
Soal honor ini, jangan lupa pastikan juga, pada tanggal berapa tentor akan mendapat kiriman honor tiap bulannya. Ini penting, sebab ketika tentor tahu batas tanggal honor dibayarkan, tapi kok nggak kunjung dibayar sama pihak bimbel, tentor bisa menagihnya ke pihak bimbel.
Ketiga, saat mengajar murid bimbel nanti, posisikan diri teman-teman sebagai teman belajar. Nggak usah dimiripin sama guru yang ngajar di sekolah. Bahasa komunikasinya pun jangan kaku-kaku amat. Santai wae ngunu, lho.
Lebih bagus lagi, di sela-sela kegiatan belajar bisa diselingi dengan obrolan tentang apa-apa yang murid sukai. Sepak bola, gim online, KPOP, kejadian yang sedang viral, atau bisa juga dengan rasan-rasan guru di sekolahan wqwq.
Sebetulnya, anak-anak yang mengambil bimbel privat ini juga sudah capek, lho, dengan rutinitas dijejali pelajaran-pelajaran yang belum tentu mereka sukai. Cuma ya karena orang tua mereka peduli dan anaknya juga pengen paham pelajaran, makanya mereka minta tolong kepada kita. Ya, begitu lah, intinya. Tidak perlu membebani murid saat bimbel.
Itu lah beberapa tips yang bisa saya bagikan kepada teman-teman mahasiswa yang ingin berkarier menjadi tentor bimbel privat. Ya, walaupun latar pengalaman saya ini di Jogja, rasanya tetap bisa relate dengan kota-kota lain, kok. Jadi, selamat menjalankan tips dari saya, ya.
Editor : Hiz
Foto : Istimewa
Comments