Ramadhan sebentar lagi. Harus siap membentengi diri. Salah satunya tips melawan perilaku ghibah! Simak tipsnya berikut ini!

Mungkin sudah mafhum, bahwa menurut bahasa, ghibah itu berasal dari kata ghaba-yaghibu yang artinya menggunjing.

Namun secara istilah, ghibah adalah menyebut-nyebut keadaan seseorang dihadapan orang lain di kala yang bersangkutan tidak ada. Manakala yang bersangkutan mendengarnya, tentu menyadari ketidak senangannya terhadap ucapan tersebut.

Ghibah itu tidak mengenal waktu dan tempat. Banyak kesempatan bagi siapa pun untuk berghibah. Kesempatan yang tak terduga, di mana pun tempatnya menggibah telah menjadi aktivitas yang menonjol di segala arah.

Pasti yang akan didapatkan tentu perbincangan tentang keburukan. Hal dibalik semua ini, bagaimana pun pelajaran yang seharusnya diambil mulai tersingkirkan.

Selain berupa ucapan yang menyakitkan, ghibah itu juga bisa berupa isyarat dengan mata, bahkan dengan tulisan.

Manakala dapat dipahami betul bahwa semuanya memiliki maksud untuk mempertontonkan kecacatan atau kekurangan yang diceritakan.

Hal demikian tak lain supaya menunjukkan eksistensi dirinya sebagai orang yang paling sombong.

Tentu saja stigma ghibah ini sangat sulit diterima berdasarkan akal yang sehat dan jernih. Bahkan, pada dasarnya stigma ghibah itu diilustrasikan seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati. Sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Hujurat ayat 12 yang artinya:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Sungguh rugi rasanya jika perilaku ghibah dibiarkan meraja rela. Bagaimana tidak, selain menyebabkan mudharat yang besar bagi masyarakat sekitar, ghibah juga salah satu wadah dalam rangka mengkotori lidah yang Allah karuniakan.

Maka dari itu, agar melawan perilaku ghibah dengan baik, tentu perlu dipahami tiga tips, di antaranya:

#1 Merenungi Kekurangan Diri Sendiri

Merenungi kekurangan diri sendiri berarti mengoreksi diri sendiri. Perlu digaris bawahi, kejelekan atau kekurangan bukan hanya terdapat dalam diri saudara atau tetangga saja, melainkan juga terdapat dalam diri kita masing-masing.

Oleh karena itu, dengan merenungi bahwa diri kita sendiri memiliki kekurangan, Insha Allah kita akan dapat menahan dari perbuatan ghibah.

#2 Beristighfar

Untuk tips ini, terealisasi bagi yang terlanjur melakukan ghibah. Imam Ghazali menyatakan bahwa apabila kita terlanjur menggunjing, maka segeralah supaya beristighfar, lalu meminta maaf kepada orang yang kita gunjingkan.

Kalau tidak sempat menemuinya, maka perbanyaklah memuji dan mendo’akan serta menyebut kebaikannya. Dengan cara demikian, tentunya kita akan terbebas dari dosa ghibah.

#3 Mengingat Pedihnya Azab Allah

Dalam hal ini, kita cukup mengingat azab Allah kepada wanita yang suka mengghibah atas saksi mata Rasulluah dalam perjalanan Mi’raj yang berangsur-angsur memakan daging tubuhnya sendiri dan mencabik-cabik wajahnya dengan bekas kukunya.

Tentunya, azab tersebut sangat mengerikan bilamana dibayangkan. Dengan mengingat azab ini, Insha Allah kita dapat menahan diri dari stigma ghibah.

Demikian tiga tips melawan perilaku ghibah dengan baik. Tentu saja setidaknya dengan tiga tips tersebut bisa membantu dalam meminimalisir stigma ghibah yang sudah mandarah daging di masyarakat.

Semoga dengan pemaparan tiga tips tersebut, seluruh umat Islam bisa mengaktualisasi dirinya masing-masing agar menjadi insan yang bermanfaat. Aamiin.

Editor: Lail

Gambar: Pexels