Tetap tenang, ditengah gempuran teman yang nikah muda. Penting untuk kita ketahui bekal nikah untuk muslimah! Simak ulasannya berikut!

Siapa sih yang nggak tahu Arif Rahman Lubis? Yap, beliau adalah seorang inspirator dakwah melalui sosial medianya sekaligus seorang penulis. Salah satu karyanya yang best seller adalah berjudul Muslimah Bercahaya.

Tepat setahun yang lalu (4/4/2021), saya mengikuti webinar bersama beliau dengan tema “Bekal Nikah seorang Muslimah”.

Tentang bagaimana kita sebagai seorang perempuan sekaligus muslimah membekali diri untuk menjadi calon istri maupun calon ibu.

Saya kurang tahu persis apakah materi yang disampaikan bersinggungan dengan isi dari buku di atas karena terus terang saya belum membaca buku tersebut.

Namun, yang pasti tulisan ini saya rangkum dari webinar tersebut dan beliau menyampaikan empat poin ciri muslimah bercahaya.

So, markimak! Mari kita simak! Jangan lupa baca bismillah dulu, ya.

1. Taat Kepada Allah SWT dan Menyenangkan

Kita bisa menentukan standar nilai apakah seorang calon istri maupun ibu tersebut baik atau tidak dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai dasarnya. Ingat bahwa Allah tidak pernah menilai hamba-Nya dari rupa maupun kekayaannya.

Bukan dari jenis kulitnya atau apa pun yang berkaitan dengan fisik. Melainkan Allah membedakan dan menilai kita dari segi ketakwaannya.

Pandangan terbaik dari Allah adalah dia yang bertakwa dan juga dilihat dari keimanan Sebagaimana dalam firman Allah SWT. dalam QS. Al-Hujarat (49) : 13

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya yang paling mulia dihadapan Allah di antara kalian adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat[49]: 13)

Ketika kita telah menjadikan agama sebagai aturan tertinggi dalam hidup kita, maka masalah sekecil apa pun di dalam rumah tangga Insyaa Allah bisa dengan mudah diselesaikan.

Selain taat kepada Allah, yang tidak kalah pentingnya adalah taat dan berbakti kepada orang tua karena ridho Allah bergantung pada ridho orang tua.

Menjadi seorang yang taat bisa kita latih, kok! Caranya dengan berusaha selalu taat kepada pemimpin di mana pun kita berada. Misalnya kita sebagai mahasiswa taat dengan dosen, sebagai anak taat dengan orang tua, dsb.

Kemudian bagaimana yang dimaksud dengan menyenangkan? Menjadi pribadi yang menyenangkan tidak hanya sebatas berpenampilan rapi di hadapan suami.

Melainkan murah senyum, bertutur baik, lemah lembut, tidak suka membicarakan keburukan orang, menghargai orang, senantiasa melihat kebaikan pasangan, tidak suka mengeluh, dan masih ada banyak hal.

Karena menyenangkan di hadapan suami itu adalah pahala bagi istri, lho!

2. Pribadi yang Terjaga

Seorang muslimah ketika menjadi calon istri sudah semestinya harus menjaga diri, bukan? Namun, bukan berarti setelah menjadi istri kemudian kita bisa membebaskan diri.

Justru ketika sudah menjadi istri, kewajiban menjaga diri itu masih melekat dan malah semakin erat. Lalu bagaimana caranya kita bisa menjaga diri setelah menjadi istri?

Oke, mari latihan sejak dini! Mulai dari hal kecil, deh. Jaga mata dan hati ketika berselancar di sosial media. 

3. Pandai Mengelola Rumah Tangga dan Membantu Proses Kepemimpinan Suaminya

Ada dua hal yang perlu dan penting untuk kita perhatikan dalam berumah tangga, pertama tentang bagaimana memanajemen waktu dan kedua tentang bagaimana mengelola keuangan.

Terkait manajemen waktu, dapat kita lakukan dengan cara membuat target agenda untuk hari esok dan menyusun skala prioritas.

Namun, perlu diingat ketika menjadi seorang orang tua, kita tidak bisa mengajarkan manajemen waktu ke anak jika kita sendiri tidak bisa mengelolanya juga.

Saat ingin memberikan contoh kepada anak, maka yang harus dilakukan adalah memulai dari diri kita sendiri. Misalnya kita berkeinginan anak bisa rajin bangun subuh, artinya minimal kita juga bisa bangun sebelum subuh.

Sebagaimana pepatah mengatakan, 1 teladan (contoh) lebih baik dari 1000 nasihat.

Selanjutnya adalah mengelola keuangan rumah tangga. Cara umum yang bisa dilakukan adalah dengan mengalokasikan keuangan sesuai porsi dan kebutuhan.

Misalkan dengan menggunakan konsep 1/3 yang terdiri dari 1/3 sedekah, 1/3 konsumsi, 1/3 investasi/tabungan. Pada intinya, ada porsi untuk sedekah, tabungan dan konsumsi.

4. Menjadi Madrasah Utama

Ketika kita hendak mendidik anak, artinya kita juga harus semangat untuk senantiasa mendidik diri kita sendiri. Saat hendak berumah tangga pun, sebisa mungkin kita memiliki visi, ingin dibawa ke mana keluarga kita kelak.

Misalkan kita memiliki visi menjadi keluarga qur’ani, maka misi yang dapat kita susun adalah dengan mengenalkan dan mengajarkan anak serta keluarga untuk senantiasa dekat dengan Al-Qur’an, mencetak anak penghafal Al-Qur’an, dan lain sebagainya.

Di sinilah peran orang tua juga berfungsi, yakni sebagai madrasah utama bagi anak.

Penting untuk menjadi catatan: jangan sepelekan omongan kita (orang tua) ke anak (buah hati), karena bisa jadi itu akan berdampak ketika ia telah beranjak dewasa, entah berimbas ke sikap atau kepribadiannya.

Jadi, menurut ku penting juga calon orang tua untuk belajar bagaimana parenting yang baik agar dapat menjadi madrasah utama dan terbaik bagi si buah hati.

Demikian empat ciri muslimah bercahaya yang disampaikan Ust. Arif Rahman Lubis. Sebelum tulisan ini saya tutup dengan titik terakhir, izinkan saya mengutip sebuah hadits :

***

Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkan, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud)

***

Terima kasih sudah membaca hingga kata ‘ini’. Semoga kita bisa memantaskan dan mempersiapkan diri untuk menjadi seorang muslimah calon istri dan ibu yang baik untuk pasangan kita kelak. Aamiin.

Editor: Lail

Gambar: Google