Menikah muda, salah satu goals muda-mudi yang mendambakan hidup dalam ke-uwu-an. Tujuan hidup ini kerap sekali dikoar-koarkan ketika beban hidup seperti tugas pendidikan atau pekerjaan mulai menekan batin. Saat tertekan, membayangkan indahnya kehidupan rumah tangga dilengkapi dengan momongan yang lucu-lucu pasti akan membuat hati merasa ingin menyegerakan menikah.

Untuk perempuan, menikah sangat indah karena dimanjakan suami dan tugas pokoknya hanya mengurus rumah dan anak-anak. Untuk laki-laki, menikah sangat nikmat karena ada yang merawat dengan sepenuh hati dan urusan rumah semuanya beres. Tak hanya alasan itu, alasan menghindari zina dan pahala yang dijanjikan dalam agama pun juga turut menyertai. Hhm…

Memang benar segera menikah sangat baik dalam agama, pahalanya pun sangat besar. Tapi apakah dengan faktor tersebut semuanya bisa diselesaikan? Tidak, faktor duniawi juga harus dipertimbangkan. Jika menikah muda dengan keadaan mental dan finansial belum siap, serta masih ada keragu-raguan pada pasangan, apakah hal tersebut bukan masalah?

Niatnya ingin mendapat pahala dengan menghindari zina, tetapi dengan segala ketidaksiapan itu bisa jadi akan membuat banyak permasalahan dalam pernikahan. Bisa jadi akan sering bertengkar dan yang paling buruk bisa bercerai, sedangkan perceraian sangat dibenci oleh Tuhan. Lalu? Apakah dinilai dari sisi agama saja cukup? Lagi-lagi tidak, pertimbangan keadaan mental, finansial, dan keyakinan terhadap pasangan juga penting.

Keadaan Mental

Mental adalah yang paling berkenaan dengan setiap aspek kehidupan. Disaat susah senang, sehat sakit, kaya miskin semuanya membutuhkan mental yang kuat. Ketika menikah kita akan hidup dengan orang lain, menyatukan dua pikiran untuk satu tujuan tidak selalu mudah dilakukan. Sebelum memutuskan menikah muda, bertanyalah pada diri sendiri apakah kamu siap menyerahkan masa muda mengabdi pada suami/istri sedangkan masih banyak hal yang ingin kamu explore? Ketika menikah, kaki tidak akan sebebas itu melangkah, ada pasangan dan anak-anak yang harus dipertimbangkan.

Apakah kamu siap mental dalam pendidikan dan pekerjaan? Jika ingin mengambil studi lebih lanjut, akan lebih mudah bagi seseorang yang lajang untuk memilih tempat studi, bahkan di luar negeri sekalipun. Ketika menikah, semuanya harus mempertimbangkan pasangan dan anak-anak. Dalam mencari pekerjaan, banyak sekali pekerjaan dengan syarat “belum menikah”. Ketika memutuskan menikah muda sebelum bekerja, tentu akan semakin sedikit pilihan pekerjaan yang bisa diambil. Untuk perempuan, lalu kenapa tidak jadi ibu rumah tangg saja? Toh, yang wajib bekerja hanya suami. Bekerja akan menaikkan daya tarikmu. Misal di mata mertua, ketika kamu memiliki pekerjaan, mertua akan bangga dan menganggapnya sebagai prestasi.

Apakah mentalmu sudah siap menjadi orang tua? Jangan dibayangkan menjadi orang tua hanya perlu memberi makan dan mainan saja, ada tanggung jawab pendidikan moral yang harus dilakukan. Akan lebih baik jika orang tua berwawasan luas. Lalu apakah mentalmu siap menjadi guru kehidupan untuk anak-anakmu? Mental orang tua harus siap untuk memiliki rasa kepo dalam banyak hal, mempelajari sesuatu untuk diajarkan pada anak.

Keadaan finansial

Tentunya kebutuhan finansial tiap pasangan berbeda, kita sendiri yang dapat mengukur kebutuhan kita. Apakah keadaan finansial kita dan pasangan sudah siap, minimal untuk masa awal-awal pernikahan. Terutama untuk perempuan, pasti akan baik sekali jika memiliki penghasilan sendiri. Kenapa? Kamu tidak tahu kehidupanmu kedepannya akan terus mulus secara ekonomi atau tidak.

Tidak ada yang tahu apakah kamu akan bersama suami sampai tua. Bisa jadi, suami ditakdirkan berpulang lebih dulu. Ketika itu terjadi, dengan keadaan kamu yang tidak bekerja, lalu bagaimana caramu untuk menjalani kehidupan? Ternyata penting sekali bagi seorang istri tetap memiliki penghasilan. Penghasilan istri bisa ditabung untuk dana cadangan, misal ada sesuatu yang mendadak seperti keluarga yang sakit. Nafkah dari suami tetap diutamakan dan penghasilan istri bisa ditabung.

Keyakinan pada Pasangan

Ini adalah yang paling penting. Apakah kamu sudah 100% yakin dengan pasangan? Apakah kamu sudah siap menerima kebaikan dan keburukannya? Apakah dia bisa menerima kebaikan dan keburukanmu? Apakah kamu sudah siap berproses menjadi lebih baik bersamanya? Apakah kamu dan dia siap berjuang ketika keadaan nanti tidak sesuai dengan rencana? Apakah kalian siap untuk setia?

Sebelum menikah, sangat perlu untuk benar-benar berkaca dan menilai dirimu. Apakah kamu ingin menikah muda karena memang sudah siap? Atau hanya karena emosi sesaat? Jika memang sudah siap maka silahkan. Menikah bukanlah solusi dari semua permasalahan hidup. Menikah adalah gerbang kehidupan baru yang lebih kompleks. Tanggung jawabmu tidak lagi untuk dirimu sendiri, tanggung jawabmu akan meluas pada pasangan, anak, orang tua, dan mertua. Lalu apakah kamu benar-benar siap menerima tanggung jawab itu? Hanya kamu sendiri yang bisa mengukurnya.