Berbicara sepakbola tidak akan pernah ada habisnya. Sepakbola menjadi olahraga yang diminati dan digemari oleh hampir semua kalangan. Semua orang bisa memainkannya dengan cara sederhana. Teringat masa kecil, cukup bermodalkan ladang milik petani yang tidak ada tanamanya, batu ditumpuk sebagai penanda gawang dengan jarak lima jangkahan kaki anak SD, tanpa sepatu/nyeker dan bola yang dibeli dari hasil iuran. Tim yang berhak memainkan laga awal ditentukan berdasarkan hompipa lalu dibagi menjadi beberapa tim. Siapapun tim yang kemasukan gol lebih dulu, berarti tim tersebut harus menyudahi pertandingan dilanjutkan dengan kloter berikutya menunggu.

Di  tengah pandemik Covid-19, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) kini berusia ke 90 tahun. Publik menggantungkan harapan sangat besar kepada induk organisasi sepakbola di Indonesia agar kedepannya sepakbola Indonesia jauh dari berbagai konflik kepentingan internal di PSSI dan fokus terhadap peningkatan mutu prestasi.

 

Kecintaan Bung Karno terhadap PSSI

Sepakbola adalah alat juang seperti diungkapkan oleh Bung Karno Presiden pertama Republik Indonesia penggemar sepakbola. Sewaktu melepas timnas Indonesia melakukan lawatan ke Belanda untuk bertanding dengan Feyenoord Rotterdam, Bung Karno memotivasi salah satu pemain timnas. Ia bernama Soetjipto Soentoro atau disapa Gareng sekaligus pemegang ban kapten.

“Kau Gareng, lawan si Belanda itu. Dan tunjukkan bahwa bangsa Indonesia itu bangsa besar,” ujar Bung Karno.

Pada ulang tahun PSSI ke-25 Bung Karno mengirimkan surat kepada PSSI yang menunjukkan kecintaannya pada olahraga cabang sepakbola ini.

Berikut isi petikan suratnya.

Dengan gembira saya memenuhi

Permintaan Pengurus Besar PSSI untuk

Menulis beberapa kalimat dalam buku ini.

Saja melihat, adalah perkembangan djuga

Dari permainan sepakbola di Indonesia

Diwaktu jang akhir-akhir ini. Perkembangan

Itu oleh karena PSSI mau belajar dari luar

Negeri dan mau pula melatih diri.

Sekalipun demikian, perkembangan itu

Belum mencapai taraf yang kita kehendaki.

Moga-moga sesudah kongresmu sekarang

Ini, PSSI dapat membawa olahraga

Sepakbola Indonesia kea rah taraf jang

Sedjajar dengan kesebelasan luar negeri

Yang termadju!

Merdeka!

Ir Sekarno

Tampak Siring 18/6/1955

 

HUT ke-90 PSSI, Soeratin Diusulkan Menjadi Pahlawan Nasional

Pada Minggu, (19/4/2020) PSSI genap berusia 90 tahun, mengutip dari laman pssi.org. pada saat itu tujuh belas tokoh dari tujuh wakil klub perserikatan, berkumpul membentuk Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Rapat demi rapat dilakukan di malam hari demi menghindari incaran polisi Belanda agar pertemuan tersebut tidak ditetapkan sebagai gerakan politik. Ketika akhirnya terbentuk, namanya pun tidak memakai kata sepakbola, sehingga tidak dituduh menyaingi organisasi sepakbola Belanda, NIVB atau Nederlands Indische Voetbal Bond.

Sejak awal mula kelahiran PSSI, Muhammadiyah sudah berperan, pendiri PSSI Soeratin dan Abdul Hamid adalah pengurus Muhammadiyah. Menurut Iriawan, almarhum Soeratin Sosrosugondo layak mendapat anugerah sebagai pahlawan nasional atas seluruh jasanya membuat sepakbola sebagai alat pemersatu bangsa di era pergerakan menuju kemerdekaan.  Abdul Hamid adalah ayahanda dari Dasron Hamid yang juga pernah di Pimpinan Pusat Muhammadiyah. ada lagi para pemain timnas Indonesia seperti Djamiat Dalhar dan Maulwi Saelan kiper timnas Indoenesia sekaligus wakil komandan Cakrabirawa era Soekarno.

 

Muhammadiyah dan Geliat Sepakbola Indonesia

Muhammadiyah kembali melebarkan sayap dakwahnya di dunia persepakbolaan nasional. Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) menggandeng klub kebanggaan asal kota pahlawan sebagai sponsor yakni Persebaya Surabaya. Kerjasama dilakukan dengan bersama manajemen Persebaya selama 1 tahun.

Tak berapa lama berselang Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim mengambil status kepemilikan Semeru FC yang bermarkas di Lumajang. Dengan nama PS Hizbul Wathan disematkan untuk mengganti nama tersebut. Muhammadiyah memiliki perhatian serius dalam dunia sepakbola, dikarenakan sepakbola adalah olaharaga yang paling popular di Indonesia sampai saat ini. Kedepannya, Muhammadiyah harus sudah mempunyai fasilitas penunjang. Munkin diantaranya Stadion berskala nasional sebagai tempat yang mewadahi bibit muda Muhammadiyah.

 

Penulis: Izzuddin Al

Ilustrator: Ni’mal Maula