Sebagian besar dari kita pasti sudah tidak asing dengan yang namanya love language. Namun, ternyata masih ada istilah lain tentang cinta yang masih jarang diketahui orang yaitu lovestyle. Jadi, apa itu love style?

Apa Itu Love Style?

Love style ialahi gaya cinta yang ada pada diri seseorang ketika dia berusaha untuk mengekspresikan perasaan atau emosi kepada orang terdekatnya. Ternyata menurut Dr. Millan dan Kay Yerkovich (How We Love, 2017), kita menanggapi cinta dalam banyak konteks yang berbeda. Cara kita menyatakan cinta pada pasangan, orang tua, keluarga, atau sahabat kita inilah yang ternyata tidak muncul secara tiba-tiba melainkan terbentuk sejak kecil. Pola asuh orang tua, lingkungan, bahkan trauma menjadi faktor yang
turut membentuk diri kita.

Macam-Macam Love Style

Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami jenis love style yang ada pada diri sendiri :

  1. The Avoider
    Tipe yang pertama adalah The Avoider. Orang dengan tipe love style ini seringkali berasal dari orang tua yang kurang memberikan kasih sayang sewaktu kecil dan selalu menuntut mereka untuk mandiri. Orang tua yang tidak terhubung secara emosional dengan Avoider menyebabkan mereka tumbuh dengan menahan perasaan serta keinginan di dalam hati. Ketika dewasa, mereka cenderung mengabaikan adanya emosi dan sulit untuk membuka diri pada orang lain ketika akan memulai suatu hubungan.
  1. The Pleaser
    Sewaktu kecil, apakah orang tuamu selalu kritis dan menuntutmu menjadi “anak baik”? Jika iya, mungkin kamu adalah The Pleaser. Orang dengan tipe ini selalu berusaha melakukan segala cara agar terlihat baik dan tidak memicu amarah dari orang tua. Pleaser selalu mengutamakan perasaan orang lain dibanding dirinya sendiri. Mereka sulit untuk menolak sesuatu meskipun tidak menyukainya karena tidak ingin mengecewakan orang lain dan berujung pada konflik. Dalam sebuah hubungan, mereka sulit untuk mengekspresikan emosi dan mengungkapkan apa yang mereka mau.
  2. The Victim
    Sebagai anak yang harus tetap patuh di tengah keluarga yang berantakan, The Victim berusaha untuk bertahan dalam menghadapi orang tua yang pemarah dan melakukan kekerasan fisik. Sebagai jalan pintas, beberapa dari mereka mulai membangun dunia imajinasi di dalam kepala sebagai pelarian sementara dari rasa sakit di kehidupan nyata. Ketika dewasa, Victim sangat rentan mengalami depresi dan kecemasan saat berada dalam sebuah hubungan.
  3. The Controller
    Tipe ini biasanya merupakan anak yang kurang mendapat perlindungan orang tua saat kecil sehingga mereka belajar melindungi diri dari perasaan takut, penghinaan, dan ketidakberdayaan. Controller seringkali menggunakan amarahnya sebagai tameng untuk tetap mendominasi dalam sebuah hubungan. Mereka suka mencari solusi sendiri dan akan marah jika orang lain ikut campur dalam menyelesaikan masalah yang ada.
  4. The Vacillator
    Tumbuh dengan orang tua yang tidak menjadikan anak sebagai prioritas utama, mereka selalu merasa ditinggalkan. Saat orang tuanya datang untuk memberi perhatian dan kasih sayang, mereka telah kecewa dan tidak mau menerima. Ketika The Vacillator dewasa dan berada dalam hubungan, mereka sangat sensitif dan mengharapkan sebuah hubungan yang sempurna. Jika kecewa, mereka lebih memilih untuk pergi dan memulai hubungan baru.

Hubungan Yang Baik

Nah, setelah kalian memahami berbagai tipe love style di atas ternyata masing-masing berdampak negatif pada hubungan saat dewasa akibat pola asuh masa kecil yang salah.

Namun, ternyata ada satu tipe yang tepat dan siap untuk menjalani sebuah hubungan yaitu The Secure Connector. Mereka merasa nyaman dengan adanya timbal balik pada sebuah hubungan serta dapat menghargai diri sendiri dan pasangan. Secure Connector adalah komunikator yang baik sehingga ketika menghadapi konflik, mereka akan menganggap hal tersebut sebagai pendewasaan. Mereka tahu bahwa mereka tidak sempurna dan tidak segan untuk meminta maaf ketika salah.

Menjalani sebuah hubungan, tidak hanya diperlukan usia yang matang namun juga kesiapan mental. Jika kamu termasuk ke dalam 5 tipe love style dengan trauma masa kecil, ada baiknya untuk menyembuhkan luka batin tersebut sebelum memulai hubungan baru
dengan seseorang.

Editor : Faiz