Saya adalah orang yang takut banget sama makhluk-makhluk dari dunia lain. Selain karena tak terlihat oleh mata, mereka juga menyeramkan. Seenggaknya, begitulah gambaran yang sering saya dapatkan. Entah melalui cerita teman, buku-buku bertema mistis, film horor, ataupun dari beberapa thread di Twitter.
Namun, meskipun penakut, saya sama sekali nggak pernah membatasi diri dari kegiatan mendengarkan cerita horor, membaca buku mistis ataupun menonton film-film yang sosok-sosok hantunya menyeramkan. Bagi saya, terdapat kepuasan tersendiri saat berhasil menyelesaikan kegiatan-kegiatan seputar dunia horor tadi. Meskipun, setelahnya saya seringkali merasakan takut sendirian dan nggak berani mematikan lampu saat akan tidur.
Ternyata, bukan hanya saya saja yang bersikap seperti itu. Beberapa teman saya yang sama penakutnya, juga masih suka menonton film horor dan membaca cerita-cerita horor. Ya, meskipun setelahnya, mereka jadi nggak berani lagi pergi ke kamar mandi malam-malam sendirian.
Melihat fenomena tersebut, saya kemudian mencari tahu apa saja penyebab orang-orang seperti saya dan teman-teman saya ini tetap nekat mencaritahu hal-hal berbau horor meskipun aslinya adalah orang-orang penakut. Berikut saya jabarkan satu per satu.
Penasaran
Alasan paling utama mengapa tetap membaca dan menonton film horor, tentu saja karena penasaran. Saat kecil dulu, ketika sinetron Pocong-nya Mumun (atau Momon? Lupa, hehe) lagi ramai dibahas, saya memilih menontonnya dengan tekun. Meskipun dari jarak yang agak jauh. Setiap kali pocongnya muncul, saya biasanya refleks berteriak atau memejamkan mata. Apalagi kalau matanya sudah melotot. Haduh, alamat terbayang-bayang sampai kebawa mimpi.
Walaupun memiliki perasaan takut, saya tetap menontonnya setia hingga sinetron tersebut berhenti tayang di Tv. Alasannya, tentu saja karena saya penasaran bagaimana akhir kisah hantu pocong tersebut.
Sewaktu film The Conjuring yang pertama sedang ramai diperbincangkan, saya benar-benar penasaran akan film tersebut dan memutuskan untuk menontonnya. Tentu saja, saya menontonnya beramai-ramai dengan teman-teman sekelas saat jam kosong. Dan setelahnya, selama tiga bulan saya harus puas tidur dengan lampu kamar yang menyala. Pasalnya, tiap kali saya mematikan lampu, yang terbayang justru adegan kemunculan hantu di bagian ruang bawah tanah yang gelap gulita. Tapi anehnya saya merasa lega karena berhasil menuntaskan rasa penasaran tersebut.
Nggak Mau Ketinggalan Isu yang Lagi Happening
Nggak tahu kenapa, beberapa film dan cerita-ceruta tentang hal-hal mistis pasti selalu meledak dan banyak diperbincangkan khalayak ramai. Film The Conjuring, Annabelle, Insidious, dan lain-lainnya. Yang masih segar, tentu saja cerita-cerita horor yang diangkat oleh Om Simple Man di jagad dunia Twitter.
Ketika pertama kali mendengar kisah KKN di Desa Penari, saya sudah punya feeling jika ini pasti cerita yang bersangkut-pautkan dengan dunia mistis. Karena sudah merasa takut, saya abaikan dulu. Meskipun, rasa penasaran sudah menggunung.
Ketika sedang nongkrong bersama teman-teman, topik obrolannya seputar kisah KKN tersebut. Perbincangan di grup WhatsApp, isinya juga sama. Bahkan, ada yang membagikan kisahnya dengan sudut pandang yang lain dari kisah yang pertama.
Membaca-baca artikel dan berita, isinya juga sama. Bahkan, sampai ada yang berhasil menemukan letak lokasi KKN-nya hingga universitas tempat para mahasiswa tersebut kuliah. Buka televisi? Sama saja. Isinya reportase penelusuran lokasi tempat cerita KKN di Desa Penari bermula. Pokoknya, semua hal yang saya temui, isinya adalah tentang hal tersebut.
Akhirnya, biar nggak ketinggalan isu yang lagi happening, saya memutuskan untuk membaca thread cerita aslinya di Twitter. Walaupun harus diiringi dengan jantung yang berdetak keras, perasaan was-was dan ketakutan yang menggunung. Semuanya tentu saja demi nggak ketinggalan isu dan nyambung saat diajak ngomong tentang hal tersebut. Hadeuh, ribet banget emang hidup bersosial ini.
Demi Kepuasan Diri
Ketika berhasil menonton film The Conjuring yang hantunya Valak, saya merasa sangat puas. Rasanya seperti berhasil menaklukkan perasaan takut, atau berhasil melewati batasan yang sudah saya buat sendiri. Beberapa teman saya juga merasakan hal yang sama. Ya, meskupun setelahnya ada beberapa konsekuensi yang harus dibayar, sih. Seperti, takut melihat ruangan gelap, menyalakan lampu saat tidur, atau memilih menahan agar nggak pipis tengah malam hanya karena takut ke kamar mandi sendiri.
Tapi, semua konsekuensi tersebut tampaknya sebanding dengan rasa puas dan lega yang didapatkan setelah berhasil menonton film horor, membaca cerita seram, ataupun mendengar cerita seorang teman yang baru saja mengalami kejadian mistis. Iya, ujung-ujungnya hanya untuk memuaskan ego diri-sendiri. Hehe.
Comments