Hari ini kami kedatangan seorang tamu, seorang teman nongkrong dari anak saya sekaligus mantan siswa les di bimbingan belajar kami. Dia seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas perbankan swasta terkenal di Semarang. Saat ini dia sedang berkutat dengan penelitian untuk materi skripsinya. Kabar yang membahagiakan, mengingat dulu dia terpuruk merasa salah jurusan.

Saya ingat betul betapa besar keinginannya dulu untuk bisa kuliah di fakultas komunikasi dengan spesifikasi jurusan hubungan internasional. Tetapi ternyata semesta tak memihak dirinya. Apalah daya, akhirnya dia terdampar di ekonomi perbankan. Bukan jurusan yang dia suka tetapi paling tidak jurusan ini memiliki kesempatan serta pilihan kerja yang lebih luas, dan yang pasti mendapat restu dari orang tuanya.

Dia bercerita betapa menderitanya dirinya di tahun awal perkuliahan. Sudahlah tidak menyukai dunia perbankan, harus bertemu dengan mata kuliah yang mostly serius, masih juga harus berada di lingkungan yang tidak sesuai dengan karakter dasarnya yang easy going. Sempat mengalami keterpurukan selama beberapa bulan, bahkan timbul pikiran negatif bahwa dia pasti gagal di kampus ini.

Sampai akhirnya pada suatu titik dimana dia menyadari bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan di kampus tempatnya kuliah sekarang selain daripada hanya sekedar kuliah. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan selain hanya duduk manis mendengarkan materi dan mengerjakan tugas. Kesibukan yang dia lakukan di luar jam kuliah akhirnya membawa dirinya mampu melewati hari-hari perkuliahan yang semula ‘membosankan’.

Sebenarnya banyak sekali mahasiswa baru yang sering merasa bahwa dirinya salah jurusan, terdampar di kampus yang salah, terlempar di sudut asing yang benar-benar tidak ada celah yang bisa membuatnya lepas. Hahaha, dramatis sekali sih nulisnya, lebay deh. 

Kata filmnya Warkop, maju kena mundur kena, seperti itulah dilema salah jurusan. Jika memutuskan untuk berhenti atau pindah jurusan, yang pasti pertimbangan utama adalah orang tua, biaya yang sudah dikeluarkan dan waktu yang telah dikorbankan. Sedangkan jika nekat jalan terus, merasa semakin tersiksa karena tidak sesuai dengan kata hati. Jadi apa yang sebaiknya dilakukan?

# Menggali Minat Sesungguhnya

Penting sekali untuk memahami terlebih dahulu kemana arah minat dan ketertarikan kita. Hal ini penting karena dasar dari kemauan untuk melakukan sesuatu adalah rasa suka, asyik, dan nyaman. 

Melakukan sesuatu dengan dasar suka akan berpotensi mendapatkan porsi perhatian dan fokus yang lebih besar dari dalam diri kita. Bahkan sesulit apapun itu, kalau sudah dengan dasar suka, akan selalu ada alasan untuk bisa menikmatinya.

Ambil contoh seperti sedang mengejar gebetan. Bahkan meskipun orang tuanya galak sekalipun, anaknya cuek bahkan mau ngelirik kita pun enggak, tapi karena ada rasa suka, apapun dilewati untuk mendapatkan hatinya. Ya nggak sih?

# Kegiatan yang Sesuai dengan Minat

Jadi, setelah ketemu arah ketertarikan kita kemana, sebaiknya dilanjutkan dengan berkegiatan yang sejalan dengan minat atau ketertarikan tersebut. Ada minat, tapi tidak ada action, ya sama aja bohong. Sama seperti ketika lapar datang, tanpa diikuti dengan action makan, ya lapar tetap menjadi lapar, tak ada pemecahan masalah.

Berkegiatan di luar jam dan materi perkuliahan sangat penting untuk mengalihkan rasa jenuh. Paling tidak, ada suatu hal yang akhirnya bisa dilakukan di kampus dan bisa melepaskan kepenatan kita. Ada banyak sekali Unit Kegiatan Mahasiswa yang bisa dipilih sesuai dengan bakat dan minat yang kita miliki.

Seperti yang dilakukan teman anak saya tadi, dia memilih berkegiatan di English Club, karena di sini ketertarikannya di bidang komunikasi akan tersalurkan dengan baik. Dia menyukai dan akhirnya menikmati berkegiatan di English Club.  Dan benar saja, di sini kemampuan berkomunikasinya terasah, bahkan menjadi ketua UKM tersebut. 

#Komunitas yang Sefrekuensi

Tak jarang, UKM di kampus tak ada satupun yang sesuai dengan minat dan ketertarikan kita. Kok bisa? Ya bisalah, kan tidak semua jenis peminatan bisa diakomodir oleh pihak kampus. 

Misalnya, kita memiliki ketertarikan yang sangat besar di tulis menulis, padahal kampus tempat kita kuliah adalah kampus keperawatan. Akan sangat sulit menemukan UKM jurnalistik di kampus keperawatan. Ya, bukan tidak mungkin ada pengecualian. Pada umumnya, sebuah kampus akan memiliki UKM yang sejalan dengan tema dan irama kampus.

Alternatif yang bisa dilakukan adalah mencari komunitas yang sefrekuensi dengan minat dan ketertarikannya. Banyak sekali informasi tentang berbagai komunitas yang bisa kita dapatkan dengan mudah di internet. Ada komunitas otomotif, olahraga, kuliner, masak memasak, handycraft, properti, investasi, tanaman, hewan peliharaan, dan lain sebagainya.

Di dalam komunitas akan ada banyak sekali informasi, perbincangan, dan ragam kegiatan yang sejalan dengan minat dan ketertarikan kita. Bahkan, biasanya sebuah komunitas yang dikelola dengan sungguh-sungguh dan terorganisir dengan baik akan bisa menjadi ladang cuan yang tak main-main juga hasilnya.

Salah jurusan bukan alasan untuk tidak menjadi berhasil di kemudian hari. Bahkan, tak jarang pula  jurusan yang kita kira salah, ternyata bisa menjadi jalan untuk memudahkan minat kita untuk sukses menjadi ‘sesuatu’. Jadi, masih merasa terpuruk  karena salah jurusan? 

Foto: Pexels

Editor: Saa