Belajar seni menulis fiksi, tak lengkap rasanya jika tidak menyebut novelis yang satu ini.

Bagi sebagian orang, menulis merupakan sebuah hobi yang bisa menjadi penghilang penat. Sebagiannya lagi menjadikan kegiatan menulis sebagai sumber utama mata pencariannya.

Memang kegiatan tulis-menulis ini tidak mengenal usia, bahkan beberapa penulis terkenal memulai kariernya di usia yang sudah cukup matang. Salah satu diantaranya adalah Haruki Murakami.

Haruki Murakami adalah seorang novelis best-seller asal Jepang. Ia lahir 12 Januari 1949 di Kyoto, Jepang. Sebelum memutuskan terjun di bidang kepenulisan, Haruki dan istrinya mengelola sebuah kafe jazz kecil selama bertahun-tahun. Hingga saat usianya menginjak kepala tiga, Haruki memutuskan untuk mulai menulis buku pertamanya.

Buku yang berjudul Hear the Wind Sing berhasil membawanya memenangkan Hadiah Sastra Gunzou untuk penulis pendatang baru. Buku itu lah yang membukakan jalan kesuksesannya untuk buku-bukunya selanjutnya.

Bukan perkara mudah bagi Murakami untuk memulai menulis mengingat kesehariannya yang hanya disibukkan dengan mengurus kafenya. Ia hanya memiliki sedikit bekal berkat kebiasaannya membaca buku disela-sela kesibukannya.

Namun, hasratnya yang muncul tanpa sengaja setelah menyaksikan keberhasilan klub bisbol kala ia menonton pertandingan pembukaan musim terlalu kuat untuk dibiarkan menguap. Tanpa alasan, Haruki seperti mendapat sebuah gagasan yang menyambar benaknya. Tekadnya kemudian membulat untuk menulis novel.

Belajar Menulis dari Musik Jazz

Haruki kecil memang suka membaca novel, tapi untuk menulis fiksi ia merasa tidak memiliki bakat. Haruki kemudian membiarkan membaca hanya menjadi hobi dan memutuskan mengeluti bidang lain. Bidang itu adalah musik. Kecintaannya kepada musik menjadi alasan kuat ia mendirikan sebuah klub jazz di Tokyo. Ia bertahan hingga tujuh tahun lamanya menjalankan klub tersebut.

Dari situlah Murakami memahami sebuah persamaan antara musik, terutama musik jazz, dan fiksi adalah mengenai irama. Dalam menulis fiksi diperlukan gaya menulis yang apik, terasa alamiah, dan memiliki irama yang tepat. Seperti pada musik, seni menulis fiksi membutuhkan melodi, artinya adalah bagaimana kita menyelaraskan untaian kata dengan irama. Apabila tulisan yang kita buat sudah memiliki irama, maka nada pada tulisan tersebut yang akan menopang untaian kata atau dalam musik dikenal dengan harmoni.

Terakhir, improvisi bebas menjadi puncuk kelegaan seorang penulis dalam menyelesaiakan tulisannya. Begitulah cara menulis fiksi ala Haruki yang didapatkan dari kecintaannya pada musik jazz.

Menulis Fiksi Adalah Seni Berbohong

Saat berkunjung ke Jerussalem untuk menerima penghargaan novel, Haruki menyebutkan dirinya sebagai seorang pembohong profesional. Baginya, untuk menulis fiksi maka diperlukan seni berbohong. Namun dalam hal ini,jenis kebohongannya berbeda dengan janji politisi. Sebab ketika seorang penulis fiksi berbohong tidak akan ada yang mencelanya. Bahkan semakin lihai seorang dalam menulis fiksi, ia akan menerima pujian bahkan penghargaan.

Menurut Murakami, nyaris mustahil bagi seorang yang menulis fiksi untuk menyampaikan kebenaran yang sempurna. Sebab tidak akan ada cerita hebat yang lahir hanya dengan menulis cerita yang ada tanpa bumbu imajinasi penulis. Tetapi, sebelum berimajinasi, novelis juga harus menelisik kebenaran sehingga cerita yang disampaikan masuk di akal. Itulah salah satu cara untuk menciptakan kebohongan yang bermutu.

Kepercayaan Diri  Adalah Kunci

Murakami mengumpamakan menulis seperti bertinju. Ketika seseorang sudah masuk dalam ring, maka sudah tidak ada kesempatan untuk mundur. Sehingga ia harus bertahan hingga pertandingan berakhir. Sama dengan menulis fiksi,  untuk menyelesaiakan penulisan, dibutuhkan kepercayaan diri.

Kepercayaan diri sangat penting. Seorang penulis fiksi harus percaya bahwa dirinya mampu untuk berkisah, mampu untuk mengendalikan arus dan mampu menyusun kepingan pazel cerita dengan benar. Jika tidak memiliki kepercayaan diri, maka cerita tidak akan beranjak dan terhenti begitu saja. Jadi, kepercayaan diri adalah kunci bagi penulis fiksi.

Editor : Hiz

Foto : Gramedia