Kemarin, saya kaget waktu tahu film Tilik rame dibahas di Twitter. Kekagetan ini karena malam sebelumnya saya baru menonton di malam sebelumnya. Pada malam itu, saya menonton bersama salah seorang dosen Ilmu Komunikasi sebuah universitas swasta ternama di bilangan Ring Road Barat Jogja. Lalu, berapa sih biaya pembuatan film Tilik?

Biaya Pembuatan Film ‘Tilik’

Film Tilik booming banget sampai jadi trending topics Indonesia di Twitter terutama karena tokoh Bu Tejo memang nyentrik dan berkesan, terutama di kalangan anak muda penutur bahasa Jawa. Bu Tejo menggambarkan sosok ibu-ibu desa biang gosip. Nyebelin, tapi sekaligus menarik dan kocak ketika difilmkan.

Sebenarnya, plot filmnya sendiri ngga terlalu mewah. Sepanjang 32 menit 34 detik, film “cuma” menyajikan momen di mana ibu-ibu dari sebuah kampung di Bantul yang rela naik truk Mitsubishi Fuso 125PS demi menilik Bu Lurah yang dikabarkan ambruk dan dibawa ke rumah sakit. Ibu-ibu itu rela berdiri di bak truk dalam perjalanan sekitar 60-90 menit sambil asyik ngobrol alias nggosipin tetangga.

Gosip yang dibicarakan Ibu-ibu tersebut seputar Dian, kembang desa yang ramai diperbincangkan karena sepak terjangnya. Dian ini masih muda, hanya lulusan SMA, dan baru bekerja. Namun, ia disebutkan bisa beli hape dan motor baru, serta pernah dipergoki salah seorang ibu sedang jalan-jalan di mall bersama om-om. Tak pelak, kabar-kabar angin yang tersebar bikin gosip di bak truk yang dikomandoi Bu Tejo makin panas.

Nah, alur film yang terkesan sederhana ngga serta merta membuat proses produksi filmnya cukup murah. Menurut dosen yang memperkenalkan film Tilik ke saya itu, biaya pembuatan film Tilik ada di kisaran 100 juta rupiah. Cukup besar buat film pendek yang sebagian besar “hanya” fokus pada obrolan di bak truk, kan?

Gregetnya Film Tilik

Namun, di situlah spesialnya film ini. Film yang diketahui menggunakan RS PKU Muhammadiyah Gamping sebagai salah satu latarnya ini membuat obrolan keseharian ibu-ibu menjadi sebuah keseruan yang membekas di benak banyak orang.

Sutradara Wahyu Agung Prasetyo dan tim berhasil menyulap perjalanan dari desa, menuju Jalan Bantul, Ringroad Selatan dan Barat, sampai ke RS PKU Muhammadiyah Gamping seolah-olah jadi perjalanan yang seru. Ditambah lagi sosok Bu Tejo yang pedas banget omongannya tapi juga bisa dibenarkan membuat banyak dari penonton merasa relate dengan obrolan-obrolan dalam film.

Pemeran pembantu semacam Mas Gotrek dan ibu-ibu kampung di bak truk pun disebut baru pertama main film. Namun, sekali lagi, berhasil bikin greget dalam film makin terasa. Ditambah lagi plot twist yang ada dalam film membuat film makin seru. Terutama plot twist di bagian paling akhir, ngga ada obat pokoknya!

***

Jangan lupa juga dengan proses pra-produksi hingga produksi. Dalam keterangan Di Balik Layar Film Tilik, proses survei tempat disebut memakan waktu sampai sepekan penuh. Sementara produksi membutuhkan waktu nggak sebentar, bahkan sampai terganggu hujan juga.

Jadi, di balik biaya yang terlihat besar untuk film pendek, ada perjuangan yang luar biasa dan harus dihargai. Rasanya, biaya 100 juta tergolong kecil untuk sebuah film yang bikin kita semua sangat terhibur.

Editor: Halimah
Gambar: YouTube Ravacana Films