Virus SARS-CoV-2 muncul pertama kali pada bulan Desember 2019 di Wuhan, Cina. Virus ini kemudian ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO dan memiliki nama khusus, COVID-19 setelah menelan banyak korban jiwa. Di Indonesia sendiri tercatat kasus yang terkonfirmasi menurut data covid19.kemkes.go.id per tanggal 4 Juni 2020 mencapai 28.818 orang, 1.721 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut masih dapat terus berubah setiap hari.

Indonesia dikenal dunia dengan sifat gotong royongnya. Sifat gotong royong tersebut tidak hilang walaupun COVID-19 datang. Masyarakat dari berbagai kalangan saling tolong menolong dan berbagi dengan sesama.

Kebiasaan masyarakat Indonesia

Semua yang dilakukan secara gotong royong akan terasa lebih ringan. Seperti kata pepatah, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”.

Sifat gotong royong dan berbagi ini sudah menjadi sifat masyarakat Indonesia tanpa mengenal suku, agama, ras, dan lain sebagainya. Tidak hanya berlaku di dalam negeri, saat virus ini pertama kali muncul di Cina, masyarakat Indonesia beramai-ramai menggalang dana untuk membantu masyarakat disana yang sedang membutuhkan.

Banyak sekali yang ingin berbagi dan membantu masyarakat yang mengalami kesusahan. Dari kalangan masyarakat biasa, tokoh publik, hingga pejabat semuanya saling mengulurkan tangan untuk siapa saja yang membutuhkan.

Berbagi dalam berbagai bentuk

Berbagi bisa dilakukan dalam berbagai bentuk. Misal, kalangan musisi yang melakukan penggalang dana dengan menggelar konser musik dalam kondisi #dirumahaja. Konser musik #dirumahaja dengan melibatkan banyak musisi papan atas mampu membuat masyarakat tertarik untuk berbagi. Walaupun konser dilakukan dengan cara yang berbeda dari biasanya, konser tersebut mampu mengumpulkan dana miliaran rupiah dalam kurun waktu yang relatif singkat. Hal itu dilakukan dalam bentuk aksi solidaritas melawan virus Corona.

Selain para artis dan musisi, berbagi di tengah pandemi juga dilakukan oleh masyarakat biasa. Seperti kita tahu, belakangan ini banyak masyarakat yang membuka dapur umum untuk warga yang terdampak COVID-19. Terkadang uang dan bahan-bahan yang digunakan untuk memasak semua kebutuhan tersebut didapat dari hasil gotong royong masyarakat, atau bahkan menggunakan uang pribadinya sendiri.

Banyak pula kita temukan di pinggir jalan, masyarakat membagikan sayuran dan bahan pokok lain dengan cara digantung di pagar/ tenda khusus. Gantungan tersebut bisa diisi oleh siapa saja yang ingin berbagi dan diambil oleh siapa saja yang membutuhkan.

Di lain tempat, pihak RT dan RW melakukan pengumpulan donasi dari warga secara rutin untuk dibelikan sembako bagi warga yang kurang mampu.

Berbagi kapanpun, perintah Al-Qur’an

Momen lebaran adalah momen berbagi yang luar biasa. Proses penempaan diri selama sebulan penuh Ramadan seharusnya menghasilkan pribadi yang peduli akan kondisi sekitar. Banyak individu/ lembaga kemanusiaan yang melakukan kegiatan filantropis. Banyak duafa dan supir ojek online yang mendapatkan limpahan rezeki dari orang-orang yang peduli. Baik berbentuk makanan, sembako ataupun uang.

Selain keperluan pokok, berbagi kue, parcel lebaran hingga THR juga dilakukan. Tentunya dilakukan dengan tetap mengikuti imbauan dari pemerintah berupa social distancing dan physical distancing.

***

Seperti yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 195:

“Dan berinfaklah kamu (bersedekah atau nafakah) di jalan Allah dan janganlah kamu mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah kerana sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”.

Juga surat Al-Baqarah ayat 215:

“Mereka bertanya kepada engkau tentang apa yang mereka infakkan, Jawablah! Apa sahaja harta yang kamu infakkan hendaklah diberikan kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang- orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa sahaja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”.

Sesungguhnya Allah menyukai hambanya yang melakukan perbuatan baik. Tetaplah menjadi baik walaupun keadaan sedang tidak baik. Sungguh Allah Maha Mengetahui. Tetap tenang dan jangan panik, waspada boleh. Badai pasti berlalu.

Penulis: Muhammad Faridh Wazdy

Penyunting: Aunillah Ahmad