Puncak, Bogor selalu menjadi buruan kaum milenial, khususnya pemuda-pemudi kota Jakarta. Bagaimana tidak, keseharian mereka hanya disuguhkan dengan pemandangan mainstream gedung-gedung, kendaraan bermotor, kemacetan, serta hiruk-pikuk yang terus memuncak. Maka dari itu, Puncak adalah obat penenang alami bagi masyarakat kota yang lelah karena tekanan kerjaan. Low budget adalah kunci, kenapa puncak menjadi salah satu destinasi yang paling digemari. Dengan menempuh perjalanan 2-3 jam dari Jakarta, kita bisa menikmati kawasan Puncak sepuasnya.

Hal yang paling disayangkan adalah masyarakat kota, khususnya Jakarta, mengenal Puncak hanya terbatas pada villa, Cimory, TWM, atau Taman Safari saja. Bahkan, ada yang rela berangkat malam dan pulang pagi hanya untuk menuju Warpat (warung puncak pas atas). Maka tidak heran, jika orang-orang kota selepas pulang dari puncak bukannya merasa lebih fresh, yang ada malah sakit. Padahal, banyak sekali destinasi yang bisa dikunjungi di kawasan Puncak, misalnya Curug.

Siapa yang tidak tau curug? Curug dalam bahasa Sunda, berarti air terjun. Jawa Barat memang terkenal dengan keindahan curug-curugnya, misalnya Curug Cibeureum yang terletak di kaki Gunung Gede-Pangrango, Curug Cilember, Curug Seribu dan Curug Cigamea yang terletak di kaki Gunung Halimun, Curug Nangka, dan berbagai dunia percurugan di daerah Bogor. Kendati demikian, curug-curug  tersebut sudah menjadi wisata populer sehingga selalu dipenuhi wisatawan yang datang.

Nah, taukah teman-teman? Masih ada satu curug lagi yang bisa dikategorikan sebagai “wisata baru” dan belum terjamah, sehingga kita bisa lebih rileks ketika mengunjungi Puncak? Yups, Curug itu bernama Curug Batu Gede Cisuren. Curug ini terletak di desa Cisuren, Kecamatan Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Rute menuju Curug Batu Gede Cisuren

Rute yang dilewati sebenarnya tidak terlalu rumit. Teman-teman cukup ikuti saja Jalan Raya Puncak-Cianjur. Saat sudah melewati Taman Safari, hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit lagi untuk sampai ke Curug Batu Gede Cisuren. Untuk mempermudah, teman-teman bisa menggunakan peta elektronik (maps) atau bertanya kepada masyarakat sekitar. Jika teman-teman memang tinggal di daerah Puncak, berangkat dari Taman Wisata Matahari hanya memakan waktu sekitar 25 menit untuk sampai curug tersebut. Dekat bukan?

Asal-usul Curug Batu Gede Cisuren

Nama curug ini diambil dari bongkahan batu besar (gede) yang dialiri oleh air, membentuk sebuah kubangan air menggenang yang terus mengalir hingga ke bawah. Sementara, “Cisuren” diambil dari nama desa, Cisuren, yang mana curug ini terletak di desa Cisuren. Debit air dari curug ini memang tidak terlalu deras jika dibandingkan dengan Curug Seribu atau Curug Cibeureum.

Lantas, apa yang kita dapat di sana?

Menginjak kaki pertama, kita akan disuguhkan dengan hutan pinus rimbun yang tumbuh di ketinggian 1.000 mdpl. Jalanan di sana juga terbilang masih sangat alami (maklum, baru dibuka sekitar 2 tahun yang lalu). Di sepanjang jalan, kita akan ditemani dengan aliran sungai yang jernih. Jika memasuki musim penghujan, aliran tersebut memiliki debit air yang lumayan deras, sehingga cocok bagi teman-teman yang senang bermain air di sungai (biasanya ini dilakukan oleh masyarakat kota, diwajarkan saja, karena ke-13 aliran sungai di Jakarta krisis akan air bersih).

Namun, ketika matahari sedang mendominasi musim, air yang mengalir akan sangat sedikit sekali mengalir. Hal ini disebabkan, karena populasi pohon pinus yang terlalu banyak, yang mana pohon pinus terkenal sebagai pohon yang rakus akan air, sehingga sumber-sumber air akan dihisap secara maksimal oleh pohon ini. Walaupun rakus akan air, kita bisa merasakan kesejukan udara dan pemandangan alam mempesona dari ratusan pohon pinus tersebut lohhhh…

Curug Batu Gede Cisuren ini juga menyediakan camping ground bagi mereka yang ingin berkemah. Dengan mengeluarkan uang kurang lebih Rp25.000/orang kita sudah dapat mendirikan tenda di sana (catatan: Rp25.000/ orang berlaku jika membawa tenda sendiri). Bagi teman-teman yang tidak mempunyai tenda jangan khawatir, karena tersedia paket berkemah. Paket berkemah ini tergolong murah, hanya dengan mengeluarkan Rp150.000 hingga Rp500.000, teman-teman bisa menikmati fasilitas yang sangat recommended, misalnya dispenser, air panas, TV, matras, dapur masak, dan pemandangan Kawasan Puncak yang tidak kalah dengan paralayang ataupun warpat. Pengelola wisata juga telah menyediakan wood cabin dan triangle cabin yang cocok bagi mereka yang tidak ingin berkemah.

Alternatif lain

Menelisik lebih dalam, teman-teman bisa sampai ke bukit kencana sekaligus disuguhkan dengan pemandangan kebun teh yang apik dan luas. Mengenai jalurnya, teman-teman cukup mengikuti jalur yang telah diarahkan oleh pengelola wisata. Namun sayang, jalur menuju bukit kencana masih terbilang “liar”, sehingga jika teman-teman ingin tetap ke sana, usahakan untuk tidak sendirian dan tetap membawa alat untuk membela diri.

Nahhh, setelah lelah menelusuri kawasan Curug Batu Gede, keringat telah bercucuran, maka tempat yang pas untuk beristirahat dan mungkin berenang adalah Curug Batu Gede Cisuren. Buat teman-teman yang suka olahraga ekstrem, Curug ini bisa digunakan untuk climbing (catatan: Untuk yang sudah profesional serta menggunakan peralatan lengkap). Kemudian, jika beruntung, teman-teman juga bisa menikmati berbagai pesona alam lainnya, seperti hutan damar, kebun lemon, kebun teh, telaga saat, dan lain sebagainya yang sangat cocok untuk menghabiskan waktu akhir pekan bersama keluarga.

***

Walaupun menyuguhkan citra eksotis, yang penting dari semua itu adalah tetap menjaga keseimbangan ekosistem. Karena, dengan membangun tempat wisata seperti curug, itu artinya kita telah merusak sebagian ekosistem atau bahkan membunuh jutaan mikrobiotik yang hidup demi keuntungan komersil.

Untuk itu, dengan tidak membuang sampah sembarangan ataupun tidak melakukan penebangan secara berlebihan, kita secara tidak langsung ikut andil dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan juga memanfaatkan potensi alam secara maksimal.

Penulis: Zul Fahmi

Penyunting: Aunillah Ahmad