Pandemi Covid-19 sudah lama menemani masyarakat Indonesia dan berdampak terhadap berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan. Banyak pelajar, mahasiswa, bahkan pengajar dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi mengeluh dengan adanya kebijakan SFH (School from Home). Oleh karena itu, metode Blended Learning bisa dijadikan sebagai alternatif.

Keluhan mereka rata-rata hampir sama. Ada yang mengeluhkan sinyal buruk dan perangkat elektronik yang tidak mendukung untuk melakukan pembelajaran secara daring. Terlebih, apabila pengajar sedang menjelaskan materi melalui video conference. Ada juga yang mengatakan bahwa, SFH meningkatkan rasa bosan dan malas belajar.

Hal tersebut sangat mungkin terjadi. Bagaimana tidak? Pelajar dan mahasiswa menggunakan 5-8 jam waktunya untuk berhadapan langsung dengan perangkat elektronik. Mungkin akan mengasyikan jika yang ada dihadapan mereka itu film animasi atau drama seri. Akan tetapi, justru kenyataannya tidak demikian. Apa yang ada di hadapan mereka adalah tugas yang menumpuk, ya hanya tulisan berlembar-lembar yang lama kelamaan akan menjadi garis lurus saja ketika dibaca, karena mata sudah tidak betah berlama-lama di depan komputer.

Beberapa pengajar yang tidak maksimal dalam mengajar disebabkan oleh perangkat yang kurang memadai, sehingga murid-murid malas untuk mendengarkan penjelasan. Sebenarnya, mau saja mendengarkan. Akan tetapi, kalau sudah bermasalah dengan suara pengajar yang tidak keras dan tidak jelas karena sinyal, apa boleh buat. Mereka memilih menggerakan jari-jari di layar handphone dan mulai membuka tampilan di luar pembelajaran yang tentunya lebih menarik. Atau bahkan lebih baik tidur saja. Pada akhirnya, mereka harus menerima resiko. Ya, nilai ujian mengalami penurunan.

Metode Blended Learning

Tak ada yang bisa disalahkan dalam situasi seperti ini. Hal yang paling baik justru dengan mencari solusi. Salah satunya melalui metode blended learning. Metode blended learning sebenarnya sudah dicetuskan sejak tahun 2005 pada acara Seminar Nasional Aplikasi Teknologi dan Informasi.

Barang tentu, metode ini sangat tepat apabila diterapkan di saat pandemi seperti sekarang. Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Blended learning juga merupakan sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tetapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.

Dengan menggunakan metode ini, banyak mahasiswa yang merasa terbantu. Mereka bisa mencari waktu yang optimal untuk belajar. Hasilnya, belajar menjadi lebih efektif, efisien, dan mereka tidak merasa terbebani karena waktu pembelajaran sudah sesuai dengan keinginan.

Bagi yang memiliki kendala dalam memahami materi, mereka bisa menggunakan waktu yang diberikan pengajar untuk melihat ulang materi yang diberikan, baik berupa modul atau bahkan rekamanpembelajaran. Barang kali, beberapa provider atau wilayah mereka baru memiliki jaringan yang lancar pada malam hari, sehingga metode blended learning sangat tepat untuk dijadikan solusi. Pembelajaran jadi mudah diakses kapanpun dan dimanapun.

Jadi, sudah siapkah kalian menggunakan metode blended learning?