Sosok hacker dengan kode nama Bjorka menjadi pembicara netizen sosmed beberapa waktu ini. Bagaimana tidak, sepak terjangnya dalam meretas di negeri +62 ini lumayan bikin ketar ketir.

Mulai dari data warga, meretas data pribadi Bapak Johnny Plate, dan terbaru Bjorka mengaku telah meretas naskah asli Supersemar serta menguak dalang pembunuhan Munir.

Memang gila ini hacker, jangan-jangan besok beliau meretas data penjualan Tesla. Yang bikin ngakak, beberapa waktu lalu juru bicara Kemenkominfo meminta agar hacker tidak sering-sering meretas.

Bjorka justru menjawab agar Kemenkominfo tidak menjadi idiot. Well, hacker Bjorka sukses skakmat Kemenkominfo dengan jawabannya.

Terakhir kali, Kemenkominfo sempat heran mengapa warganet justru melihat hacker sebagai pahlawan. Kalau dari sudut pandang saya sih, ada benar dan ada salahnya.

Sebelum saya dikira dan dicap sebagai anteknya hacker Bjorka, harap diketahui bahwa saya ini murni mas-mas biasa kok.

Tidak ada kemampuan meretas dan menyusup kedalam sistem, lha wong menyusup ke hati perempuan yang saya suka aja saya tidak bisa. Apalagi sistem negara yang abal-abal, eh maksudnya canggih.

Jenis-jenis Hacker

Pertama kita harus ketahui dulu jenis-jenis hacker. Sepaham saya hacker itu ada banyak jenisnya, tapi yang kebetulan relate dengan kondisi baru-baru ini maka ada dua.

Satu, white hat hacker. Sesuai makna warna putih, ini adalah hacker baik yang melakukan segala upaya untuk kepentingan instansi milik negara.

Kedua, black hat hacker. Inilah hacker yang bertujuan untuk mencuri data-data di sistem atau semacamnya yang mengarah ke hal buruk.

Nah pertanyaannya, hacker Bjorka ini masuk ke kategori mana sampai dia sempat dielu-elukan oleh warganet? Kalau sudah begitu, seharusnya dia tergolong white hat hacker bukan?

Posisi Bjorka

Kita tidak bisa menampik bahwa tindakan hacker Bjorka dalam meretas dan memiliki data pribadi warga negara sebenarnya adalah tindakan yang berbahaya.

Meskipun kita tidak tahu apakah Bjorka benar-benar memiliki niat buruk atau tidak, tetap saja berbahaya.

Data yang telah didapatkan bisa saja dipakai untuk hal yang tidak benar. Misalnya mendaftar ke pinjol, membuat identitas palsu, dan lain sebagainya. Apapun itu, tindakan ini tetap salah.

Akan tetapi di sisi lain, Bjorka juga membeberkan beberapa fakta yang telah disembunyikan oleh negara rapat-rapat.

Misalnya ya dalang pembunuhan Munir kemarin itu. Hingga kini kita masih abu-abu tentang siapakah pembunuh yang sebenarnya, tiba-tiba hari ini muncul data terkait pelakunya.

Terlepas benar atau tidaknya, kini masyarakat tahu bahwa negara kita memang masih sangat kotor dalam masalah transparansi hukum kepada masyarakat.

Kita ambil contoh lain, yaitu saat Bjorka juga membeberkan naskah asli Supersemar. Sekali lagi, kita kesampingkan apakah yang disebar itu benar atau tidak.

Lagi-lagi Bjorka disini menjadi perantara akan kebenaran yang disembunyikan lagi oleh pemerintah dari kita.

Anda tentunya tahu se-powerfull apa Supersemar ini pada zamannya. Sekarang akhirnya kita bisa melihat isinya sejelas-jelasnya.

Kisah Zorro

Peristiwa ini mengingatkan saya dengan kisah Zorro. Dimana dia merampok dari para kaya dan memberikannya kepada kaum miskin.

Dalam sudut pandang para berkuasa, Zorro adalah kriminal yang harus diadili. Sebaliknya, para miskin menganggap Zorro adalah pahlawan yang dinantikan.

Bedanya, dalam kisah Zorro dan semacamnya para orang kaya tersebut mendapat pencerahan sehingga mereka mau berbagi lagi dan berbuat baik. Lah pemerintah kita bagaimana?

Bahkan sebelum Bjorka melancarkan serangan saja, sudah banyak orang-orang sekitar yang tindakannya secara eksplisit meminta pemerintah untuk lebih transparan.

Akan tetapi, tidak semua melakukannya. Masih banyak hal yang ditutup rapat oleh mereka. Sehingga rakyat menjadi tidak puas dan mencari kebenaran sendiri.

Disaat seperti itu, muncul sosok hacker Bjorka yang membeberkan segalanya sehingga mau tidak mau tentu saja ada beberapa masyarakat yang mengelu-elukan Bjorka.

Jadi, apakah Bjorka itu baik atau tidak? Silahkan Anda terka sendiri menurut sudut pandang Anda.

Tulisan ini pastinya akan memicu banyak sekali kontra dan perdebatan. So, untuk pemerintah khususnya, apabila Anda masih kesulitan mendengarkan suara rakyat seminimal mungkin cobalah untuk tidak menutup-nutupi apapun.

Transparansi adalah koentji!

Editor: Lail

Gambar: Google