Desain power point sudah kece dan menarik, tapi persentasenya tetap saja tidak diperhatikan dan diabaikan audiens. Kenapa? Bisa jadi bukan karena tampilan power pointnya, tapi kitanya. Alasan yang sangat memungkinkan adalah karena kita sebagai presentator yang kurang memperhatikan hal-hal yang sebenarnya penting untuk menarik perhatian audien. Nah, di sini saya mau berbagi pengalaman dari kelas retorika yang saya dapatkan selama di bangku kuliah. Bisa dibilang ini bermanfaat untuk saya, semoga juga bagi kalian.

  1. Materi bukan sembarang materi

Materi memang perlu menarik untuk dibahas, jadi kalau tidak menarik maka kita perlu menambahkan unsur-unsur yang membuatnya menarik. Materi yang disajikan di power point sebenarnya dapat mewakili pandangan kita terhadap materi yang akan dipresentasikan. Utamakan materi yang dikuasai untuk dipresentasikan. Bagian-bagian yang dipahami tersebut yang ditekankan pada audien, bukan sebaliknya. Karena jika kita memaksakan diri untuk menjelaskan materi yang tidak kita pahami, maka materi tersebut akan sulit menarik. Bagaimana sebuah materi menjadi menarik jika kita saja yang menjelaskan tidak tertarik. 

Sebenarnya bagian ini tidak perlu kepintaran karena yang paling penting adalah menguasai materi dan membuatnya menjadi menarik untuk didengarkan. Orang pintar terkadang terlalu asyik dengan materi dan dirinya sendiri. Buatlah para audien merasa bahwa materi tersebut penting dengan menonjolkan manfaat, keuntungan, dan hal menarik lainnya dari materi sebelum masuk ke dalam bahasan yang lebih mendalam. Dengan demikian, audien akan tertarik memperhatikan, karena kita berusaha menarik perhatian mereka bukan hanya mencekokinya dengan materi.

  1. Suguhkan prolog yang menarik

Prolog yang yang mampu menarik perhatian audien biasanya dengan melontarkan pertanyaan sebelum materi dimulai. Serang audien dengan pertanyaan-pertanyaan segar yang dapat menggiring mereka pada materi yang akan dibahas. Bisa dimulai dengan frasa apa yang kalian ketahui, tahu ngga sih, pernahkah kalian mendengar tentang dan sebagainya. Hal ini memicu kewaspadaan sehingga audien akan mulai menyalakan otaknya untuk menyelamatkan diri dari pertanyaan yang tiba-tiba. 

Hal ini juga membantu mereka agar sadar bahwa saat ini dia berada dalam keadaan yang mengharuskannya menjadi audien. Prolog sangat penting untuk memulai sebuah presentasi, sekali kita tidak mampu mengambil perhatian di awal maka demikian pula seterusnya. Maka dari itu, kuasai kelas dan audien sejak awal agar mereka menaruh kepercayaan dan yakin dengan apa yang akan kita sampaikan. Prolog sebenarnya bebas dan tidak harus berupa pertanyaan yang dicontohkan, misalnya dimulai dengan kisah, masalah yang perlu diselesaikan, teka-teki, game, ice breaking, dan lainnya.

  1. Presentasi mirip storytelling

Nah, ini hal sepele namun cukup menentukan kesuksesan kita dalam melakukan presentasi. Orang paling senang mendengarkan cerita, bahkan teknik bercerita ini telah digunakan pada bidang perniagaan. Setiap orang pasti bisa bercerita, selanjutnya hanya bagaimana mentransformasikan cara bercerita ini pada materi yang akan disampaikan. Dengan sedikit menghindari penjelasan adalah-adalah atau merupakan-merupakan, maka ketegangan otak akan berkurang. Kenapa? Adalah dan merupakan identik dengan teori secara epistemologi dan terminologi. Dengan menyusupkan materi agar tidak terasa demikian, maka dapat dilakukan dengan teknik story telling. Referensi pada langkah story telling ini dapat dengan mudah ditemukan pada internet dan bahan bacaan lainnya. 

  1. Closing yang tidak terlupakan

Closing ternyata tidak kalah penting. Beberapa presentator seringkali hanya menutup dengan kalimat “Baiklah, demikian penjelasan saya. Jika tidak ada yang mau ditanyakan lagi saya akhiri. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh”. Sebenarnya kita perlu mengulas meskipun sekilas tentang apa yang sudah dijabarkan untuk mengetahui apakah audien paham. Kita dapat memberikan kuis di akhir atau evaluasi lainnya. Akan tetapi, kuis adalah yang paling seru apalagi dengan ditambah door prize meski kecil-kecilan. Buat presentasi kita tidak terlupakan sehingga dengan mengingat moment tersebut akan mengingat materi yang kita sampaikan.

  1. Penguasaan Public Speaking

Speaker atau pemateri harus sadar betul bahwa yang terpenting dari presentasi bukanlah materi, ppt, ata LCD Proyektor. Pernah tidak kalian melihat orang yang berbicara banyak bahkan tidak berlandaskan materi? Atau tanpa bantuan power point yang otomatis juga tanpa layar proyektor tapi tetap bisa berbicara dengan perhatian full dari audien? Mereka tidak butuh semua itu, karena presentasi adalah proses menyampaikan itu sendiri. Jadi, sekalipun ada materi tapi bila didiamkan maka namanya bukanlah presentasi, tapi seonggok materi yang diangurkan. Sedangkan presentasi tanpa materi tetap bisa disebut presentasi.

Seorang public speaker sadar bahwa pusatnya adalah dia, bukan power point yang fungsinya hanya sebagai media. Media hanya untuk membantu memperjelas materi yang akan dipresentasikan. Dengan tambahan visual atau audio, diharapkan akan mempermudah proses penyerapan materi oleh audien. Sekali lagi yang jadi perhatian mereka adalah audiennya, bagaimana memperlakukan audien bukan materinya. Selama yang menjadi pusat perhatian masih materi, maka audien akan teracuhkan dan merasa tidak dianggap. Itulah kenapa ada keterampilan public speaking yang tidak kalah penting dari hanya sekadar memahami materi tetapi perlu keterampilan lain untuk menyampaikan dan berbagi. Demikian artikel ini, sekali lagi semoga menambah wawasan kita semua. 

Editor: Saa

Gambar: Pexels