Sejak kecil kita diajarkan oleh orang tua kita untuk selalu menabung dan menerapkan hidup hemat. Namun dewasa ini, saya merasa society sekarang tidak mendukung untuk menerapkan perilaku tersebut. Sebagai orang yang berusaha untuk menerapkan prinsip hidup hemat, saya sering dibuat dilema dengan respons orang-orang tentang apa yang sedang saya jalani. Mulai dianggap pelit, bahkan sampai dianggap miskin.

Hidup Hemat

Perlu diketahui sebelumnya, bahwa hidup hemat atau ekonomis adalah sifat kehati-hatian dalam menggunakan uang untuk keperluan kita sehari-hari. Baik itu untuk barang, waktu, maupun hal lainnya. Artinya, orang yang berhemat akan selalu memikirkan apakah uang yang ia keluarkan benar-benar bermanfaat bagi dia atau tidak.

Masalahnya adalah menerapkan prinsip hidup hemat di tengah masyarakat yang konsumtif tidak segampang yang dipikirkan. Kepedulian mengenai keuangan yang belum banyak tertanam pada masyarakat adalah penyebab hidup hemat sering disalahartikan. Ada beberapa hal yang harus dihadapi dan diterima ketika mencoba untuk menerapkan perilaku tersebut.

Pertama, orang hemat akan dianggap pelit. Bisa dikatakan hal ini adalah sebuah keniscayaan. Dalam hal mengeluarkan uang, orang hemat sangatlah berhati-hati. Walaupun begitu, bukan berarti orang hemat tidak mau mengeluarkan uang sepeser pun. Orang hemat tetap akan menggunakan uangnya ketika ada suatu hal yang memang dibutuhkan.

Mereka tidak akan mengeluarkan uang untuk hal-hal yang sepele. Hal itulah yang membuat orang hemat kadang dianggap pelit. Seperti ketika membeli nasi goreng. Di menu terdapat nasi goreng biasa dan nasi goreng ekstra telur, dengan perbedaan harga yang tidak terlalu signifikan.

Orang hemat akan memilih nasi goreng biasa. Walaupun sebenarnya mereka mampu untuk membeli nasi goreng ekstra telur. Hal itu dilakukan karena mereka tahu bahwa nasi goreng biasanya sudah pakai telur. Tentu saja orang hemat tidak akan mengeluarkan uang hanya untuk mendapatkan telur lebih banyak.  

Dianggap Sok Minimalis dan Miskin

Kedua, dianggap sok hidup minimalis. Gaya hidup minimalis memang sedang nge-trend akhir-akhir ini. Prinsip hidup dengan mengurangi barang yang tidak perlu ini memang sangat membantu untuk menjalankan hidup hemat. Namun, terkadang orang-orang menganggap hidup minimalis hanya untuk gaya-gayaan doang.  

Prinsip hidup minimalis sebenarnya memiliki arti yang luas. Tidak hanya sebatas hidup dengan barang seminimal mungkin. Saya sendiri berusaha untuk menerapkan hidup minimalis. Walaupun begitu, bukan berarti saya membuang semua barang tidak berguna yang saya miliki. Nilai penting yang saya ambil dari hidup minimalis adalah tentang bagaimana kita mengeluarkan uang untuk barang yang benar-benar memiliki nilai bagi kita.

Ketiga, dianggap miskin karena berpakain monoton. Kebiasaan orang hemat yang tidak mudah mengeluarkan uang sering membuat orang menganggap kita miskin. Pandangan orang tersebut diperkuat dengan cara berpenampilan orang hemat yang terkesan monoton dan tidak mengikuti trend fashion terbaru.

Harus diakui memang, bahwa orang hemat tidak banyak tingkah dalam hal berpakaian. Prinsip yang lebih mengedepankan kegunaan daripada gaya, membuat orang hemat tak punya waktu untuk memperhatikan penampilan mereka. Sehingga, orang-orang mengira mereka tidak punya uang untuk hanya sekedar membeli pakaian.

Menjadi orang hemat bukan berarti kita mendewakan uang. Hidup hemat juga bukan berarti kita tidak boleh menikmati hidup. Tidak mengeluarkan uang untuk saat ini bukan berarti tidak selamanya. Hal yang terpenting dari hidup hemat adalah tentang cara kita menunda mendapatkan suatu kesenangan, untuk kepentingan yang lebih besar di masa depan.

Editor: Nirwansyah

Gambar: Daffa Ardhan