Dewasa ini kita bisa melihat banyaknya perubahan, khususnya dalam dunia industri. Baik yang berkaitan dengan subjek industri berupa produk dan layanan jasa, maupun yang berkaitan dengan objek dari industri tersebut.
Salah satu yang menjadi objek industri adalah generasi milenial yang memiliki karakter serba instan dan penuh dengan kecepatan. Hal ini memiliki transformasi nilai yang jauh berbeda dengan generasi sebelumnya, baby boomers maupun gen-X, yang cenderung terukur dengan kepemilikan sesuatu.
Milenial yang begitu dekat dengan teknologi/ media digital menjadikan perilakunya berubah secara ekstrem bahkan menciptakan pergeseran dari generasi sebelumnya. Pada aspek perilaku konsumen, generasi baby boomers memiliki sisi berkelanjutan dengan gen-X, namun tidak dengan generasi milenial yang cenderung radikal.
Ekonomi Berbagi, Ekonomi tanpa Kepemilikan
Kehadiran teknologi memberikan pengaruh yang sangat kuat terkait dengan budaya generasi milenial yang cenderung memilih gaya hidup serba instan tanpa adanya kerepotan yang mengikutinya. Milenial cenderung lekat dengan akses (access) ketimbang kepemilikan (ownership) sehingga menjadikan mereka sebagai generasi penggerak ekonomi berbagi (sharing economy).
Ambil contoh tren anak muda yang lebih menyukai jasa transportasi daring yang dinilai lebih efektif tanpa harus memikirkan persoalan setelahnya. Memiliki kendaraan pribadi berarti berurusan dengan pajak, servis berkala, sopir hingga mencari lokasi parkir saat ke tempat hiburan.
Kemudahan lain bisa dilihat saat mengakses film di Netflix. Kita bebas menonton tanpa harus mengoleksi DVD yang masih memerlukan perawatan dalam menyimpannya, juga kemudahan akses kapan saja, dimana saja. Berbicara media penyimpanan, alih-alih menggunakan media penyimpanan konvensional seperti hard disk, mereka lebih memilih layanan penyimpanan awan seperti Google Drive atau Dropbox yang dinilai lebih efektif tanpa harus takut ketinggalan di rumah.
Dalam hal pekerjaan, milenial dapat memanfaatkan kantor bersama (co-working space). Sehingga tak perlu memaksakan diri untuk memiliki ruko sendiri yang sudah tentu membutuhkan biaya besar. Bagi milenial, kepemilikan (rumah mewah, mobil baru, perhiasan dan lain-lain) kini, tak lagi menjadi simbol kesuksesan dan pencapaian.
Ekonomi Berbagi: Dapur rumah, masihkah relevan?
Menghabiskan waktu di dapur untuk melakukan eksperimen kuliner kini menjadi aktivitas yang cenderung langka. Kebanyakan, hanya mereka generasi sebelum milenial yang masih menikmati aktivitas di dapur rumah untuk memenuhi konsumsi.
Kehadiran layanan pengantaran makanan pada platform digital yang menyediakan berbagai menu kekinian menjawab kebutuhan generasi milenial. Variasi makanan yang disediakan semakin memudahkan milenial untuk menikmati makanan baru tanpa harus berkeringat di dapur.
Bahkan kini platform digital berusaha membuat restoran yang hanya menyediakan dapur (dark kitchen) sebagai sebuah terobosan yang dapat memberikan layanan lebih efisien dari full service restaurant. Kehadirannya menjadi ruang usaha baru yang mampu membangkitkan ekonomi berbagi bagi pelaku usaha di bidang makanan dan minuman.
Dengan realitas tersebut, maka milenial akan semakin cenderung menggunakan layanan pengantaran daripada memasak sendiri di dapur. Semua dapat diakses dengan mudah dan kapan saja saat munculnya keinginan menikmati makanan dan minuman. Hal tersebut akan mengurangi peran dapur di rumah yang semakin tidak tersentuh.
Cashless Society
Perubahan budaya generasi ini memberikan banyak dampak, khususnya bagi model pergerakan ekonomi. Kondisi yang serba digital saat ini terjadi menciptakan ruang-ruang baru dalam melakukan terobosan.
Uang kartal kini semakin jarang berada di genggaman sejak hadirnya pembayaran non-tunai yang menggunakan kartu kredit maupun kartu debit. Kini uang menunjukkan eksistensinya sebagai suatu nilai bukan barang.
Hadirnya dompet digital dari berbagai platform digital melahirkan efisiensi yang luar biasa. Semua transaksi cukup dilakukan menggunakan telepon pintar yang ada di genggaman, tanpa harus menarik uang pada mesin ATM.
Praktis dan mudah merupakan keunggulan uang elektronik. Sebagai digital native, milenial dapat dengan mudah beradaptasi menggunakan teknologi digital dan internet. Apapun yang berkaitan dengan digital seakan erat kaitannya dengan milenial. Maka tak terelakkan jika pertumbuhan transaksi non-tunai menjadi gaya hidup milenial.
Munculnya Kesenjangan Nilai
Semua yang berkaitan dengan digital tak hanya akan menyisakan nilai-nilai positif. Kebangkitan ekonomi dengan prinsip berbagi selain mewujudkan nilai pemerataan dan peran serta berbagai pihak, juga menciptakan ruang persaingan yang ketat bagi pelaku usaha.
Pada aspek yang lain, perilaku tersebut memberikan pergeseran nilai-nilai budaya dan sosial. Dampak perubahan tersebut setidaknya dapat kita lihat pada realitas sosial dimana semakin sempitnya ruang interaksi sosial di dunia nyata.
Perilaku konsumtif bagi milenial yang tidak mampu melakukan kontrol diri, akan mendorong mereka kepada keputusan yang tidak tepat. Produk-produk yang ditawarkan oleh media digital memberikan pengaruh yang sangat kuat akan keputusan. Semakin sering dihadirkan di media digital, yang sebelumnya bukan bagian kebutuhan berubah menjadi sebuah kebutuhan.
***
*Tulisan ini bagian dari resensi buku Millennials Kill Everything yang ditulis Yuswohady.
Penulis: Fatkur Huda
Penyunting: Aunillah Ahmad
Comments