Hallo Mahasiswa Baru (Maba) angkatan 2023! Gimana perasaan kalian menyandang status sebagai seorang mahasiswa? Senang? Alhamdulillah, memang ini merupakan sesuatu yang wajib untuk disyukuri. Sebab, tak semua orang bisa menyandang status ini. Status sebagai Agent of Change dan Agent of Control, katanya sih.
Dengar-dengar, banyak kampus yang sudah menyelenggarakan Ospek. Ada yang menyebutnya pengenalan dan ada pula yang menyebutnya orientasi. Terlepas apa pun itu namanya, yang jelas ospek itu menurut saya pribadi ya, nggak urgent-urgent amat. Saya bukan orang yang anti pada Ospek lho ya. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah ada beberapa hal dalam Ospek yang sangat menjengkelkan menurut saya.
Hal-hal tersebut sangatlah tidak sesuai dan tidak patut untuk kita lestarikan, apalagi di lingkungan kampus yang katanya “sakral.” Sekali lagi, saya tidak mengatakan bahwa semua kegiatan Ospek itu buruk lho ya, hanya beberapa. Pun yang melakukan juga cuma oknum kan, nggak semua panitia Ospek kaya gitu.
Ajang Senioritas
Tidak dapat dipungkiri, bahwa kegiatan Ospek merupakan ajang perpeloncoan. Perpeloncoan ini dilakukan oleh para senior kepada maba. Para senior yang tergabung ke dalam kepanitiaan menganggap bahwasanya ini bukanlah ajang senioritas. Namun, mereka sering menggunakan alibi bahwa ini digunakan untuk membentuk mental dan pola pikir maba, agar dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, terutama lingkungan kampus.
Seringkali saya mendengar argumentasi yang sangat menggelitik dari para senior yang mengatakan, “Ini belum seberapa dek.” Saya rasa ungkapan tersebut sangatlah bullshit sekali. Pasalnya, mereka yang menjadi panitia saat ini adalah produk imbas dari pandemi yang pastinya kita tahu bahwa mereka hanya melakukan Ospek secara daring. Ya, nggak masuk akal bukan?
Terlebih lagi jika mereka mengatakan hal ini bertujuan untuk membentuk mental dan pola pikir maba. Tidak sedikit maba yang sudah mempunyai pekerjaan sampingan yang bahkan sudah mampu membiayai sendiri kuliah mereka. Intinya, mereka sudah mandiri. Mereka yang sudah merasakan dunia kerja pastinya tahu seperti apa tekanan mental yang mesti diterima dan cara menyikapinya seperti apa.
Kedua, jika hal ini bertujuan untuk membentuk pola pikir mahasiswa, menurut saya juga tidak sesuai. Di mana nilai kritisnya saat Ospek? Idealnya, untuk membentuk nalar kritis diperlukan suatu stimulus agar para mahasiswa mampu terpantik, bukan dengan cara menindas mereka. Ada satu lagi, mereka memanggil maba dengan panggilan “dek.” Padahal dosen saja memanggil dengan sebutan “temen-temen mahasiswa.” Gimana tuh?
Tradisi Membawa Barang yang Hanya Disebutkan Melalui Clue
Tradisi ini seakan-akan sudah dihukumi wajib oleh para senior. Mereka biasanya menyuruh para maba untuk membawa beberapa barang tertentu, yang hanya disebutkan dengan menggunakan clue. Misalnya saja terowongan berlumpur (chocolatos), buah berjantung (pisang), dan lain sebagainya. Di sini saya mempertanyakan, apa pentingnya ini dan apa gunanya membawa barang ini?
Jadi begini ya, guys, memang saya tidak memungkiri bahwa ini “hanyalah” untuk seru-seruan. Namun, banyak maba yang statusnya sebagai mahasiswa perantauan, tentunya akan kesulitan dalam mencari barang yang ditentukan. Belum lagi mereka harus memecahkan clue-nya terlebih dahulu dan ditambah lagi dengan waktu Ospek yang pagi buta. Seperti yang telah diketahui, banyak kampus yang menyelenggarakan Ospek mulai jam Subuh. What?
Bukankah lebih baik misalkan panitia mewajibkan maba untuk membawa barang, tinggal sebutkan saja barangnya, tanpa perlu menggunakan clue semata. Jika barang itu berupa makanan, ya suruh saja bawa makanan pada umumnya. Ya, kan sekarang zaman sudah maju, masa masih makan nasi sama kerupuk? Kaya zaman penjajahan aja, hehehe.
Papermob yang Gak Guna
Saat ini, banyak yang mengadakan kegiatan papermob saat kegiatan Ospek. Peserta akan duduk di halaman yang sangat luas sambil membentangkan kertas beberapa warna yang kemudian tersusun suatu kata atau kalimat tertentu. Sebenarnya ini adalah hal yang bagus. Sebab, nantinya hasil dokumentasi dari papermob akan diunggah di media sosial dan akan terlihat cantik dengan beragam kata dan kalimat yang dihasilkannya.
Namun, sebenarnya ya balik lagi, kegiatan tersebut ya nggak penting-penting amat dan nggak ada hubungannya dengan pengenalan kampus. Kan nggak mungkin para maba akan semakin memahami kampus setelah acara papermob. Dan jika katanya tujuan Ospek itu untuk membentuk mental dan nalar maba, kan ya nggak ada korelasinya.
Jika diamati, papermob biasanya dilakukan pagi hari menjelang siang. Tak jarang, ada beberapa maba yang pingsan, entah karena dehidrasi, kepanasan, atau bahkan kelelahan. Belum lagi jika maba tersebut punya penyakit bawaan. Alamak. Sehingga di sini perlu dikaji ulang, jika papermob hanya untuk mengejar gengsi semata. Ya, kalau nggak demi cari fyp.
Ladang Subur Mencari “Kader”
Kesempatan dalam momentum Ospek, kerapkali dimanfaatkan oleh kaum-kaum aktivis organisasi tertentu untuk unjuk gigi. Mereka hanya mempunyai satu tujuan utama. Tujuan tersebut tak lain dan tidak bukan adalah mencari kader. Nggak usah saya sebutkanlah ya nama organisasinya apa. Dua di antaranya ya ini.
Mereka seolah menghalalkan segala cara guna menjaring maba untuk menjadi kader mereka. Walaupun, sebenarnya mereka dilarang bergerak di dalam kampus, ya mereka akan tetap mencari celah. Bahkan, mereka akan saling sikut guna mencapai tujuan ini.
Hasilnya pun nggak main-main. Momentum ini menjadi ladang subur untuk menjaring kader. Banyak maba yang terjaring dan menjadi anggota mereka. Tidak salah jika kepanjangan Ospek pun perlu diubah menjadi Orientasi Pengenalan Ormek.
Pengenalan atau Orientasi Itu Begini!
Kalau kita kembalikan Ospek itu sebagaimana hakikat dan tujuannya, maka idealnya kegiatan seperti di atas hendaknya dikurangi atau bahkan tidak dilakukan. Jauh lebih penting jika muatan materi dalam Ospek itu ditambah, agar para maba dapat dengan mudah terpantik dengan atmosfer kampus yang sesungguhnya. Kampus yang menjadi tempat kebebasan berpikir bagi seluruh warganya.
Di samping itu, perlu juga disampaikan tentang tata cara mengurus berbagai macam sesuatu yang berkaitan dengan akademik di kampus yang bersangkutan. Misalnya, bagaimana cara aktivasi KRS, cara mengambil cuti, mengulang mata kuliah, dan sebagainya. Sekalian, biar para maba tahu jika mengurus ini itu di mana dan kepada siapa, serta seperti apa prosedurnya.
Terakhir yang ingin saya sampaikan. Bahwasanya apa yang saya ungkap di atas memang terjadi tidak di semua kampus. Mungkin ada kampus yang Ospek-nya lebih bagus dan tertata. Atau malah justru ini hanya terjadi di kampus saya saja. Entahlah. Intinya, semoga kedepannya Ospek menjadi lebih baik lagi dan tidak menjadi ajang senioritas. Hidup Mahasiswa!
Editor: Yud
Gambar: Google
Comments