Akhir-akhir ini, saya bersama beberapa teman saya sibuk melakukan obrolan di Whatsapp. Ya, karena masa perkuliahan periode “ujung tanduk” akan dimulai. Persiapan untuk tugas akhir dan juga kelulusan terus diperbincangkan.
Hampir setiap jam, kita berdiskusi perihal perkuliahan. Maklum, kampus kami memang menggunakan metode pembelajaran daring sejak awal. Maka semua mahasiswa harus mandiri secara utuh, dan mencari teman diskusi masing-masing.
Disela-sela diskusi yang seru. Tiba-tiba ada kawan saya yang bilang begini “Duh, gue insecure lihat mantan jalan sama yang lebih cantik” tentu teman-teman saya yang lain menanggapi, ada yang secara serius ada juga yang bercanda.
Memang, kita sering berkeluh kesah satu sama lain dalam grup tersebut, karena ya mau gama ketemu saja hanya saat ujian, bahkan kita sudah cukup lama tidak bertemu dan kongkow di salah satu tempat perbelanjaan di Jakarta.
“Udah lah, bersyukur saja, masih mending lo, pintar dan berkelas” Jawab salah satu teman saya yang memang ketika ia menyampaikan sesuatu selalu singkat, jelas, padat dan nyelekit. Dan apa yang disampaikan teman saya itu, disetujui oleh semua.
“Emang lo lihat di mana? Sampai bisa insecure gitu?” tanya salah seorang kawan saya yang selalu mendapat IPK tertinggi di antara kita berlima.“Di story Instagram dia” Jawab singkat teman saya yang merasa tidak percaya diri tersebut.
Saya mengartikan insecure ini sebagai rasa gelisah dan juga tidak percaya diri. Tidak sedikit teman-teman saya yang mengungkapkan bahwa ia merasa insecure. Apalagi jika melihat orang lain yang lebih “sempurna” baik secara langsung ataupun di media sosial.
Sudah banyak tulisan yang membahas solusi agar seseorang tidak mengalami “penyakit” yang sering hinggap di anak-anak muda masa kini. Salah satu solusi yang saya baca adalah meningkatkan rasa bersyukur agar bisa menghindari penyakit tersebut.
Sebab Insecure
Tapi apakah kita bisa melewati semua itu? Jika kita selalu melihat hal-hal yang membuat diri kita menjadi insecure? Ah, tentu sangat sulit apalagi kita lebih sering berangan-angan di manapun, entah di media sosial, televisi bahkan di dunia nyata.
Mengapa media sosial? Loh, teman-teman saya yang merasa insecure tidak sedikit yang curhat karena melihat konten media sosial mereka menjadi tidak percaya diri. Bahkan sampai ada yang mengeluh karena beberapa komentar yang tidak enak di whatsapp mereka.
Lalu, kita juga menyadari, apa yang disajikan televisi sejak dulu hingga saat ini dapat menyebabkan kita berangan-angan untuk memiliki sesuatu yang tidak kita punya. Ya contoh saja, baru-baru pernikahan yang viral sejagat warga +62, tidak sedikit yang mengomentari acara tersebut tapi banyak juga yang berangan-angan menyelenggarakan pernikahan seperti mereka
Lalu, tentu dunia nyata. Ya setidaknya, interaksi antar manusia terkadang juga membuat seseorang menjadi gelisah dan tidak percaya diri. Contohnya saja ketika bercandaan mengenai berat badan, pernikahan dan membandingkan pekerjaan menjadi salah satu faktor penyebab insecure.
Tiga hal di atas, yang sering kita lihat dan saya sering mendengar beberapa curhatan teman saya bahwa mereka kadang merasa tidak percaya diri karena hal-hal tersebut. Apalagi jika sudah masuk ke ranah menyukai lawan jenis.
Insecure ini terjadi kepada semua gender. Memang untuk urusan fisik lebih banyak perempuan, karena laki-laki biasanya cenderung cuek dan tidak peduli dengan penampilan. Tapi jika sudah masuk ke ranah pekerjaan, penghasilan dan beberapa hal lainnya, terkadang laki-laki pun merasa insecure dengan keadaan yang dimiliki.
Saatnya Puasa
Lalu, bagaimana untuk mengatasi rasa insecure ini yang banyak terjadi di kalangan anak-anak muda masa kini? Tentunya selain bersyukur ada beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan oleh kita semua yang terkadang mengalami salah satu penyakit masa kini.
Ya, saya kira sudah saatnya kita menahan diri atau berpuasa untuk berinteraksi dengan hal-hal yang menyebabkan diri kita insecure. Pastinya penyebab dari semua ini, karena kita terlalu sering melihat konten-konten yang membuat kita bermimpi, sehingga menyebabkan rasa tidak percaya diri akibat mimpi yang berlebihan.
Puasa bermedia sosial, membuka tayangan televisi dan juga mengurangi interaksi dengan orang-orang yang sengaja “pamer”. Tentu hal ini cukup berat dan agak sulit melakukannya, hanya saja jika kita serius pasti akan bisa melakukannya.
Ritual ini bisa dilakukan oleh semua orang, hanya saja butuh dukungan dari lingkungan orang-orang terdekat. Makanya jika ada teman kita yang cerita karena dirinya insecure kita harus mendengarkannya serta mencoba mendukung apa yang ingin ia lakukan.
Saya yakin, jika kita mau saja menyempatkan waktu untuk berpuasa terhadap hal-hal di atas, kita bisa mengatasi rasa insecure. Karena, kita berusaha keluar dari zona berangan, dan mencoba bersyukur serta menjalani realitas yang ada.
Tetap semangat, salam damai.
Comments