Saya mengingat kembali saat Cak Lontong ditanya oleh Najwa Shihab perihal kelucuan negeri ini. Negeri ini melucu dengan sendirinya, bisa jadi para pelawak nanti tidak dibutuhkan lagi. Orang-orang menertawakan dirinya juga penduduk negerinya karena semakin aneh tingkah lakunya.

Kelucuan itu muncul sebab kita sadar akan hal yang sedang terjadi dan sayangnya tak bisa dibendung. Jika memang budaya semacam itu ditanam oleh kolonial, so I can say it works. Atau mungkin hanya orang-orang kita saja yang tidak mau mengakui kesalahan diri dan melemparkan kesalahan itu pada pihak lain. Seperti kata setan, belum apa-apa manusia sudah menyalahkannya.

Berbicara tentang lucu dan kelucuan.

Ada cara baru yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian pemerintah. Cara ini sendang ngetren di kalangan masyarakat biasa. Ingin tahu caranya? Cukup sampaikan keluh kesah mu melalui video pendek lalu sebarkan. Bila perlu pastikan pemerintah yang dituju menontonnya. Tidak cukup sampai disitu, viralkanlah. Dengan demikian, keluh kesahmu akan didengarkan. Untung-untung bila pemerintah pusat mengetahuinya berkat dukungan sesama masyarakat dunia maya di seluruh Indonesia.

Apakah memang harus demikian caranya? Sebenarnya saya tidak bisa mengatakan ini adalah cara yang dianjurkan. Akan tetapi, cara ini manjur bin lebih cepat dibandingkan dengan kita mengajukan kepada pihak yang bersangkutan. Bukan ditangani dengan baik dan bijaksana malah dilempar ke sana-sini guna memperkeruh harapan.

Beberapa Contoh Kasus

Berkaca pada ketidakadilan yang dialami oleh saudara kita, Rafael, yang berasal dari Minahasa Selatan. Namanya sempat hilang setelah diumumkan. Berkat videonya yang viral, akhirnya masalah tersebut ditangani dengan menerima Rafael sebagai peserta nomor urut 23. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulut mengatakan terjadi kesalahan mengenai pencatatan.

Meminta maaf atas kekeliruan memanglah mudah. Namun, tidak tahukan bahwa kesalahan tersebut mengotak-atik harapan yang begitu besar dalam hati seorang pemuda yang menjadi harapan bagi keluarganya. Kerugian yang dibuat oleh pemerintah harusnya jangan sampai merugikan orang lain apalagi masyarakat kecil. Kecerobohan demikian tentu harus mendapat ganjarannya yakni dengan menerima pihak ketiga yang dirugikan.

Tidak cukup dengan kasus itu saja, seorang siswi Mamasa yang merupakan anak seorang petani dinyatakan gagal jadi paskibra setelah dinyatakan positif covid-19.  Akhirnya Cristina diperbolehkan menjadi paskibraka provinsi serta dengan bebas dapat memilih posisi yang dikehendakinya. Inilah bukti-bukti keviralan yang manjur.

Refleksi

Maksud saya haruskah serangan yang seperti ini akan terus dilakukan untuk menyadarkan pihak-pihak terkait. Indonesia merupakan sebuah negara dengan dua ratus tujuh puluh juta jiwa yang bila separuhnya saja membuat video keluhan yang sama. Maka keviralan macam apa yang akan mewabahi dunia pertiktokan, reals, atau youtube.

Lebih dahulu malu kita menghadapi Negara-negara lain. Karena tandanya Negara kita tidak mampu untuk menangai hal intern yang semudah itu. Belum lagi sekarang Indonesia disebut-sebut sebagai Negara terburuk dalam menangani kasus Corona. Tentu selama masa pandemi citizen banyak yang beralih menjadi netizen. Segala sesuatu yang terjadi di dunia maya akan mendapat perhatian lebih karena kondisi yang menunt kita untuk menjadi manusia digital. Sehingga kalau dipikir-pikir membuat video yang viral memanglah cara yang tepat untuk dilakukan di masa sekarang ini.

Akankah kejadian semacam ini perlu dipertahankan atau ditingkatkan? Jujur, kegiatan ini memang kurang sedap dipandang mata sebab permasalahan-permasalahan di dalam negeri akhirnya terekspos ke dunia internasional. Dunia luar dengan cepat mengetahui bahkan terhadap masalah terkecil sekalipun. Namun, di sisi lain bila tidak melalui wadah media yang bisa diviralkan ini, pemerintah dan pengikutnya seolah tidak akan merasakan kejeraan maupun ternotice akan itikad masyarakat kecil dalam menyampaikan ketidakadilan yang mereka rasakan.

Kelucuan yang tidak bisa dihindari dan semakin menjadi-jadi. Indonesia oh Indonesia adalah negeriku tercinta. Sekali lagi benar kata presiden kita Soekarno, musuh terbesar bukan berasal dari luar, akan tetapi dari dalam diri kita sediri.

Editor: Nawa

Gambar: Jawapos.com