Pada satu kesempatan, Aku membayangkan jika nanti aku memiliki anak. Seandainya saja suatu saat nanti Allah meniupkan malaikat kecil di dalam rahimku ini, Aku ingin menjaganya dengan tidak menghilangkan kebebasannya sebagai manusia. Aku ingin menemani setiap tumbuh kembangnya dengan sabar dan sangat sabar.

Aku ingin dia berkembang mengikuti arus hingga ia menemukan apa yang ia inginkan. Aku tidak ingin membentuknya sesuai keinginanku karena mimpi-mimpi yang belum aku gapai. Aku tidak ingin ia hadir seakan-akan untuk menebus mimpiku yang belum sempat aku raih.

Ia dan aku adalah dua manusia yang berbeda meskipun ia terlahir dari rahimku dengan sebutan “anak”. Aku tidak ingin ia menjadi seseorang yang sempurna karena aku yang banyak luka.

Jika Nanti Aku Memiliki Anak

Tetapi tetap saja. Anak merupakan anugerah sekaligus titipan dari Yang Maha Pemberi Rizki. Ia memang darah daging orang tua-nya yang berada 9 bulan dalam rahim ibunya. Namun sekali lagi ia tetaplah seorang anak, pribadi utuh yang bisa memilih dan berhak untuk menentukan.

Aku akan menghargai setiap keputusannya asalkan tidak terlepas dari tiang agama. Aku ingin menganggapnya sebagai manusia yang bisa bermimpi. Biarkan ia memilih pendapatnya sendiri tanpa harus memaksakan kehendak dari orang tuanya.

Aku ingin melihat ia tumbuh dengan bahagia. Aku tidak ingin ia menyimpan benci kepadaku sebagai seorang ibu ataupun orangtua karena egoku yang berlebihan sekalipun atas nama kebaikan. Menegurnya dengan kata-kata kasar baik disadari atau pun tidak.

Aku tidak ingin ia tumbuh dengan beban maupun ketakutan sehingga ia besar dengan rasa was-was dan gelisah. Biarlah aku merasakan apa yang ia rasakan agar aku bisa memberikan nasihat sesuai dengan yang ia butuhkan, bukan yang aku inginkan.

Sebagai manusia wajar bila melalukan kesalahan. Tak terlepas dari sisi orang tua atau pun anak. Keduanya memiliki kemungkinan yang sama untuk salah. Mereka hanya lahir di waktu yang berbeda, sehingga bisa jadi pengalaman lebih diperhitungkan. Namun tetap saja siapapun yang salah harus meminta maaf apapun situasi dan posisinya. Karena aku ingin menjadikan anakku sebagai manusia.

Merasakan Berbagai Macam Emosi

Jika nanti aku memiliki anak, aku ingin ia menjadi manusia yang bisa merasakan berbagai macam emosi. Yang tidak takut untuk berekspresi atau untuk berpendapat. Aku tidak ingin menutup rapat pintu kreativitasnya. Sehingga ia bisa melukis pelangi dengan berbagai cara, sesuka hatinya.

Aku akan hadir untuk mendampingi dan memeluknya apabila ia sedang berada dalam masalah. Aku ingin ia bercerita semuanya baik salah maupun benar karena aku ingin menjadi sosok yang selalu hadir dalam ingatannya. Baik suka maupun duka.

Kelak ketika ia besar, ia akan memperlakukan ku dengan baik pula, tanpa dendam dan benci. Semoga saja kita bisa belajar bersama melalui seorang anak. Apa yang kita tanam akan kita tuai dikemudian hari. Aku tahu ini tidaklah mudah, semoga kita semua bisa menjadi seorang pembelajar.

Editor: Nabhan