Ada sebuah peribahasa yang masih teringat dalam otak saya sampai sekarang. gajah mati meninggalkan tulang, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Kedengarannya saya terlalu jauh untuk berfikir sampai situ, namun melihat kenyataan yang mendadak menghantam dunia musik Indonesia beberapa hari lalu. Peribahasa itu benar adanya.

Sebagai seorang penyanyi yang tentu sangat dicintai masyarakat dengan lagu-lagunya, Glenn Fredly sudah menjadi penyanyi sejak tahun 1995. Lagunya yang puitis ditambah suaranya yang lembut nan menenangkan membuat publik langsung jatuh cinta padanya. Siapa tak kenal lagu-lagunya? Dari tua dan muda semua bersua saat lagu “Kasih Putih”, “Januari”, hingga “Terserah” dilantunkan lewat media apa saja.

Sekali lagi, Glenn memang bukan musisi biasa.

Karir bernyanyi tidak membuatnya merasa cukup menjadi seorang manusia. Suara dalam lantunan melodi tidak hanya sekadar warisannya. Ketika DPR merongrong untuk mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Permusikan yang membuat geram musisi Tanah Air, Glenn maju untuk menjadi inisiator gerakan para musisi dalam menolak RUU ini. Hasilnya? DPR urung mengetuk palu tanda resmi ditetapkannya RUU Permusikan.

Studio Musik Lokananta yang pernah saya bahas sebelumnya juga menjadi saksi bisu perjuangan Glenn untuk menghidupkan kembali salah satu bukti masa emas industri musik di Indonesia. Sebelum White Shoes and Couple Company melakukan rekaman album disana, Glenn terlebih dahulu menginisiasi gerakan Sahabat Lokananta.

Tidak hanya pada bidangnya, Glenn juga bersuara lantang untuk hak-hak kemanusiaan seluruh masyarakat Indonesia. Salah satu lagunya yang bertajuk Agamamu, Agamaku seolah mencerminkan kasih Glenn Fredly kepada semua orang di dunia. Harapan besar Glenn pada toleransi antar umat beragama membawanya datang ke acara Sewindu Haul Gusdur yang digelar di Yogyakarta tahun 2018.

Tidak hanya itu, Glenn pernah mengikuti aksi mendukung jemaat Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin, Bogor yang kala itu tidak bisa beribadah karena disegel paksa oleh pemerintah kota. Mengenang Glenn Fredly, tidak cukup menjadi pendengar setia lagunya. Gaung semangatnya bisa menggetarkan siapapun yang langsung atau tidak langsung mendengar kisah tentang sosoknya.

Tidak pernah mengenal maupun bertemu dengan Glenn Fredly secara langsung, entah kenapa membuat saya terheran-heran akan luas kasihnya kepada semua manusia. Lewat senyumnya yang seolah ikut membiaskan kebahagiaan, perangainya yang hanya bisa kita kenang lewat tulisan atau ucapan orang-orang yang pernah berkontak langsung, membuat saya sadar… Glenn Fredly memang tidak ada duanya.

Saya akan mengenangnya sebagai salah satu musisi sekaligus aktivis yang sosoknya tidak akan ditemukan pada diri siapapun di industri musik kita.

Selamat jalan Bung, damai selalu bersamamu. Kasihmu akan selalu abadi di hati kami.

 

Penulis: Saraswati Nur. D

Ilustrator: Ni’mal Maula