Stigma negatif terhadap permainan kartu remi masih melekat di berbagai kalangan. Bukan hanya di sekolah, bahkan di lingkungan masyarakat pun masih banyak yang menganggap bahwa permainan tersebut hanyalah kegiatan buang-buang waktu.

Alasan lain kengapa bermain hal tersebut mendapatkan stigma buruk adalah, karena biasa digunakan untuk perjudian. Memang banyak permainan judi yang menggunakan kartu remi, tetapi bukan berarti setiap permainannya adalah bagian dari perjudian.

Lagipula, jika membicarakan masalah perjudian, bukankah ayam dan sepakbola juga bisa dijadikan ajang judi? Akan tetapi, hingga saat ini nyatanya, semua orang masih bebas untuk bermain bola, dan memelihara ayam. Tidak ada stigma negatif yang melekat pada anak muda yang bermain sepak bola atau kepada tetangga yang memelihara ayam jago.

Ini bisa saya pahami, karena hingga saat ini jarang ada orang yang memainkan kartu remi secara serius dan benar. Saat acara lomba 17-an, jarang ada kompetisi bermain kartu. Ketika ada orang yang serius bermain kartu, ya mereka sedang bermain judi dan harus ketangkap aparat. Tentu saja, informasi tersebut akan tersebar kemana-mana dan permainan kartu remi kembali mendapatkan stigma buruk.

Kelebihan Kartu Remi

Kartu remi sangat mungkin untuk dimainkan dalam kebutuhan hiburan, atau kebutuhan serius berpikir tajam. Ini karena, kelebihannya dibandingkan gaplek atau UNO adalah banyaknya variasi cara bermain. Dari permainan receh hingga serius, kartu remi mengakomodasi itu semua. Untuk hiburan sudah pasti kita akan bermain game cangkul atau game setan.

Jika ingin bermain permainan yang lebih menggunakan strategi dan mengasah otak, maka bisa bermain game truf. Peraturantrufini sebenarnya sederhana, bermain dengan empat pemain dan setiap pemainnya dibagikan 13 kartu. Jadi, total ada 13 putaran pada setiap permainan truf.

Seperti yang kita ketahui, kartu remi memiliki nilai yang berbeda pada masing-masing kartunya. Maka dari itu, berdasarkan nilai-nilai tersebut, setiap pemain harus memperkirankan berapa banyak putaran yang bisa ia menangkan. Dalam trufbiasa disebut penawaran.

Jika penawaran yang dilakukan meleset, entah karena memenangi putaran lebih banyak atau lebih sedikit, maka nilai akan minus, dan begitu sebaliknya. Nilai yang didapatkan akan terus dihitung dan dijumlahkan hingga permainan benar-benar berakhir.

Truf mungkin tidak seribet permainan bridge. Namun, tetap saja permainan ini menuntut untuk mengasah otak, dimulai dari menghitung nilai kartu, menerapkan strategi, hingga menghafal kartu yang telah keluar.

Jika tidak mau terlalu mikir yang susah-susah, bisa juga bermain game 41. Aturannya sederhana. Empat kartu di tangan pemain yang bertipe sama harus berjumlah 41. Untuk mengumpulkan kartu-kartu tersebut, pemain diharuskan mengambil kartu yang dibuang pemain lain atau mengambil dari tumpukan kartu pada deck permainan.

Setelah pemain mengambil kartu tersebut, pemain tersebut harus membuang kartu yang tidak masuk dalam rencana 41-nya. Selain mengandalkan keberuntungan, bermain 41 juga harus memperhatikan kartu keluar, menganalisa kartu di tangan, dan menerapkan strategi membuang kartu.

Salah Satu Cabang Olahraga Asian Games

Apabila ingin bermain kartu secara sangat serius, maka bisa bermain bridge. Permainan kartu ini bahkan telah dipertandingkan di Asian Games 2018, dan kontingen Indonesia berhasil mendapatkan medali untuk cabang olahraga ini.

Saya sendiri tidak mengerti terkait permainan bridge. Oleh karena itu, saya tidak bisa berkomentar apapun terkait game ini. Jika bridge dipertandingkan pada gelaran Asian Games, ini menandakan bahwa permainan ini bukanlah permainan remeh.

Selain itu, kartu remi juga bisa digunakan untuk sulap, bahkan ingga saat ini masih sering menjadi properti utama untuk melakukan sulap. Baik sulap yang mewah, hingga sulap sederhana.

Memikirkan tentang manfaat kartu remi, setidaknya setiap sekolah dan instansi pendidikan harus memikirkan kembali terkait peraturan membawa ataupun bermain kartu remi. Kembali lagi pada Asian Games 2018, yang mana bridge yang menggunakan kartu remi, nyatanya lebih membanggakan, daripada sepakbola atau basket yang nirmedali itu. Gimana sekolah, siap bikin ekstrakurikuler bridge?