Lagi– lagi Twitter kembali trending perihal suatu keributan tapi kali ini bukan karena tweet dari seseorang yang viral. Trending Twitter kali ini disebabkan oleh suatu space bernama Safa space yang seperti menyidang seseorang yang bernama Safa karena dianggap menghujat idola K-Pop orang lain. Saya tahu hal ini karena sudah banyak sekali orang – orang yang membahas perihal tersebut.

Sejujurnya saya nggak mau membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan K-Pop sebab saya tau fans K-Pop ini sangat “ganas” dan “trengginas”. Tapi lama kelamaan kelakuan fans K-Pop di Twitter ini bikin saya gatal pengen membahasnya. Terlebih dari pandangan saya sebagai seorang pecinta olahraga sepak bola, fans K-Pop ini memiliki beberapa kesamaan dengan para fans sepak bola eropa pada khususnya. Kalau nggak percaya, saya bakal jabarkan sebagai berikut :

  1. Merasa Dekat dengan Idolanya

Fans sepak bola eropa di Indonesia kerap mati – matian membela klub yang dia cintai. Padahal secara jarak saja antara Indonesia dengan benua biru amat sangat jauh sekali. Bahkan butuh puluhan jam menaiki pesawat untuk sampai disana. Saya rasa klub yang berada jauh disana tidak mendengarkan ocehan mereka di media sosial tentang kritik atas kebijakan dan penurunan prestasi klubnya. Jangankan didengarkan oleh klub kesayangan mereka, didengarkan oleh negara juga belum tentu.

Sama seperti yang dialami oleh Fans K-Pop, yang memiliki Idol di Korea Selatan. Jarak mereka dengan Idolanya sangat jauh walaupun tidak sejauh fans sepak bola eropa sih tapi tetap saja jauh ya. Akan tetapi seolah–olah idol mereka dekat secara jarak maupun secara emosional dengan mereka. Sehingga mereka membela secara membabi buta, boleh–boleh saja sih membela dengan cara seperti itu asal kehidupan sehari–harinya dipenuhi oleh para idolnya. Tapi kalau nggak, lebih baik mengidolakan dengan cara tidak berlebihan karena segala sesuatu yang berlebihan tidak baik.

  1. Mengkritik Idolanya = Menghina Dirinya

Sepertinya fans sepak bola eropa dan fans K-Pop harus bisa memisahkan antara dirinya dengan hal yang mereka sukai. Ketika orang lain mengkritik idola mereka, langsung emosi dalam dirinya naik sampai ke ubun-ubun. Padahal menurut saya mengidolakan sesuatu itu kaya selera terhadap makanan saja, ada yang suka makan mie goreng, ada yang suka makan sate, ada yang suka makan rawon dan sebagainya.

Kalau ada orang yang suka makan mie goreng tapi nggak suka makan sate dan mengkritik rasa dari sate, ya wajar saja. Pecinta sate nggak perlu marah–marah sampai naik darah. Kecuali  setiap pecinta sate pengen makan sate, bisa digratiskan oleh penjual satenya. Boleh tuh ngerasa nggak terima dan terhina bila rasa dari sate dikritik.

  1. Suka Menghujat Idola Orang Lain

Dari Kasus Safa ini, saya baru tahu bahwa fans K-Pop ini tidak bersatu padu seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Ternyata tidak sedikit fans K-Pop yang suka menghujat Idol fans K-Pop lain. Nggak beda jauh lah seperti fans sepak bola eropa yang klubnya memiliki rivalitas kuat di negara asalnya tapi saling menghujatnya di Indonesia. 

Padahal bisa saja mereka bersifat dewasa, misalnya dengan menjadi fans dari MU nggak perlu saling membenci dengan rivalnya yaitu Liverpool begitu juga sebaliknya. Sebab di mata fans akamsi yang berasal dari kota tempat klub eropa bermarkas, nyaris semua fans internasional itu plastic fans alias kardus. Lalu buat apa lagi kita saling menghujat antara satu dengan yang lain ?

  1. Bikin Geger Media Sosial

Ada dua hal yang saya sering bikin trending di timeline media sosial saya. Pertama adalah sepak bola dan saya memang tertarik dengan pembahasannya. Sedangkan yang kedua adalah hal–hal berkaitan dengan K-Pop, uniknya untuk hal ini saya sama sekali tidak pernah mencari tahu atau ngepoin sama sekali.

Ada beberapa contoh peristiwa yang sering bikin geger media sosial akibat ulah dari fans sepak bola dan fans k-pop. Misal setiap MU mengalami kekalahan pasti di timeline media sosial bakal banyak berseliweran meme yang membahas MU. Sedangkan untuk fans k-pop, nggak usah jauh–jauh ambil saja kasus Safa ini sebagai salah satu contohnya.

  1. Bahan Guyonan di Media Sosial 

Awalnya saya mengira orang–orang yang mengolok–olok fans k-pop itu hanya iri dan dengki terhadap kefanatikan mereka. Ternyata setelah kejadian Safa ini, dapat membuktikan bahwa banyak pengguna media sosial yang menjadikan kelakuan dari fans k-pop ini sebagai bahan guyonan. Bahkan ada pernyataan–pernyataan yang terdapat di dalam space Safa ini dianggap sebagai puncak dari komedi.

Sedangkan kalau fans sepak bola hampir setiap minggunya bisa jadi bahan guyonan di media sosial. Apalagi kalau Harry Maguire bikin blunder, mau MU menang atau kalah pasti memenya bakal beredar selama hampir satu minggu. Untungnya banyak fans sepak bola khususnya MU sudah berdamai dalam hal menjadi bahan guyonan, semoga fans K-Pop juga sudah seperti itu.

Tulisan ini bukan bertujuan untuk merendahkan fans sepak bola dan fans k-pop atau mencari yang terbaik diantara mereka berdua. Justru tulisan saya ini sebagai bahan evaluasi diri yang bertujuan agar media sosial Indonesia lebih damai. Cukup saja yang bikin gaduh dan ribut adalah orang–orang yang bertikai mengenai politik apalagi ini sudah semakin dekat ke tahun 2024, yang lain damai–damai saja biar hidupnya pada ayem.

Gambar: www.tribunnews.com

Editor: Saa