Skripsi yang baik, bukanlah skripsi yang sekadar selesai. Tapi, skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai dengan baik dan cara-cara yang baik pula. Meskipun skripsinya selesai, tapi hasil joki, ya nggak bisa dibilang baik dong. Iya kan?
Kebanyakan mahasiswa, menganggap bahwa Tugas Akhir Skripsi (TAS) adalah momok yang menakutkan. Di media sosial, banyak beredar konten tentang keluhan-keluhan mahasiswa yang stress dalam proses pengerjaan skripsinya. Mulai dari keluhan mentok dalam menulis, revisi yang tak habis-habis, masalah plagiasi, dan lain sebagainya.
Di dunia nyata pun, berdasar pengalaman saya, skripsi memang banyak ditakutkan oleh mahasiswa. Keluhannya pun hampir sama dengan yang beredar di media sosial. Bahkan fakta ironisnya, di angkatan kuliah jurusan saya, bisa dikatakan hanya 40 persen mahasiswa saja yang mampu menyelesaikan skripsinya tepat waktu. Sisanya, menambah 1 sampai 2 semester. Hal ini memperkuat kenyataan, bahwa TAS menjadi kendala besar bagi kebanyakan mahasiswa.
Lalu, mengapa skripsi bisa begitu meresahkan dan terasa sangat sulit untuk dikerjakan? Jawabannya, selain karena memang sulit, skripsi juga merupakan syarat utama untuk mahasiswa bisa menyandang gelar sarjana. Seorang mahasiswa tak bisa dinyatakan lulus studi sarjana jika tak mampu menyelesaikan mata kuliah skripsi. Maka, bak permainan game, skripsi adalah raja terakhir yang harus ditaklukkan oleh setiap mahasiswa.
Maka dari itu, pada tulisan ini saya mencoba memberi sedikit kiat sukses menulis dan menyelesaikan skripsi tepat waktu. Tentu saja berdasarkan pengalaman pribadi saya yang alhamdulillahnya bisa menyelesaikan TAS tepat waktu. Berikut beberapa kiat suksesnya:
1. Carilah Topik Skripsi yang Sesuai dengan Minat Kajian Kita Sendiri
Carilah topik skripsi yang sesuai minat kita sehari-hari. Seperti saya, minat sekali dalam bidang pendidikan dan proses pembelajaran. Tapi, saya jurusan sosiologi, bukan jurusan pendidikan. Maka, saya coba korelasikan menjadi sosiologi pendidikan. Misalnya, kalian jurusan manajemen, terus kalian suka sekali dengan brand Eiger, maka kalian bisa mencoba menulis skripsi tentang strategi marketing brand Eiger.
Lalu, jurusan psikologi, sehari-hari resah dengan pelajar atau gen Z yang terlalu banyak mengeluh tentang Mental Health. Maka, coba dikaitkan menjadi kajian psikologi pendidikan. Begitupun dengan jurusan lainnya. Kiat yang pertama ini sekaligus yang utama dan mendasar. Jika tidak bisa dilakukan, maka proses penulisan skripsi ke depannya akan mengalami banyak kendala dengan diri sendiri.
2. Rajin dan Rutin Membaca Buku, Berita, dan Artikel Jurnal Terkait
Pada dasarnya, jika kita menulis TAS yang sesuai dengan minat, maka kita akan memiliki kecenderungan lebih bersemangat dalam menelusuri informasinya. Seperti, misalnya kita minat dengan kecantikan, maka kita akan mengeksplorasi banyak tentang produk-produk kecantikan. Mulai dari fesyen, kosmetik, berita-berita tentang brand kecantikan terbaru, dan sejenisnya.
Sama halnya dengan menulis TAS, jika sesuai minat, maka akan lebih bergairah menelusuri informasinya. Hanya saja, penelusurannya perlu dilakukan dengan lebih rajin dan mendalam sampai ke buku-buku terkait dan artikel jurnal terkait.
3. Membuat Buku Tabungan Kutipan dari Hasil Bacaan
Ketika saya skripsian, saya punya buku tabungan pengetahuan tentang kutipan-kutipan penting hasil bacaan. Biasanya, ketika saya baca buku atau jurnal, saya menulis intisari dan kutipan-kutipan pentingnya di tabel khusus yang saya namai buku tabungan kutipan untuk skripsi. Sehingga, saat proses menulis, saya sudah memiliki banyak tabungan bahan bacaan yang mendalam dan tersusun secara sistematis.
Kolom tabel tabungan kutipannya ada 3, yaitu kolom Nomor, Judul Buku/Nama Penulis/Tahun Terbit, dan Kalimat Kutipan (Halaman). Hal ini sangat membantu dalam penulisan skripsi saya, terutama dalam hal memperkuat argumen dalam tulisan skripsi yang setiap kalimatnya harus ada dasar ilmiahnya.
4. Membuat Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan itu penting. Untuk apa? Agar TAS kita memiliki tujuan yang jelas dulu. Bagi saya, menulis TAS itu seperti berkendara menuju suatu tempat yang jelas. Kayak saya mau naik motor ke kampus lewat jalan Dharmawangsa Surabaya. Tujuan dan jalannya jelas. Penentuan tujuan dan jalan menuju tujuan itu perlu kita ketahui sebelum mulai menulis TAS, agar nggak kesasar dan berhenti di tengah jalan. Menulis skripsi tanpa kerangka, ya ibarat naik motor tanpa arah dan tujuan yang jelas. Lalu, tiba-tiba bensin habis di tengah jalan. Mandek deh. Skripsinya nggak selesai.
5. Menjenguk Draft Skripsi Setiap Hari
Saat selesai ujian proposal dulu, saya diberi saran oleh dosen penguji agar skripsi saya dijenguk setiap hari. Nggak harus ditulis setiap hari, tapi minimal dijenguk. Dibuka saja filenya, dilihat-lihat, dibaca-baca lagi, jika ada yang perlu ditulis, maka tulislah. Jika tidak, yaa dibiarkan terbuka saja.
Beberapa dosen juga menyarankan agar proses menjenguk ini diberi waktu. Misalnya, dari jam 7-jam 12 siang laptop kita dibiarkan terbuka menampilkan file skripsi saja. Jangan menampilkan yang lain (kecuali kepentingan mencari data untuk skripsi). Sebab, kalau tidak didisiplinkan begitu, lalu kita meleng untuk buka youtube, wes ambyar niat jenguk dan menulis skripsinya. Bisa-bisa bablas nyetel dangdut koplo seharian.
Dengan menjenguk skripsi setiap hari, harapannya akan muncul gairah untuk menulis, meski hanya satu paragraf setiap hari. Pokok tiap hari on progress kan ya bagus daripada tidak sama sekali.
6. Mental Loss Doll dalam Menghadapi Pembimbing dan Penguji
Saya punya teman yang di semester awal rajin dan pintar. Tapi saat menulis skripsi, dia menghilang bak ditelan bumi. Lulusnya pun akhirnya molor. Setelah diusut, ternyata dia stress menghadapi pembimbing, karena revisi berkali-kali. Maka dari itu, ia memilih healing dalam waktu yang lama.
Sedangkan teman saya yang lain, di awal-awal semester tidak begitu menonjol dalam belajar. Bisa dikatakan nggak terlalu pintar. Tapi, dia orangnya nekat dan ulet menghadapi tantangan. Saat skripsi, lulusnya cepat. Bahkan, 3,5 tahun. Padahal, dosen pengujinya adalah dosen yang terkenal ketat dalam teknik penulisan dan mendalam terkait substansi penelitian.
Setelah saya tanya, kok bisa cepat begitu dengan dosen yang killer? Jawabannya adalah karena dia nekat loss doll. Maju bimbingan jam 9 pagi, ada revisi, jam 1 siang dia balik lagi mengajukan hasil revisiannya. Revisi lagi, besoknya menemui lagi untuk mengajukan hasil revisiannya. Revisi lagi, besoknya bimbingan lagi. Pokok katanya, dosen itu dikejar terus dan dirinya juga mendisiplinkan untuk membuat progress perbaikan sebaik dan secepat mungkin agar tidak kehilangan momentum.
Lalu, saya tanya lebih lanjut, kan dosennya killer, apa nggak dimarahi dan dicaci maki? Ternyata saya dimarahi dan dicaci maki. Tulisannya masih kacaulah, isinya sampahlah, tidak ada substansinya lah, dan seterusnya. Terus, apa nggak sakit hati? Jawabannya menurut saya cukup mengagumkan. Kurang lebih begini, “Ya sakit hati, tapi sedikit. Keinginan lulus dan membahagiakan orang tuanya lebih besar daripada sekadar sakit hatinya”. Jadi saya pikir, inilah mental yang diperlukan oleh mahasiswa skripsian, mental loss doll. Tentu dengan progress yang jelas. Jangan asal maju revisi, tapi revisiannya belum dikerjakan, ya ambyar, boss.
Itu saja kiat suksesnya. Semoga bermanfaat dan semangat untuk para pejuang skripsi.
Editor: Assalimi
Gambar: Pixels
Comments