“Jalan ninjaku adalah menjadi Naruto”. Itulah yang selalu saya pikirkan semenjak menonton ulang serial kartun Naruto dari ia kecil sampai akhirnya berumah tangga dengan teman kecilnya Hinata dan memiliki dua keturunan, yaitu Boruto dan Hinata. Kalo ditanya berapa episode, kira-kira lebih dari 850 episode belum termasuk filmnya. Setelah menonton ulang serial ini, akhirnya saya mengerti betapa beratnya beban yang ditanggung oleh Naruto.

Ada banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari serial ini. Tidak hanya quotes yang terlampau banyak –sampai saya sendiri hanya hafal kata-kata Obito Uchiha yang berbunyi “Shinobi (sebutan ninja dalam serial) yang melanggar peraturan memang sampah, tapi shinobi yang meninggalkan temannya lebih dari sampah”. Tapi makna perjuangan oleh Naruto itu sendiri yang menurut saya sangat patut untuk ditiru.

 

Dicaci-maki dan dikucilkan

Sewaktu Naruto bayi, monster rubah berekor sembilan (kurama) menyerang Desa Konohagakure. Ayahnya, Minato Kamikaze yang juga menjadi pemimpin desa (hokage) ke-4 pada waktu itu menyegel kurama di dalam tubuh Naruto. Ayahnya berharap dengan menyegel kurama dalam tubuh Naruto agar dia menjadi pahlawan karena dikorbankan tubuhnya, tapi faktanya justru berbanding terbalik.

Ia dicaci maki dan dikucilkan oleh seisi Desa Konoha yang menganggap ada sebuah monster yang disegel dalam tubuhnya. Meski dikucilkan, dia tak serta-merta mengurungkan niatnya menjadi seorang Hokage dimasa depan. Semua caci-maki yang ia terima justru menjadi bahan bakar untuk terus berjuang mencapai cita-citanya.

Naruto ini sangat istimewa bagi saya. Bagaimana bisa anak seukuran anak SD-SMP yang dikucilkan satu desa bisa terus berjuang sampai akhirnya menjadi hokage. Coba bayangkan, di dunia nyata ini ada berapa banyak anak seukuran dia membuang mimpi besarnya karena habis dicaci maki oleh lingkungan sekitarnya. Berapa banyak calon presiden, calon dokter, calon pengusaha yang harus mengubur mimpinya hanya karena kalimat yang terlontar dari mulut orang lain?

 

Ditinggalkan sahabatnya

Sewaktu genin, Naruto pernah kehilangan rekan se-tim nya yaitu Sasuke. Karena sebuah alasan, Sasuke meninggalkan desa dan lantas di cap penghianat desa. Nampaknya ia mengerti betapa berharganya seorang teman sampai rela mengancam nyawanya dan menghabiskan waktu yang lama untuk membawa pulang kembali temannya ke desa.

Nampaknya saking menghargai teman, Naruto merelakan wanita yang ia sukai semenjak di akademi untuk mencintai Sasuke –rekan setimnya sendiri. Kala misi untuk membawa pulang Sasuke, Sakura mengaku kepada Naruto jika ia mencintai Naruto. Namun, Naruto malah memarahi Sakura dan mengatakan jika ia tidak suka temannya berbohong. Padahal mungkin kalo saya jadi Naruto, langsung baper dan nggak fokus lagi sama misi.

Di poin ini, hal yang bisa saya pelajari adalah bagaimana Naruto bersahabat bukan hanya sebatas formalitas “memiliki sahabat”. Ia mengganggap persahabatan sebagai sebuah hubungan antar dua manusia yang memiliki ikatan istimewa yang tak terdefinisikan oleh tulisan maupun kata-kata. Bagaimana bisa kita kehilangan sahabat tanpa bereaksi apa-apa. Bagaimana bisa kita merasa baik-baik saja ketika kita tau ada sahabat yang membohongi perasaan dirinya untuk memperbaiki keadaan.

 

Menjadi Hokage

Naruto adalah seorang hokage yang unik jika dibanding hokage sebelumnya. Ketika ia diangkat menjadi hokage, statusnya sebagai ninja masih ditingkat genin (ninja terendah) atau tingkatan pertama seorang ninja sebelum chunin (ninja menengah) dan jonin (ninja tertinggi). Namun, karena kekuatannya dalam menyelamatkan dunia saya kira lebih dari cukup untuk menjadi hokage.

Ada sebuah kejadian di serial Boruto (serial lanjutan yang menceritakan tentang anaknya, Boruto), yang membuat saya merenung dan mengerti bagaimana sosok pemimpin seharusnya. Yaitu ketika babak ketiga ujian chunin, tiba-tiba datang Momoshiki Otsutsuki yang hendak mengambil cakra (hasil dari energi fisik dan energi spiritual) kurama dari Naruto dan juga beberapa cakra bijuu (monster raksasa, salah satunya kurama) lainnya. Ketika Momoshiki menghancurkan arena ujian chunin, dengan tanggap semua shinobi yang ada di arena langsung melindungi seluruh warga yang ada di dalam arena ujian tak terkecuali Naruto. Ia mengeluarkan cakra kurama untuk melindungi seluruh warga sembari berkata “seluruh warga desa adalah keluargaku”. Dari sana saya sadar bagaimana seorang pemimpin harus melindungi seluruh warganya atau umatnya, bagaimanapun caranya –secara lahir maupun batin.

***

 

Itu lah beberapa poin garis besar yang saya dapatkan dari sosok fiktif ini. Saya kira selain Naruto masih banyak karakter fiktif yang bisa diambil sedikit sisi baiknya, jika kita mau sedikit “mikir” saat nonton atau membaca.

Penulis: Hanif Indhie