Pagi sekali, sekitar pukul 7.30 hingga 12.00, sebuah aula masjid Al Istiqomah, dipermukiman RW 07, perumahan Kawi-kawi, Johar Baru Jakarta Pusat telah dipenuhi oleh anak-anak hingga dewasa. Mereka duduk di bangku bimbel yang sudah tersusun rapi oleh punggawa KREATIF. Setiap meja tentunya berjarak satu lengan orang dewasa, dengan alat tulis kerja yang memenuhi ruang meja. Sebenarnya sedang apa mereka?

KREATIF

Setelah ditelusuri, rupanya anak-anak ini sedang belajar via online menggunakan gawai dan buku-buku sekolahnya. Mereka belajar di sana lantaran pemuda-pemudi setempat menyediakan fasilitas Wifi gratis khusus para pelajar. KREATIF atau Kelas Anak Alternatif adalah sebuah rumah yang nyaman bagi anak-anak agar mereka tetap bisa menimba ilmu bagaimana pun situasinya.

Taufik Hidayat dan Zul Fahmi, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah pencetus ide fasilitas Wifi gratis ini untuk para pelajar. Merespons banyaknya kegelisahan selama pemberlakuan belajar di rumah, ide KREATIF ini muncul dalam benak Taufik saat sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Dari Rumah (KKN-DR).

KREATIF ini pertama kali tercetus pada bulan Juli 2020. Setelah melewati perjuangan panjang, baru benar-benar efektif berjalan pada tanggal 19 Oktober 2020. Melihat gebrakan ini, antusias warga untuk menitipkan anaknya kepada KREATIF pun meningkat. Terhitung pada tanggal 21 Oktober 2020, ada sekitar 30 orang tua siswa yang mengisi kuisioner serta bersedia untuk menitipkan anaknya kepada komunitas KREATIF ini.

“Karena siswanya terlalu banyak, kami jadinya buat dua bagian. Kelompok A itu, kan kelas 1 – 3 SD itu belajar di hari Senin, Rabu, Jumat. Kelompok B untuk kelas 4 SD – SMP jadinya belajar di hari Selasa sama Kamis. Tapi karena seleksi alam dan masih minimnya kesadaran akan pendidikan di lingkungan ruang lingkup kami, jadi saat ini siswa yang bertahan tidak lebih dari 10 orang saja,” ujar Taufik.

Selain memfasilitasi Wifi gratis, KREATIF juga memfasilitasi bimbingan dan tutor secara gratis untuk siswa. Taufik mengatakan fasilitas-fasilitas ini diadakan untuk meringankan beban orang tua, baik dalam bentuk tenaga maupun finansial, selama pelaksanaan belajar online masih berlangsung. Jadi, anak-anak akan mampu secara optimal menimba ilmu tanpa harus terkendala dengan masalah internal keluarga.

Protokol Kesehatan?

Pengelola masjid telah memfasilitasi protokol kesehatan yang memadai. Jadi, sebelum masuk kelas, anak-anak diwajibkan terlebih dahulu untuk mencuci tangan dan menggunakan handsanitaizer. Kemudian, satu per satu anak dicek suhu badannya dengan thermogun yang dipinjam dari pengelola masjid.

Anak-anak juga diminta untuk memberi jarak antar kursi. Selain itu, penggunaan masker atau faceshield pun tidak pernah lepas selama pelaksanaan KREATIF berlangsung.

“Penginformasian protokol kesehatan juga kami sebarkan lewat WA grup yang telah kita himpun orang tua-orang tua murid dalam satu grup. Insyaallah protokol kesehatan tetap kami buat secara ketat,” ujar Taufik.

Penyediaaan Wifi gratis ini juga sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa pihak di daerah lain. Dilansir dari kompas.com, penyediaan Wifi gratis telah diadakan di wilayah Pondok Kopi dengan bermodalkan tenda berukuran besar sebagai tempat belajar siswa. Masih pada media yang sama, pengelola Masjid Darul Huda juga menyediakan Wifi gratis untuk siswa yang ingin belajar online.

Gerakan penyadaran dari mahasiswa UIN Jakarta ini tentu patut diancungi jempol. Sebagai agent of change, mereka menyadarkan kita akan pentingnya arti pendidikan. Ibarat benih, anak-anak barulah menjadi kecambah yang harus disemai dan dirawat dengan cara khusus. Maka, mahasiswa-mahasiswa ini adalah petani yang bertugas menyuburkan benih tersebut.

Terlepas dari berbagai kepentingan, sebaiknya generasi muda juga ikul andil dalam membantu memecahkan problematika yang ada. Daripada tidak ada kerjaan, nongkrong-nongkrong tidak jelas, ada baiknya memanfaatkan waktu dan ruang yang terbilang luas ini untuk melakukan hal-hal positif.

“Perlu adanya sinergi dari berbagai pihak sih biar kita lepas masalah yang kompleks ini. Mulai dari dukungan orang tua dalam mengawasi perkembangan belajar anak, guru dengan mengoptimalkan sistem pembelajaran jarak jauh, hingga peran pemerintah dalam mengapresiasi peran guru. Jadi, kita gak hanya mikirin soal makan apa besok. Tetapi juga mikirin, gimana generasi Indonesia besok,” ujar Taufik.

Editor: Nirwansyah

Gambar: Penulis