Setelah selesai nonton Layangan Putus, sebenarnya kesan yang muncul sederhana: Aris bikin emosi dan bodohnya ngga ketulungan! Tapi tahan diri dulu, di tulisan ini aku coba ambil hikmahnya dengan perlahan tanpa misuh-misuh.

Sedikit flashback, beberapa tahun silam, aku pernah ngobrol dengan seorang teman. Teman tersebut melontarkan pertanyaan menarik, yang sulit untuk dijawab, dan membekas sampai sekarang. Begini kira-kira pertanyaannya: Kalau ada sepasang manusia berhubungan asmara—pacaran atau menikah misalnya—lalu salah satunya selingkuh, siapa yang salah? Apakah orang yang sudah punya hubungan lalu selingkuh, atau si orang ketiga yang mendekati?

Pertanyaan ini terasa sangat relate dengan konflik dalam serial drama Layangan Putus.

Layangan Putus dari Sudut Pandang Laki-laki

Sepanjang Januari lalu, sembari mengurusi skripsi dan beberapa hal lain, aku mencoba mencari selingan. Serial drama Layangan Putus yang sedang ngehits pun menarik hati. Jadilah aku nyicil menonton serial garapan Benni Setiawan ini sepanjang bulan Januari.

Saat baru masuk episode pertama, aku langsung merasakan super gemas dan sebal saat menonton “aksi-aksi” Aris. Yang sudah main belakang, serampangan pula. Padahal sudah jelas di depan mata ada keluarga yang komplit—Raya yang cerdas dan Kinan yang baik, cantik, super adorable deh pokoknya.

Kesan pertama saat menonton Layangan Putus bagi laki-laki sepertiku cukup jelas. Aris memperburuk citra laki-laki dan mempersulit tugas laki-laki di hadapan perempuan. Sekarang, kan, bisa dibilang kaum adam banyak tersudutkan. Mulai jadi tersangka kekerasan seksual, banyak kelakuan yang “kotor” di berbagai lini kehidupan, dan kini diperparah dengan kehadiran Mas Aris yang kurang ajarnya sudah di luar nalar.

Perlu Pengakuan dan Introspeksi

Tapi, ya, kisah di atas sebatas curhatan saja. Sebenarnya memang lebih kurang banyak laki-laki yang melakukan hal-hal seburuk Aris. Bahkan kalau mau jujur, yang kelakuannya lebih buruk dari Aris pun ada.

Maka, ketika melanjutkan nonton dari episode ke episode, aku sendiri makin menyadari bahwa laki-laki ini terlalu banyak berkuasa di dunia yang patriarkis seperti sekarang. Karena kuasa tersebut, sebenarnya tanggungjawab laki-laki juga besar. Tapi sayangnya kebanyakan laki-laki justru menyelewengkan kuasa dan melakukan hal-hal yang nggak bertanggungjawab.

Sebelum lanjut lagi, perlu aku sampaikan disclaimer bahwa sebenarnya bukan hanya laki-laki yang melakukan hal buruk semacam itu, di serial dicontohkan dengan Miranda yang juga melakukan perselingkuhan. Tapi ya kelakuan Miranda pun nggak mengubah fakta bahwa perselingkuhan adalah perbuatan tercela. Dari sudut pandang ini, jelas bahwa perselingkuhan itu salah, Miranda salah, Aris juga salah. Dan kita harus jujur, bahwa dalam perkara main hati dan perselingkuhan, laki-laki lah yang paling sering jadi tersangka.

Lebih dari itu, di serial ini terlihat bahwa Kinan yang perempuan justru lebih stabil dan masuk akal emosi dan keputusan-keputusannya. Bahkan saat sedang dalam keadaan paling terpuruk, Kinan bisa segera bangkit dan mengatur dengan baik sikap-sikapnya. Sebaliknya, Aris sangatlah labil. Berkebalikan dengan anggapan bahwa laki-laki mengandalkan logika dan perempuan mengandalkan perasaan, bukan?

Tindakan Selanjutnya Bagaimana?

Adalah benar bahwa laki-laki banyak jadi tersangka dalam kasus perselingkuhan, maka perlu kesadaran untuk memperbaiki keadaan ini. Sayangnya, nggak mudah melakukannya. Maka, sebagai laki-laki perlu untuk saling mengingatkan. Bukannya malah mewajarkan seperti yang banyak terjadi sekarang, yang biasa membawa-bawa argumen namanya juga laki-laki. Urusan kesetiaan kita semua perlu belajar, dan jadi tugas kita buat saling mengingatkan.

Ditambah lagi, urusan asmara dan percintaan nggak pernah dibahas blak-blakan. Nggak diajarkan di sekolah, nggak disinggung di keluarga, juga nggak dibahas di masyarakat, komunitas, atau organisasi.

Urusan asmara dan percintaan yang nggak dibahas secara terbuka membuat hal-hal buruk yang bisa hadir semacam perselingkuhan, hamil di luar nikah, sampai kekerasan dalam pacaran/rumah tangga, nggak bisa diantisipasi sejak awal. Jadinya ya diam-diam saja.

Maka, untuk belajar tentang kesetiaan, perasaan, sampai menciptakan ruang aman bagi setiap orang, kita perlu membuka ruang untuk obrolan semacam ini. Mulai dari langkah-langkah kecil, semacam bercerita ke orang terdekat, bertanya bagaimana sikap yang harus ditempuh, sampai mempertanyakan kalau ada hal-hal yang tidak masuk akal atau bertentangan dengan nilai-nilai sosial.

Tuh, kan, beban laki-laki berat. Begitulah, bersama dengan privilege dan kuasa yang besar, ada pula tanggungjawab yang besar menyertai.

***

Melanjutkan paragraf pertama, jawaban dari pertanyaan tersebut—menurut temanku, dan aku pun setuju—adalah orang yang sudah punya hubungan tapi selingkuh-lah yang bersalah. Sudah tahu punya hubungan, mengapa selingkuh? Ini juga benang merah dari Layangan Putus. Walaupun mungkin Lidya ada salahnya, tetapi tetap Mas Aris yang menjadi tersangka utama. Apalagi sampai melakukan hal-hal di luar nalar dan kurang ajar seperti digambarkan dalam serial tersebut.

Jadi, apakah kamu sudah menonton Layangan Putus? Kalau sudah, apakah kamu punya pendapat yang sama?

Editor: Ciqa

Gambar: Google.com