Samsung, sebuah perusahaan teknologi asal Korea Selatan. Samsung bukan perusahaan teknologi biasa. Perusahaan ini merupakan market leader pada bidang teknologi di dunia. Bukan cuma di Indonesia saja. Mereka memproduksi ponsel, alat elektronik rumah, komputer dengan segala perlengkapannya dan masih banyak lagi.

Banyak bukti kedigdayaan Samsung di pasar ponsel tanah air. Berdasarkan laporan International Data Corporation (IDC), pada tahun 2022, Samsung menguasai 21,7 persen pangsa pasar Indonesia. Angka itu membuat Samsung berada di posisi kedua laporan IDC. Hanya selisih 0,7 persen saja dari Oppo yang menduduki peringkat nomor wahid.

Samsung bukan cuma peringkat teratas dalam segi pagsa pasar saja. Konon, segala layanan pelanggan yang diberikan Samsung itu terbaik. Tak terkecuali layanan garansi dan purna jual Samsung. Makanya, saya menyimpulkan bahwa layanan garansi dan purna jual merk gadget yang terbaik di Indonesia. Dan, banyak orang yang percaya terhadap opini tersebut.

Sayangnya, kepercayaan saya bahwa layanan garansi dan purna jual Samsung itu yang terbaik di Indonesia mulai pudar. Pasalnya, ada berbagai kejadian mengecewakan yang dialami beberapa orang terkait layanan garansi dan purna jual Samsung. Apa saja kejadian mengecewakannya? Simak sebagai berikut:

Herry SW dengan #SamsungCoret

Jauh sebelum zaman reviewer gadget di youtube, sudah ada reviewer gadget di blog atau website. Salah satu reviewer gadget terkenal di website adalah Om Herry SW. Beliau adalah pengulas gadget asal Surabaya yang memiliki website ponselmu.com. Dulu, saya cukup sering membaca ulasan gadget ala Om Herry di ponselmu.com.

Pada tahun 2019, Om Herry pernah membuat tagar #SamsungCoret di twitter resminya. Melalui twitter Om Herry menjelaskan awal mula munculnya tagar tersebut, yaitu berasal dari kekecewaan beliau atas buruknya layanan purna jual Samsung. Pasalnya, Om Herry pernah membeli Samsung Galaxy S9+ di Samsung Experience Store (SES), apesnya, belum 1×24 jam sensor hape tersebut bermasalah. 

Karena belum 1×24 jam, Om Herry minta ganti unit baru. Namun, permintaan itu ditolak. Hape tersebut cuma bisa diservis saja. Sebenarnya, Om Herry pernah mengalami hal serupa di hape Mito. Bedanya, ketika hape Mito yang dibeli belum sampai 1×24 jam bermasalah, pihak Mito menawarkan ganti unit baru kepada Om Herry. Bayangkan perusahaan sekelas Mito saja bisa memberikan layanan garansi dan purna jual seperti itu, masa Samsung nggak bisa?

Tung Desem Waringin dan Samsung Galaxy Fold Z4-nya

Siapa yang nggak kenal Tung Desem Waringin (TDW)? Seorang motivator dan pakar marketing Indonesia. Beliau kerap mengisi berbagai acara. Bahkan, acara-acara di kampus sekali pun. Selain itu, Pak TDW juga pernah menulis beberapa buku.

Bulan lalu, beliau juga bermasalah dengan layanan garansi dan purna jual hape miliknya, Samsung Galaxy Fold Z4. Menurut beliau, sejak awal membeli hape tersebut sudah bermasalah terus. Masalah utama hape milik Pak TDW ada dua. Pertama, aplikasi WA-nya kerap eror. Yang kedua, Wifi-nya tidak bisa digunakan.

Untuk masalah aplikasi WA, Pak TDW sudah beberapa kali ke Samsung Center. Sayangnya, jawaban pihak perusahaan kurang solutif, cuma disuruh uninstall WA, kemudian diinstall kembali. Setelah dilakukan hal tadi, aplikasi WA akan kembali normal. Namun, beberapa waktu kemudian akan eror kembali.

David Gadgetin dengan hape lipatnya

Terus terang, ini pemicu saya menulis artikal ini. David Gadgetin, seorang reviewer gadget papan atas di Youtube. Di youtubenya, dia mengaku memiliki masalah dengan hape lipat keluaran Samsung. Padahal, dia dan istri dalam enam bulan teakhir sudah menggunakan hape lipat Samsung sebagai hape utama. David menggunakan Samsung Galaxy Z4 Fold, sedangkan istrinya menggunakan Samsung Z Flip 4.

Memang masalah David lebih sepele dibandingkan berbagai masalah sebelumnya, yaitu anti gores di hape istrinya ada gelembung. Dan, menurut David, masalah ini sebenarnya umum terjadi di hape lipat. Akan tetapi, kalau masalah ini dibiarkan terus-menerus, khawatirnya bisa merusak layar hape. Sebab, layar hape lipat lebih sensitif dibandingkan layar hape biasa.

Tapi, masalah sesederhana dan seumum itu nggak dicover oleh garansi. David harus membayar Rp. 350.000 untuk mengganti anti gores hape istrinya di service center Samsung. Soalnya, menurut pihak Samsung, anti gores itu aksesoris bukan bagian dari hapenya. Padahal, Oppo Find N2 Flip, yang sama-sama hape lipat, memberikan dua kali pergantian anti gores secara cuma-cuma kepada para penggunanya dalam satu tahun.

Begitu sekiranya berbagai latar belakang yang membuat saya ragu layanan garansi dan purna jual Samsung itu yang terbaik di Indonesia. Padahal, berbagai kasus di atas terjadi di hape kelas flagship. Yang seharusnya punya layanan garansi dan purna jual kelas premium. Kalau kondisinya begitu terus, nggak menutup kemungkinan Samsung bisa dilibas para pesaingnya. 

Editor: Assalimi

Gambar: Pexels