Melanjutkan kebiasaan membaca 1 month 1 book, kali ini buku yang saya baca berjudul “Life As Divorcee” yang bisa selesai sekali duduk. Bacaannya sendiri tidak terlalu padat namun memang perlu membaca dengan pemahaman yang jelas. Buku ini ditulis oleh Virly K.A, seorang divorcee yang menyuarakan janda bukanlah sesuatu yang selalu di stigma negatif. Bahkan penulis menyebut Divorcee pada judul bukunya karena tidak tega menyebut dirinya sebagai janda.

Adapun pesan-pesan yang disampaikan penulis dalam bukunya ini merupakan pengalaman pribadi. Dan penulis memaparkan dengan bahasa yang santai juga mudah dicerna untuk logika. Berikut beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum menikah, dari buku yang saya baca “Life As Divorcee”:

Pre Marriage Talk

Deep conversation antara kamu dan partner sebelum menikah mengenai banyak hal yang mempengaruhi kehidupan kamu di masa sekarang dan akan datang. Tentang visi dan impian, disini kalian bisa menakar kesesuaian apakah bisa kompatibel untuk menjadi suami dan istri. prinsip dan pandangan hidup, apakah kalian sepemahaman tentang hal-hal yang prinsipel. soal uang, kalian bisa bicarakan bagaimana cara mengatur keuangan di rumah tangga, tentang penghasilan suami dan istri juga apakah boleh bekerja atau tidak setelah menikah dan juga terkait utang piutang.

Selanjutnya yang perlu dibicarakan dalam pre marriage talk adalah tentang anak, berapa anak yang diinginkan dalam pernikahan nanti, jenis kelaminnya apa, pilihan mengadopsi jika keadaan diluar kendali. Dan pola asuh yang akan diterapkan nantinya ke si anak. seks, kalian bisa membicarakan bagaimana tipe dari pribadi masing-masing mengenai seks. Apakah aktif atau pasif, atau sama-sama konservatif dan yang terpenting jangan mau dengan laki-laki yang tidak mau foreplay. Tentunya komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah pernikahan. Perceraian juga menjadi bagian yang harus jadi deep talk karena merupakan salah satu resiko dari pernikahan itu sendiri, kalian bisa diskusikan batas-batas apa saja yang bisa ditoleransi dan yang tidak. Seperti kekerasan fisik, perselingkuhan dan sebagainya.

Menikahlah dengan Laki-Laki yang Tepat

Menikah dengan orang yang salah bagaikan hidup di neraka. Sebelum memutuskan untuk menikah, memang harus kenali betul siapa partner yang akan kita pilih untuk lihat wajahnya setiap hari hingga maut memisahkan. Karena main job dari pernikahan adalah saling merawat. Laki-laki yang tidak tahu artinya kata “Enggak”, laki-laki yang memaksakan kehendaknya, kasar dan tidak mengenal Tuhan-Nya. Dan laki-laki yang tidak nyambung sama sekali dengan kamu tidak pantas dijadikan suami.

Keputusan untuk Bercerai

Nikah muda itu suatu hal yang valid. Namun jika di tengah jalan ada yang berubah pikiran, mungkin bercerai adalah pilihan yang disediakan Tuhan untuk keluar dari penderitaan. Banyak yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk bercerai. Bercerai berarti berganti status menjadi janda dan itu tidak sama kembali menjadi single. Peran sebagai divorcee tentu akan menjadi ganda.

Soal financial, sebelum memutuskan bercerai tentu harus berani untuk sendirian. Jika selama menikah tidak memiliki sumber penghasilan sendiri dan bergantung pada nafkah suami, soal financial ini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk dipertimbangkan, apalagi untuk kebutuhan anak. apakah patungan atau ditanggung sendiri.

Penulis juga menjelaskan pengalaman menjalani proses mengajukan perceraian dengan detail dan mudah. Jika salah satu dari yang bersangkutan mangkir dalam sidang perceraian jadi lebih cepat diputuskan. Penulis juga memberikan penjelasan mengenai pilihan co parenting, adalah konsep yang mengutamakan kepentingan anak. Mekanismenya melibatkan Ibu dan Ayah. Misalnya dengan tinggal bersama Ibu dan Ayah secara bergantian. Membagi waktu liburan bersama Ibu dan Ayah. Salah satu manfaat dari co parenting ini menjadikan anak lebih percaya diri dan tidak merasa berasal dari keluarga yang broken home.

Editor: Ciqa

Gambar: Google.com