Kapan terakhir kali kamu liburan ke Puncak Bogor? Satu minggu yang lalu? Dua minggu? Atau malah kamu liburan ke sana setiap minggu? Kalau saya, sih, sudah cukup lama nggak liburan ke sana. Kira-kira sudah hampir 7 tahun. Entah kenapa, buat saya, liburan ke Puncak Bogor rasanya sudah nggak seperti dulu. 

Dahulu, kalau mau liburan singkat, seperti di akhir pekan, Puncak Bogor adalah tujuan yang masuk akal. Jarak yang nggak terlalu jauh dari ibu kota, pilihan transportasi dan akses menuju ke sana yang beragam tentu jadi pertimbangan saya. Dan pasti sebagian warga Jakarta.

Kalau normal, dari Jakarta ke sana cukup memakan waktu kurang lebih 2-3 jam perjalanan kalau naik motor. Bahkan bisa kurang. Tapi kalau naik mobil, bisa saja memakan waktu lebih lama. Iya, walaupun naik mobil bisa lewat jalan tol, tapi tetap saja tertahan karena aturan buka-tutup jalur menuju Puncak Bogor.

Sebenarnya, udara di Puncak Bogor sudah mulai menyamai Jakarta. Sudah nggak dingin seperti dulu. Yah, walaupun masih agak terasa sejuk kalau pagi hari. Vibes Puncak Bogor yang berbeda dengan Jakarta mungkin jadi alasan orang ibu kota dan sekitarnya masih banyak yang liburan ke sana. Buktinya, jalanan menuju Puncak Bogor masih saja macet tiap akhir pekan. Bahkan, beberapa waktu lalu, kemacetan yang terjadi sangat parah. Memakan waktu berjam-jam lamanya.

Saya yang sudah lama nggak ke Puncak Bogor jadi kepikiran, dan punya pertanyaan, apakah Puncak Bogor masih worth it untuk dikunjungi kalau sudah macet berjam-jam gini?

Akses yang Mudah Jadikan Puncak Bogor Tempat Healing Terbaik di Sekitar Jakarta

Berada di ketinggian antara 700-1800 meter di atas permukaan laut, Puncak Bogor menjadi daerah yang sejuk, kalau beruntung, bisa saja dapat udara yang dingin, bahkan dingin banget. Selain udara yang sejuk, banyaknya tempat wisata yang bisa dikunjungi di sekitar Puncak Bogor jadi alasan warga Jakarta dan sekitarnya untuk tetap berlibur ke sana setiap minggunya. Setahu saya, di sekitar Puncak Bogor ada wisata Taman Safari, Kebun Raya Cibodas, Cimory Riverside, Paragliding Bukit Gantole, dan masih banyak lagi. Suasana yang berbeda dan banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi, menjadikan Puncak Bogor sebagai tempat healing terbaik di sekitar Jakarta. 

Selama beberapa kali ke Puncak Bogor, berbagai moda transportasi dan rute sudah pernah saya coba. Misalnya, kalau dari Jakarta, kamu bisa naik bus dari Terminal Kampung Rambutan yang tujuannya Terminal Baranangsiang, setelah itu kamu bisa lanjut naik angkot atau elf yang tujuannya Puncak Bogor atau Cianjur. Kalau naik motor, makin banyak pilihan rute. Saya biasanya lewat Jalan Raya Jakarta-Bogor via Parung. Sedangkan kalau naik mobil pribadi, sudah pasti enak lewat jalan tol. Tapi, ya gitu, kamu harus sabar nunggu giliran buka-tutup jalur. Kalau akhir pekan, ya.

Dulu, kalau gabut dan menggalau, saya biasanya langsung tancap gas ke Puncak Bogor. Lebih tepatnya ke Puncak Pass. Untuk bensin, dengan modal Rp.30 ribu, saya sudah bisa sampai sana dan pulang lagi ke Jakarta.

Waktu yang saya suka untuk perjalanan ke sana adalah malam hari, terasa nikmat vibes menggalaunya. Sesampainya di sana, tinggal pesan jagung bakar, menikmati dinginnya udara malam hari, syahdu sekali. Saya nggak bisa dapat semua itu di Jakarta. Yah, walau terkadang dibuat jengkel juga ketika melihat muda-mudi pacaran.

Kini, Puncak Bogor Sudah Mulai Panas

“Masih panasan Jakarta lah” kata teman saya berujar ketika membandingkan liburan di Puncak Bogor dan Jakarta. Iya, sih. Kalau perbandingannya suhu udara, ya, nggak apple to apple! Secara, ketinggian daerahnya juga beda. Otomatis suhunya juga beda. Hanya saja, buat saya, Puncak Bogor pun sudah mulai panas. Suasananya sudah nggak sesyahdu dahulu. 

“Kalau malam kan Puncak masih dingin” teman saya ngotot berargumen. Tapi, saya pikir, siapa sih yang mau mengisi liburan di Puncak Bogor sampai tengah malam. Apakah orang itu menggalau juga seperti saya dulu?

Lagipula, (mungkin) sekarang orang liburan ke Puncak Bogor itu hanya menghabiskan waktu di penginapan saja saat malam hari. Apalagi kalau yang membawa keluarga. Pertimbangannya sudah pasti adalah anak-anak. Yah, kalau mau nongkrong di warung kopi juga paling sampai jam berapa, sih. Di lain sisi, titik-titik syahdu pinggir jalan juga sudah nggak seperti dulu. Nggak bisa nongkrong pinggir jalan. 

Walau terasa lebih rapi, tapi ada kenangan yang hilang bersamaan dengan ditertibkannya warung-warung liar. Selain itu, banyaknya proyek pembangunan perumahan juga menyumbang peningkatan suhu udara di sekitar Puncak Bogor.

Kemacetan Jalanan Menuju Puncak Bogor Sudah Nggak Masuk Akal

Sebenarnya, di Jakarta dan sekitarnya itu masih banyak tempat wisata atau tempat healing yang bisa dijadikan pilihan untuk berlibur. Sayangnya, liburan di Jakarta dan sekitarnya itu seperti nggak liburan. Tidak lain dan tidak bukan ya karena Jakarta masih macet, dan juga panas. Sedangkan kalau ke Puncak Bogor, rasanya agak lebih sejuk. Barangkali itulah mengapa Puncak Bogor masih jadi destinasi wisata favorit warga Jakarta dan sekitarnya.

Tapi, buat saya, akhir-akhir ini Puncak sudah keterlaluan parah macetnya. Apa lagi sebelum warung-warung liar di sepanjang jalur Puncak itu belum ditertibkan. Nungguin buka tutup jalannya saja sudah melelahkan. Beberapa hari setelah semua warung-warung pinggir jalan ditertibkan, Puncak Bogor malah macet parah. Saya cuma geleng-geleng kepala saat tahu berita itu. Kalau hanya macet sejam dua jam sih masih masuk akal, ya. Lha, kemarin itu, kabarnya sampai macet 11 jam. Stuck, alias nggak gerak.

Bayangin, macet nggak gerak sampai 11 jam. Diam doang, tuh. Maju sudah pasti nggak bisa, balik pulang apa lagi. Pertanyaan saya pun muncul kembali, apakah liburan ke Puncak Bogor masih worth it?

Banyak Tempat Kece yang Jadi Alternatif Liburan Akhir Pekan

Jakarta dan sekitarnya sebenarnya punya destinasi wisata yang bisa dijadikan alternatif mengisi hari libur akhir pekan. Biar nggak melulu Puncak Bogor. Misal, di Jakarta, banyak museum yang sepertinya lebih layak dikunjungi. Ada Museum Fatahillah, Museum Macan, Taman Ismail Marzuki (TIM) dan banyak lagi. Kalau nggak mau museum, Ancol bisa juga dijadikan pilihan. Banyak, kok, tempat-tempat kece di Jakarta dan sekitarnya yang bisa kamu kunjungi.

Kembali lagi, ini hanya menurut saya pribadi. Saya masih saja mempertanyakan apakah Puncak Bogor masih worth it untuk dikunjungi kalau kemacetannya sudah nggak masuk akal. Buat saya, macet-macetan ke sana sudah menguras tenaga, belum lagi pulangnya. Sama, kan? Tapi, bagi kamu yang tetap menjadikan Puncak Bogor sebagai pilihan mengisi libur akhir pekan, ya gas saja. Yang terpenting, kamu tetap sehat, bahagia. Dan ingat, healingmu bermanfaat, ya.

Editor: yud

Gambar: Unsplash