Sependek ingatan saya, kali pertama saya mendengar lagu Ya Sudahlah yang dinyanyikan oleh Bondan Prakoso ft. Fade2Black, adalah saat usia saya belum genap 14 tahun. Sekira kelas dua atau tiga SMP.
Pada masanya, lagu ini memang begitu tenar di kalangan remaja seusia saya. Liriknya mudah dihafal. Bagian rap-nya juga tidak terlalu sulit untuk diikuti. Ditambah penggalan lirik bahasa Inggris yang bisa buat ajang belajar pronounciation tipis-tipis.
Lagu ini lantas menjelma menjadi semacam lagu wajib yang pasti dinyanyikan di berbagai acara sekolah. Mulai dari lomba nyanyi Agustusan sampai penampilan band waktu acara perpisahan, atau sekadar nyanyi rame-rame di kelas saat jam kosong, tampaknya lagu ini selalu hadir di daftar playlist. Nyaris tidak pernah absen.
Dulu, saya dan barangkali banyak anak sepantaran saya, menyanyikan lagu ini ya sekadar menyanyi saja. Nggak pernah kepikiran makna lagu ini sebenarnya gimana atau lagu ini ditujukan untuk siapa.
Ya, kami tahu sih, lagu ini bertema tentang sikap me-ya sudahlah-kan mimpi yang ternyata tidak terwujud. Tapi, ya sekadar tahu doang. Bodo amat sama makna lagunya. Dulu, saya pikir nyanyi lagu ini ya buat asyik-asyikan aja. Ngapain, sih, report-repot mikirin makna lagunya.
Belakangan ini, entah kenapa yang saya rasakan justru sebaliknya. Sekira satu dekade sejak pertama kali mendengarkan lagu Ya Sudahlah, mendengarkan kembali lagu ini di usia 20-an, justru menyadarkan saya bahwa makna lirik lagu ini ternyata tidak sebercanda itu.
Ternyata apa yang disampaikan Mas Bondan lewat lagu ini, bisa relate banget dengan kondisi saya dan mungkin beberapa kawan saya yang kini menginjak usia 20 something. Beberapa penggalan bait lirik dalam lagu tersebut sangat bisa merepresentasikan ambyarnya harapan, mimpi, cita-cita, dan rencana-rencana di usia 20 tahunan yang perlu di-ya sudahlah-kan.
Selain itu, dalam penggalan bait yang lain, Mas Bondan juga turut secara tersirat menganjurkan pendengarnya untuk mencari support system, yang bisa menenangkan kita setelah me-ya sudahlah-kan masalah yang sedang didera. Baiklah, mari kita bahas makna lirik lagunya pelan-pelan.
Ketika mimpimu yang begitu indah
Tak pernah terwujud, ya sudahlah
Saat kau berlari mengajar anganmu
Dan tak pernah sampai, ya sudahlah
Di pembukaan lagu, bait ini secara gamblang dan lugas menyampaikan pesan kepada pendengarnya, bahwa bisa saja mimpimu yang begitu indah itu tak pernah terwujud. Bisa saja langkah larimu mengajar angan tak akan pernah usai. Kondisi ini terdengar tidak asing bagi muda mudi usia 20 tahunan, bukan?
Sejak kecil, kita selalu diajarkan untuk belajar dan bekerja keras agar mimpi, harapan, cita-cita, dan apa-apa yang diinginkan, bisa kita gapai. Tapi, belajar dan bekerja keras tidak selalu membuat kenyataan berjalan semulus yang kita inginkan. Di tengah jalan, bisa saja kita menghadapi banyak kegagalan dan perpisahan dalam hal apapun. Karier, percintaan, hubungan, dan sebagainya.
Kondisi yang tidak sesuai harapan ini kerap membuat kita grusa-grusu. Merasa tidak karuan dan lantas menyalahkan keadaan. Padahal, seperti yang disampaikan di akhir baris ke-2 dan ke-4 bait ini, ada kalanya kita hanya perlu me-ya sudahlah-kan kondisi ini.
Tenang saja, “ya sudahlah” ini tidak selamanya buruk atau berarti menyerah, kok. Justru dengan “ya sudahlah” ini, kita bisa lebih berdamai dengan keadaan. Menjalani dan mensyukuri hal-hal yang lebih realistis bagi kita. Ora perlu ngoyo-ngoyo banget, Brou!
Apapun yang terjadi
Ku ‘kan selalu ada untukmu
Janganlah kau bersedih
‘Cause everything gonna be okay
Bila diamati dengan seksama, sudut pandang di lagu ini adalah sudut pandang seseorang yang sedang menyanyikan lagu penyemangat untuk kawan, sahabat, atau kekasihnya yang tengah dilanda keterpurukan. Si orang yang menyanyikan seperti sedang menenangkan orang yang dinyanyikan dengan kalimat “cause everything gonna be okay”.
Dari sudut pandang bait reff ini, saya belajar dan menyadari betul bahwa dalam menghadapi kondisi terpuruk, kita butuh semacam support system yang tugasnya bikin adem dan tenang suasana. Wujud support system bisa bermacam-macam; keluarga, kawan, sahabat, kekasih, psikolog, atau mungkin kucing kesayangan.
Apa pun wujudnya, yang terpenting, support system ini harus berjalan sebagai mana mestinya. Bikin tenang dan memberi saran yang membangun. Jangan pilih yang gemar menghakimi dan toxic. Sudah, yang modelan toxic kayak gitu mending tinggalin aja. Kesehatan mentalmu kuwi lho, Sis!
Sebetulnya, tidak hanya dua bait lirik di atas saja yang sarat akan makna. Bait-bait lainnya pun tak kalah dalam maknanya. Keseluruhan makna lagu ini barangkali bisa jadi penenang saat apa-apa yang kita ingini tidak tercapai.
Kita bisa lebih berdamai dan mencari support system untuk menguatkan kita. Mengambil jeda sejenak, berdamai dengan mengatakan “Ya Sudahlah” pada kegagalan, lantas bangkit dan kembali mengejar cita-cita yang lebih mampu kita wujudkan.
Editor : Hiz
Comments