Media, merupakan medium atau perantara dalam menyampaikan pesan/informasi atau karya ke masyarakat umum. Dahulu kita mengenal dengan media cetak, seperti koran dan buku. Jika, kita pernah membaca koran pasti space yang disediakan oleh penerbit untuk karya-karya, seperti puisi, cerpen, anekdot, dan sebagainya.
Begitu juga dengan buku, yang sampai sekarang masih menjadi media yang eksis sebagai sarana berkarya, di samping mulai sedikitnya peminatan masyarakat dalam membaca. Buku tetap menjadi media yang sampai sekarang masih menjadi pilihan bagi penulis untuk mempublikasikan karya tulis.
Selain media cetak, kini kita mengenal media online seperti blog, yang mana setiap orang dapat membuat blog nya masing-masing dan mempublikasikan karyanya dengan bebas. Namun, ada juga beberapa blog yang menerima karya-karya para penulis, tentunya setiap blog memiliki syarat atau kriteria penulisan nya masing-masing. Biasanya, blog seperti ini memiliki viewers yang banyak sehingga cocok bagi penulis yang ingin tulisan nya diliat oleh banyak orang.
Selain blog, ada juga media sosial, seperti Youtube, Instagram, Facebook dan sebagainya. Selain sebagai sarana komunikasi, media ini menjadi alternatif bagi kalian yang suka berkarya. Media sosial memiliki kelebihan di mana setiap penggunanya dapat memposting karya tanpa menunggu verifikasi syarat terlebih dahulu, tidak seperti koran, buku ataupun blog-blog tertentu yang memerlukan waktu untuk penerbitan nya.
Media dan Karya Bisa Memperpanjang Umur
Karya, merupakan cara untuk memperpanjang umur bahkan dapat membuat kita abadi. Tentu, itu hanya kiasan saja, lalu apa maksudnya?
Apa hingga sekarang kita masih kenal dengan Imam Syafi’i? KH Hasyim Ashari? KH Ahmad Dahlan? dan ulama ulama masyhur lainnya. Atau dengan Thomas Alva Edison, Albert Einstein? Tentu kita masih kenal dengan mereka.
Lalu apa yang membuat kita hingga kini masih mengenal mereka, padahal jasad mereka telah bersemayam di dalam tanah? Barang tentu karena karya-karya mereka. Kita mungkin tidak bertemu langsung dengan Imam Syafi’i, namun pemikiran dan karyanya masih tetap hidup dan tak lekang mati oleh waktu.
Karya, merupakan bentuk amal jariyah. Amal jariyah ialah salah satu amal yang tidak akan terputus walau orangnya telah meninggal. Berkarya berarti membuat amal jariyah, pahala atau amal perbuatan baik akan terus mengalir selama masih digunakan. Berkarya bukan hanya tentang hal yang dapat dilihat, namun juga dapat berupa buah pemikiran. Seperti halnya al-Khawarizmi dengan Aljabarnya, atau bahkan Imam Syafi’i dengan karya dan pemikiran nya tentang Islam.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Menebar Manfaat
Kita sebagai pemuda milenial, pemuda zaman now, hidup di era yang serba enak dan serba bisa. Kita semua mempunyai alat atau kunci untuk berkarya. Kita sebagai penerus bangsa, tidak boleh gaptek dengan teknologi yang kian hari kian berkembang, jadikan media-media sebagai sarana informasi yang baik, mengembangkan pengetahuan dengan informasi yang tersebar luas di media online, dan membantu menghilangkan informasi-informasi palsu yang dapat memecah belah persatuan.
Jadikan juga diri kita sebagai pemuda yang berkarya, dengan memanfaatkan berbagai media yang ada, bukan hanya sebagai tempat upload foto yang kurang bermanfaat. Namun, abadikan momen mu dengan hasil jepretan foto yang indah, aesthetic atau bahkan posting hasil karya-karyamu.
Media hanya akan menjadi alat biasa saja jika kita tidak memanfaatkannya. Karya akan mengukir nama kita, menjadikan diri pribadi yang lebih produktif. Kita sebagai pengguna, harus lebih bijak dan lebih bisa memanfaatkan media-media yang ada dan menebar manfaat untuk banyak orang dengan karya yang kita buat.
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” ( H.R. Ath Thabarani )
Comments