Sebelumnya, saya mau menjelaskan dahulu, bahwasanya tulisan ini tidak bermaksud untuk merendahkan atau menjadikan momen penting kenegaraan sebagai bahan lelucon. Tulisan ini hanya bertujuan untuk menerka apa saja kira-kira hal-hal yang mungkin terjadi namun tidak tercatat dalam narasi buku-buku sejarah.

Sebagian dari kita mungkin sudah familiar dengan cerita sejarah proklamasi kemerdekaan. Cerita yang dipelajari berulang-ulang sejak kita duduk di bangku sekolah atau di buku lainnya. Namun, pernahkah kalian berfikir kira-kira apa saja aktivitas-aktivitas yang tidak tercatat dalam kisah sejarah atau biar lebih kekinian sebut saja behind the scenes peristiwa proklamasi kemerdekaan? Yuk kita simak.

Kebimbangan Pemuda “Menteng 31” Saat Hendak Memilih Lokasi Pengamanan

Biasanya kita akan mengenal Peristiwa Rengasdengklok sebagai Peristiwa Penculikan Dwitunggal yaitu Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Namun, saya pribadi menafsirkan peristiwa tersebut sebagai upaya pengamanan, bukan penculikan.

Sekumpulan pemuda yang tergabung dalam kelompok “Menteng 31” yang diantaranya adalah Sukarni, Wikana, Chairul Saleh, Adam Malik dan lainnya memang berencana untuk mendesak Bung Karno dan Bung Hatta agar segera memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus. Namun, keduanya menolak dengan alasan belum mendapat persetujuan dari PPKI.

Yah, tapi namanya juga anak muda, pengennya cepat-cepat terlaksana. Maka, golongan muda tadi memutuskan untuk mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta, agar tidak terpengaruh oleh Jepang ataupun pihak lain yang dikhawatirkan akan mengacaukan rencana proklamasi kemerdekaan.

Maka, dipilihlah Rengasdengklok sebagai lokasi pengamanan. Tapi, sebelum peristiwa pengamanan tersebut terjadi, kira-kira para pemuda tadi kebingungan nggak ya mencari lokasi yang tepat sebelum akhirnya memutuskan untuk memilih Rengasdengklok? Misalnya nih, yang satu milih Bogor, Yang satu milih Cikampek, Yang satu milih Purwakarta.

Wah, nggak kebayang deh kalau model pemudanya seperti kita-kita sekarang ini yang bahkan buat milih tempat nongkrong aja sering labil dan ujung-ujungnya nggak jadi, bisa gagal rencana proklamasi kemerdekaan.

Kudapan Pendamping Saat Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan

Ada sebuah ungkapan yang berbunyi, “Logika tanpa logistik sama dengan anarki”. Dan seperti yang kita ketahui bersama, bahwasanya proklamasi kemerdekaan dilaksanakan bertepatan dengan berlangsungnya bulan suci Ramadan. Siangnya berpuasa dan malamnya harus begadang sampai larut malam untuk merumuskan teks proklamasi. Kebayang dong gimana?

Nah, kira-kira kudapan apa ya yang disajikan oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda untuk menemani para perumus naskah proklamasi. Apakah mungkin secangkir kopi atau teh hangat yang ditemani dengan pisang atau kacang rebus (kudapan yang katanya cocok sebagai teman begadang), atau mungkin gorengan? Ah, entahlah. Yang pasti beliau-beliau semua tidak disuguhi kudapan viral bernama Bittersweet by N**** yang konon enaknya sampe bikin mau meninggal.

Namun, ada fakta menarik yang tidak diketahui oleh banyak orang bahwasanya menu santap sahur yang dikonsumsi oleh para perumus teks proklamasi adalah Nasi Goreng. Nasi Goreng ini dimasak oleh seorang asisten dari Laksamana Muda Tadashi Maeda yang notabene adalah keturunan Jepang asli. Alih-alih memasak ramen, udon, atau takoyaki, sang asisten malah memilih untuk memasak nasi goreng yang merupakan santapan khas Nusantara. Ternyata jasa nasi goreng bagi bangsa ini cukup besar juga ya, hahaha.

Salat Jumat, lalu Beristirahat setelah Membacakan Teks Proklamasi

Berhubung proklamasi dilaksanakan pada hari Jumat pukul 10.00 WIB, mungkin para pejuang proklamasi dan masyarakat masih merayakan gegap gempita euforia kemerdekaan, hingga tanpa terasa waktu pun memasuki tengah hari. Hal ini menjadi penanda bagi pemeluk agama Islam bahwasanya harus segera menunaikan ibadah salat Jumat.

Salah satu diantara mereka yang sedang berada di lokasi kemudian mendekati mikrofon dan mengucap, “Terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia, mungkin bagi yang beragama Islam setelah ini kita bersama-sama melaksanakan ibadah salat Jumat. Dan untuk masyarakat lainnya kami persilakan untuk membubarkan diri dan melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Jangan lupa berita gembira ini kita sebarkan seluas-luasnya agar seluruh dunia tahu bahwa saat ini kita telah menjadi bangsa yang merdeka. Merdeka!!!”

Kemudian, usai begadang semalam suntuk untuk merumuskan naskah proklamasi yang dilakukan dibawah tekanan, melalui berbagai skenario yang pastinya sangat melelahkan, ditambah lagi sedang menjalankan ibadah puasa. Pastinya beristirahat adalah pilihan mutlak bagi para pejuang kemerdekaan usai melangsungkan prosesi proklamasi.

***

Sekali lagi, tanpa bermaksud untuk menyelewengkan kisah sejarah bangsa dan mengurangi rasa hormat atas jasa para pahlawan yang telah berjuang bagi kemerdekaan bangsa ini, tulisan ini hanya bertujuan sebagai intermeso saja.

Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-75.

Mari bersama sejenak mendoakan para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini. al-Fatihah~

Penulis: M. Bagas Wahyu Pratama

Penyunting: Aunillah Ahmad