Banyak orang pintar tapi belum paham hal penting agar gelar berpendidikan kalian tak percuma.

Pernah nggak terlintas di benak atau pikiran kalian tentang, “Apa sih tujuan pendidikan?” Bila kita mencari di Google dengan keyword ‘Tujuan Pendidikan Nasional’, maka akan muncul UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3.

Bunyi dari pasal tersebut yakni, “Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Cukup panjang, tapi masalahnya bagaimana menjelaskan hal tersebut kepada anak kecil? Selain itu, hal tersebut tercantum dalam UU, artinya tak menutup kemungkinan terjadi amandemen terhadapnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan yang tercantum dalam pasal di atas sifatnya kondisional. Bila zaman berubah, jika generasi berganti, pasal di atas juga bisa saja diubah dan diganti dengan yang baru. Lantas, apa tujuan inti dari pendidikan? Sebelum ke sana, mari lihat realita yang ada saat ini!

Sekarang sudah banyak orang yang melek pendidikan. Mereka sadar bahwa pendidikan merupakan pilar bagi kemajuan. Ini merupakan sesuatu yang patut diapresiasi, mengingat di zaman sebelumnya tak seorang pun (warga Indonesia) yang mengenal pendidikan selain keluarga bangsawan. Meski demikian, pendidikan di Indonesia masih belum rata. Ada banyak anak-anak, karena kondisi ekonomi, terpaksa harus mengubur harapan mereka untuk bisa beralmamater. Tak hanya itu, pendidikan di luar pulau Jawa juga masih jauh ketinggalan. Ini merupakan PR kita semua, kita harus bisa menutup celah-celah tersebut.

Terlepas dari PR tersebut, kesadaran akan pendidikan membuat orang berlomba-lomba agar bisa menginjakkan kaki di jenjang yang paling tinggi. Sayangnya, ada hal penting yang mereka lupakan. Fenomena yang terjadi saat ini adalah kebanyakan orang belajar demi gelar. Memang tak salah mengejar gelar, yang salah adalah gelar yang dimiliki tak selaras dengan perilaku sehari-hari.

Pendidikan Bukan Untuk Merendahkan Sesama

Tak sedikit orang yang membangga-banggakan gelarnya, namun di sisi lain mereka memandang orang lain, yang ijazahnya di bawah mereka, dengan sebelah mata. Mereka merasa bahwa derajat manusia itu ditentukan oleh ijazahnya. Sehingga mereka menuntut orang lain untuk menghormati mereka, tapi mereka enggan menghargai orang lain. Miris. Apakah orang yang seperti ini bisa disebut berpendidikan? Atau pertanyaannya diubah, “Apakah orang yang berpendidikan pantas bersikap demikian?”

Dari sini bisa diketahui inti tujuan pendidikan. Hakikat dari pendidikan adalah pembinaan akhlak. Artinya, pendidikan (pada intinya) bertujuan untuk menjadikan manusia berakhlak. Bila orang yang telah melewati proses pendidikan tak memiliki akhlak, maka proses pendidikan yang telah dilaluinya akan dikatakan gagal. Oleh karena itulah ketika orang yang memiliki gelar tak bisa menghargai orang lain, masyarakat pasti akan mencap, “Apakah pantas orang yang berpendidikan bersikap demikian?”

Arogansi memang sangat mudah melekat pada diri manusia. Fungsi dari pendidikan adalah menghilangkannya, bukan malah membuatnya lebih besar. Jika bisa menghilangkannya, niscaya gelar pendidikan tak percuma.

Sebagai manusia, kita memang terlampau banyak menuntut namun sangat sedikit memberi. Kita sering kali mewajibkan orang untuk menghormati kita, tapi di sisi lain kita enggan menghormati.

Terakhir, kami hanya ingin menyampaikan bahwa semesta ini luas, oleh karena itu jangan jadi orang yang hanya belajar di kelas!. Ingat, belajar itu sepanjang waktu karena belajar tak melulu harus dari buku!. Belajar itu bukan sekadar untuk mendapat gelar, belajar adalah tentang bagaimana kita bisa menjadi insan yang bermanfaat bagi sekitar. Bila kita merasa tak mampu menjadi manusia yang bisa memberi manfaat, setidaknya kita bisa menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Semoga gelar pendidikan tak percuma!